You are on page 1of 22

Peristiwa Proklamasi

hingga Pembentukan
Pemerintahan Pertama
Republik Indonesia
Oleh : Guruh Prasetyo
BAB
PERISTIWA PROKLAMASI DAN PEMBENTUKAN
PNI-STAATPARTIJ TAHUN 1945 1
PERISTIWA PROKLAMASI

PEMBENTUKAN DASAR NEGARA

Sidang PPKI I Sidang PPKI II


PENGESAHAN UUD PEMBENTUKAN
1945 BADAN-BADA NEGARA

Sidang PPKI III


PEMBENTUKAN PNI STAATPARTIJ
KEKALAHAN JEPANG ATAS SEKUTU
Pada tanggal 6 Agustus 1945, bom atom pertama diledakkan
di kota Hirosihma, sementara pada tanggal 9 Agustus 1945
bom atom Amerika diledakan di kota Nagasaki.
Mengakibatkan Jepang menyerah tanpa syarat dan terjadi
kekosongan kekuasaan di Indonesia

Pada 11 Agustus 1945


Menyerahnya Jepang kepada
Jendral Tarachi meresmikan
sekutu pada 14 Agustus 1945
PPKI

“…kalau dahulu saya berkata sebelum jagung berbuah


Indonesia akan merdeka, sekarang saya dapat
memastikan Indonesia akan merdeka sebelum jagung
berbunga.”
Gambar : Bom atom yang dibuat oleh Amerika
Serikat
Proklamasi Kemerdekaan
Perbedaan sikap antara Tokoh senior PPKI beranggapan
pemimpin yang lebih tua dan kemerdekaan hanya menunggu
golongan muda (Juli-Agustus) waktu

Golongan muda menginginkan


kemerdekaan tanpa campur
tangan Jepang

Pembicaraan yang intensif terkait


situasi perang dan antisipasi
setelah perang
Peristiwa Rengasdengklok
15 Agustus 1945, 16 Agustus 1945,  Secara geografis Rengasdengklok berada sekitar 15 km
Pembicaraan golongan terjadi penculikan ke arah utara Kedunggede dan Peta di Rengasdengklok
muda (Wikana, Chairul pro terhadap pemuda
atas Sukarno dan
Saleh, Darwis dkk
melakukan Hatta ke  Radikalisme Peta di Rengasdengklok memiliki
pembicaraan dengan Rengasdengklok kesamaan dengan radikalisme para pemuda
Sukarno di kediaman  Didukung oleh kelompok Peta (Shodancho Umar
Sukarno di
Bahsan dan Daidancho Suryoputro)
Pegangsaan Timur 56.

 Terjadi kesepakatan antara Ahmad Soebardjo dan Wikana


 Proklamasi harus dilaksanakan di Jakarta (kediaman
Tadashi Maeda) pada 17 Agustus 1945
Mission  Pada 16 Agustus malam terjadi perbincangan dengan
Failed antara Sukarno-Hatta dan Somubucho Mayor Jendral
Nishimura perihal status quo dan rencana proklamasi
kemerdekaan Indonesia
PROKLAMASI KEMERDEKAAN

Perumusan Teks Proklamasi di kediaman


Laksamana Maeda (Sukarno, Hatta, Ahmad
Soebardjo, Sukarni, Sayuti Melik)

Pembacaan Teks Proklamasi oleh Sukarno


didampingi oleh Moh. Hatta (di kediaman
Sukarno, jl. Pegangsaan Timur nomor 56)
Sidang PPKI Pertama
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI melaksanakan sidang yang
berhasil menyetujui dan mengesahkan :

1. UUD yang kemudian dikenal sebagai UUD 1945.


2. Indonesia berbentuk Negara kesatuan. Negara kesatuan yang
sekarang lazim disebut dengan NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia).
3. Memutuskan bahwa Sukarno terpilih sebagai Presiden RI dan
Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden Rl secara aklamasi dan
pekerjaan presiden dan wakil presiden dibantu KNI (Komite
Nasional Indonesia)
Sidang PPKI Kedua
Sidang PPKI dilanjutkan kembali pada tanggal 19 Agustus 1945. Acara yang pertama adalah membahas
hasil kerja Panitia Kecil yang dipimpin oleh Oto Iskandardinata. Pada sidang tersebut diputuskan
beberapa hal, antara lain :

Setelah itu sidang dilanjutkan mendengarkan laporan Ahmad Subarjo.


