You are on page 1of 19

PENGORGANISASIAN DAN

JEJARING KOLABORASI TB-HIV

Disampaikan dalam kegiatan pembentukan POKJA TB HIV


Cilegon, 7 Juni 2016
LATAR BELAKANG
Epidemi HIV menunjukkan pengaruhnya terhadap
peningkatan epidemi TB.
Pandemi ini merupakan tantangan terbesar dalam
pengendalian TB dan banyak bukti menunjukkan
bahwa pengendalian TB tidak akan berhasil
dengan baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV.
Oleh karena itu kegiatan kolaborasi TB-HIV
penting dilaksanakan secara menyeluruh &
berkesinambungan.
DOTS
TB Epidemic
HIV Epidemic
A. Organisasi pelaksana Kolaborasi TB HIV
1. Organisasi pelaksana kolaborasi TB HIV
melibatkan semua komponen terkait TB dan HIV

2. Pengorganisasian pelaksana kegiatan kolaborasi


TB HIV dilaksanakan dengan cara pembentukan
kelompok kerja (POKJA) TB HIV
KELOMPOK KERJA (POKJA)
TB-HIV
Pokja dibentuk pada tingkat nasional, Provinsi
& kab/kota beranggotakan para penentu
kebijakan dan unit tekhnis meliputi :
1. Instansi Pemerintahan Terkait (Dinsos,
Kemenhukham & Disnakertrans)
2. Program TB
3. Program AIDS
4. Yankes, Kesga, Rumah Sakit & Puskesmas
5. Pakar/ ahli TB HIV dari organisasi profesi
6. LSM & Organisasi Profesi
Tujuan umum:

Terbentuknya team Pokja TB-HIV


 Untuk mendukung terlaksananya kegiatan
kolaborasi TB-HIV secara lebih efektif.
Tujuan Khusus :

Melakukan sosialisasi fungsi & tanggung


jawab Pokja TB-HIV
Memfasilitasi penyusunan team Pokja TB-
HIV
Mengumpulkan data & memfasilitasi
analisa potensial faktor pelaksanaan
kolaborasi
Memfasiltasi penyusunan rencana kerja
Pokja TB-HIV
Tugas dan Peran POKJA di tingkat
Pusat adalah :
1) Mengembangkan strategi TB – HIV
berdasarkan kebijakan nasional, menyusun
Rencana Strategi Nasional dan rencana kerja
2) Menyusun panduan, bahan AKMS dan bahan
pelatihan
3) Memobilisasi sumber daya dan dana serta
peningkatan kapasitas
4) Memonitor dan mengevaluasi kegiatan
sesuai dengan indikator yang ditetapkan
Tugas dan Peran POKJA di tingkat
Daerah adalah :
1) Menyusun rencana kerja
2) Menentukan penanggungjawab setiap
kegiatan
3) Menetapkan mitra kerjanya
4) Menetapkan target untuk provinsi atau
Kab/Kota
5) Meningkatkan jumlah dan kemampuan SDM
sesuai kebutuhan
6) Memonitor dan mengevaluasi kegiatan
TIM POKJA TB-HIV DI RS
1. Wadir pelayanan/ komite medik (RS), kepala
medik
2. Tim DOTS & HIV
3. Dokter & perawat
4. Petugas laboratorium
5. Petugas Farmasi
6. Konselor
7. Manager kasus
8. Kelompok dukungan
9. Petugas pencatatan dan pelaporan
10. Petugas kesehatan lainnya
TIM POKJA TB-HIV DI UPK
1. kepala Puskesmas
2. Dokter & perawat
3. Petugas laboratorium
4. Petugas Farmasi
5. Petugas pencatatan dan pelaporan
6. Petugas kesehatan lainnya
Tugas dan Peran POKJA di tingkat
Faskes adalah :
1) Melakukan koordinasi pelayanan TB dan pelayan HIV
2) Menyelenggarakan pelayanan PDP yang komprehensif
bagi pasien TB-HIV termasuk pelayanan konseling tes
HIV, PPK untuk IO dll
3) Membangun dan memperkuat sistem rujukan internal
dan eksternal diantara pelayanan TB dan HIV serta unit
terkait lainnya
4) Melakukan RR sesuai standar
5) Melakukan Monev Kolaborasi TB HIV
6) Melakukan promosi komunikasi perubahan prilaku
dan membangun dukungan masyarakat bagi kolaborasi
TB HIV
Koordinator Kolaborasi TB - HIV

