Professional Documents
Culture Documents
Penyakit Degeneratif Lansia PERTEMUAN 8
Penyakit Degeneratif Lansia PERTEMUAN 8
DEGENERATIF DAN
GANGGUAN PADA LANSIA
GI
TE RAN KESEHATAN LANJUT USIA TAHUN 2016 - 2019
RA
ST
Panca Indra)
9. Inanition (Gangguan Gizi)
10.Immune deficiency (Gangguan
sistem imun)
11. Impaction (Konstipasi)
12.Iatrogenik (Masalah akibat
tindakan medis)
13.Berkurangnya kemampuan
keuangan
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri
TUGAS
Jelaskan masing-masing 14 I,
untuk pengelolaan nya
Dikumpul 1 hari setelah
pertemuan
Promotif
Penyuluhan :
a) Faktor risiko & komplikasinya.
b) PHBS ( diet sehat, aktivitas fisik teratur,
stop merokok, istirahat cukup, hindari stres).
c) Menjaga status kesehatan & kemandirian
Preventif
- Identifikasi faktor risiko timbulnya hipertensi.
- Deteksi dini (pemeriksaan TD berkala)
- Evaluasi berkala
Kuratif
- Pengobatan (pengendalian TD senormal
mungkin).
- Menggunakan obat antihipertensi yg tersedia
di PKM.
- Pengobatan awal terhadap kondisi yg diduga
merupakan komplikasi kronik hipertensi.
- Melakukan rujukan kondisi tertentu;
hipertensi sulit terkendali.
Promotif
Penyuluhan :
a) DM; gejala khas, faktor risiko, komplikasi.
b) PHBS; diet sehat, aktivitas fisik teratur, kurangi BB bagi yg
gemuk, berhenti / hindari merokok.
c) Penatalaksanaan DM yg menyeluruh
d) Menjaga status kesehatan & kemandirian
Preventif
- Identifikasi faktor risiko timbulnya hipertensi.
- Deteksi dini (pemeriksaan TD berkala)
- Evaluasi berkala, komplikasi akibat hipertensi.
Kuratif
- Pengendalian gula darah senormal mungkin dg
menggunakan obat antidiabetik yg tersedia diPKM
- Pengobatan awal terhdp komplikasi kronik yg didapat.
- Melakukan rujukan; gula darah yg sulit terkendali,
komplikasi akut & kronik yg memerlukan pelayanan
kesehatan sekunder / tersier.
Rehabilitatif
- Mengidentifikasi disabilitas yg muncul akibat
komplikasi kronik
- Menentukan status fungsional & menentukan
target status fungsional
- Merancang program latihan yg sesuai.
- Menyediakan tempat latihan khusus
- Preventif, promotif & kuratif sesuai dg kondisi
pengendalian gula darah & komplikasi .
Pengelolaan
Preventif
- Mengidentifikasi faktor risiko timbulnya PJK.
- Memodifikasi faktor risiko; seperti perencanaan,
menurunkan BB, aktivitas fisik teratur.
- Deteksi dini timbulnya PJK, dg menanyakan
gejala yg khas.
- Melakukan evaluasi dari komplikasi akibat PJK
secara berkala.
Pengelolaan
Kuratif
- Melanjutkan modifikasi faktor risiko.
- Pengobatan guna mencegah progresifitas
penyakit
- Pengobatan awal terhadap kondisi akibat
komplikasi kronik.
- Melakukan rujukan pd kondisi tertentu yg
memerlukan pelayanan kesehatan sekunder/
tersier.
• Kuratif:
– Aktivitas fisik
– Diet
– Obat-obatan untuk mengontrol penyakit
• Rehabilitatif:
– Latihan pernapasan yg efektif
– Mengidentifikasi disabilitas yg terjadi &
mempertahankan/memperbaiki status
fungsional dg latihan
Pengelolaan
Promotif
Penyuluhan :
a)Osteoporosis, faktor risiko & penyebab, komplikasi.
b)Upaya pencegahan terjadinya osteoporosis &
komplikasi akibat osteoporosis.
c)Pentingnya pencegahan terjadinya osteoporosis serta
upaya pemulihan.
Pengelolaan
Kuratif
- Bila terdapat jatuh & timbul patah tulang,
penanganan khusus;
- penggunaan spalk / gips untuk imobilisasi
sebelum dirujuk ke RS kab/provinsi untuk
tindak lanjut
.
Rehabilitatif
- Mengidentifikasi disabilitas/hendaya yg
muncul akibat osteoporosis.
- Menentukan status fungsional .
- Merancang program latihan yg sesuai.
memotivasi agar pasien mau menjalaninya
- Menyediakan tempat latihan khusus, agar
status fungsional dpt dicapai & dipertahankan
Promotif
Penyuluhan terkait:
- Faktor risiko, penyebab, komplikasi
- Upaya pencegahan & komplikasi akibat
osteoartritis.
- upaya pemulihan bila sudah terdapat
hendaya akibat osteoartritis.
Kuratif
- Mengurangi rasa nyeri; terlebih dahulu
tanpa menggunakan obat & melakukan
upaya preventif.
- Minum Obat anti nyeri yg paling ringan
(parasetamol) menghindari efek samping
nyeri lambung.
- Pada kasus yg berat, dilakukan upaya
rujukan ke fasyankes sekunder / tersier.
Pengelolaan
Rehabilitatif
- Identifikasi disabilitas yg ada, seperti:
a)gangguan aktivitas sehari-hari & depresi yg
timbul akibat nyeri
b)ketidakmampuan untuk bergerak yg diakibatkan
nyeri & kelainan bentuk sendi
- Menentukan status fungsional yg masih dimiliki.
- Merancang prog. latihan yg sesuai & memotivasi
agar pasien mau menjalaninya
Komplikasi
Paling bermakna: nyeri & kelainan bentuk sendi.
Nyeri menyebabkan pasien tidak mampu
bergerak (imobilisasi),komplikasi lainnya &
berdampak bagi status kesehatan Lansia
Nyeri menyebabkan dampak psikologis ; menjadi
depresi.
Kelainan bentuk sendi memudahkan seorang
lansia jatuh dg berbagai dampak lainnya
1. Ruangan Khusus
2. Tdk harus mengantri dg pasien umum
3. Harus didahulukan jk, tdk ada ruang khusus
4. P3G ( Pengkajian Paripurna Paseien Geriatri)
Pasien pasien)
3. Kohort Pra Lansia (usia 45-59 tahun) dan Lansia (usia ≥ 60 tahun)
Buku Kesehatan Lanjut Usia : Buku bagi Pra Lansia (45-59 tahun)
dan Lansia (60 tahun ke atas) yang berisi catatan kesehatan serta
berbagai informasi cara memelihara kesehatan Pra Lansia/Lansia,
sehingga kesehatan Pra Lansia/Lansia dapat terpantau dengan baik.