Pada tingkat nasional, provinsi dan Kab /


Kota adalah pejabat yang membawahi
program TB dan HIV
Koordinator Kolaborasi TB-HIV
Harus berasal dari program TB atau program AIDS.

TUGAS KOORDINATOR :
Mengkoordinasikan kelompok kerja, memfasilitasi pertemuan
regular dan mengatur jadwal termasuk membuat laporan rapat.
Mendukung pelaksanaan kolaborasi TB-HIV sesuai dengan
rencana kerja.
Mengkoordinasikan rencana pengembangan SDM untuk TB-
HIV.
 Mengkoordinasikan supervisi TB - HIV
Memonitor kegiatan TB-HIV dan memastikan tersedianya data
TB-HIV, anlisis dan memberikan umpan balik secara berjenjang.
Koordinator Kolaborasi TB-HIV di UPK
Harus berasal dari program TB - HIV.
TUGAS KOORDINATOR :
Memfasilitasi koordinasi pelayanan TB dan
pelayanan HIV termasuk membangun sistem
rujukan internal dan eksternal
Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai
stándar termasuk umpan balik rujukan antar
unit
 Melakukan monitoring dan evaluasi untuk
meningkatkan kegiatan Kolaborasi.
Memastikan terlaksananya kegiatan promosi,
perilaku dan membangun dukungan
masyarakat bagi kolaborasi TB-HIV
B. Model Kolaborasi
1. Model Layanan Terintegrasi
PelayananTB - HIV yang diharapkan adalah layanan TB
dan HIV terintegrasi pada satu faskes di lokasi dan
waktu yang sama, yaitu pasien TB HIV mendapatkan
akses layanan untuk TB dan HIV sekaligus dalam satu
unit dalam satu Faskes.
2. Model Layanan Paralel
a. Layanan TB – HIV dua unit dalam satu Faskes
b. Layanan TB-HIV berdiri sendiri sendiri di Faskes yang
berbeda
Kegiatan Kolaborasi TB HIV di Fasyankes
dan masyarakat
Tempat layanan Kegiatan TB - HIV
1. Layanan di masyarakat, 1. Pemberian KIE untuk TB – HIV
LSM dll 2. Promosi kondom sebagai bagian
pencegahan dan penularan HIV
3. Penyuluhan gizi
4. Dukungan pendampingan
2. Puskesmas dan DPM 5. Penemuan kasus TB yang lebih
intensif
6. Pemberian pengobatan TB sesuai
BPN
7. Pemberian KIE
8. Pelacakan kasus TB
9. Memberikan pelayanan
C. Perencanaan
Perencanaan disusun secara berjenjang mulai dari Kab/Kota
Perencanaan kolaborasi TB – HIV mempertimbangkan hal-hal
sbb :
1. Penyusunan bersama kolaborasi TB – HIV
2. Menentukan isu-isu strategis kolaborasi TB HIV
3. Menentukan tujuan dan sasaran kolaborasi TB HIV
4. Menentukan kegiatan kolaborasi TB HIV
5. Menentukan anggaran
6. Menentukan indikator dab target
7. Mekanisme RR
8. Melakukan Monev
JADILAH TIM
KOLABORASI TB – HIV YANG
KOMPAK

Waspada HIV & AIDS


Stop TB

You might also like