Hasil keputusannya tentang pembagian wilayah Dalam sidang disepakati 12 departemen atau kementerian sebagai
yang waktu itu NKRI dibagi menjadi delapan provinsi berikut (Amrin Imran, dkk, 2012: 129).
sebagai berikut (Amrin Imran, dkk, 2012: 129). 1) Kementerian Dalam Negeri : R. A. A. Wiratakusumah
2) Kementerian Luar Negeri : Mr. Ahmad Soebardjo
3) Kementerian Kehakiman : Prof. Dr. Seopomo
Jawa Tengah : R. Panji Suroso 4) Kementerian Keuangan : Mr. A. A. Maramis
Jawa Timur : R. A. Suroyo 5) Kementerian Kemakmuran : Ir. Surakhman Tjokrodisuryo
6) Kementerian Kesehatan : Dr. Buntaran Martoatmodjo
Borneo (Kalimantan) : Ir. Mohammad Noor 7) Kementerian Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
Sulawesi : Dr. G. S. Sam Ratulangi 8) Kementerian Sosial : Mr. Iwa Kusumasumantri
Maluku : Mr. J. Latuharhary 9) Kementerian Pertahanan : Supriyadi
10)Kementerian Penerangan : Mr. Amir Sjarifuddin
Sunda Kecil : Mr. I Gusti Ketut Puja 11) Kementerian Perhubungan : Abikusno Tjokrosuyoso
Sumatera : Mr. Teuku Muhammad Hasan 12)Kementerian Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosuyoso
13)Menteri Negara : Wahid Hasyim
14)Menteri Negara : Dr, M. Amir
Di samping delapan wilayah tersebut, masih 15)Menteri Negara : Mr. R. M. Sartono
ditambah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta. 16)Menteri Negara : Otto Iskandar Dinata
Sidang PPKI Ketiga
Pada malam hari tanggal 19 Agustus 1945 10 tokoh berkumpul di di Jl. Gambir Selatan (sekarang Merdeka Selatan) No.
10. Tokoh tersbut adalah Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta, Mr. Sartono, Suwirjo, Otto Iskandardinata, Sukardjo
Wirjopranoto, dr. Buntaran, Mr. A.G. Pringgodigdo, Sutardjo Kartohadikusumo, dan dr. Tajuluddin. Mereka berkumpul untuk
membahas siapa saja yang akan diangkat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Selanjutnya
disepakati bahwa rapat KNIP direncanakan tanggal 29 Agustus 1945 (Amrin Imran, dkk, 2012: 128-129).

PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 kembali mengadakan sidang. Pada rapat tersebut diputuskan tiga persoalan
pokok yakni :

1. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat


2. Pembentukan Partai Nasional Indonesia (Staatpartij/Partai
tunggal),
3. Badan Keamanan Rakyat (Peleburan Peta dan Heiho)
Pembentukan KNIP
 KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) diresmikan
dan anggota-anggotanya dilantik pada tanggal 29
Agustus 1945.
 Pelantikan ini dilangsungkan di gedung Kesenian
Pasar Baru, Jakarta.
 Sebagai ketua KNIP adalah Mr. Kasman Singodimejo,
dengan beberapa wakilnya, yakni Sutarjo
Kartohadikusumo, Mr. Latuharhary, dan Adam Malik
(Amrin Imran, dkk, 2012: 131)

Tujuan Komite adalah mempersatukan semua


lapisan dan bidang pekerjaan agar tercapai
solidaritas dan kesatuan nasional yang erat dan
utuh, membantu menenteramkan rakyat dan
melindungi keamanan serta membantu para Gambar : Pelantikan anggota KNIP pada tanggal 29
pemimpin untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Agustus 1945
Pembentukan PNI Staatpartij

Ide persatuan Sukarno yang dikemukakan dalam


sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945, bahwa
perlunya gagasan akan persatuan yang akan diusahakan
dalam bentuk partai negara (staatspartij) yang kemudian
dikenal dengan PNI-Staatspartij.
Konsep partai tunggal sudah ada sejak jaman
pergerakan. :

1. Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme


2. Marhaensime
3. Nilai Pancasila
4. Centralisme Democratish (Demokrasi Terpusat)
Gambar : Sukarno menyampaikan Pidato
pada sidang KNIP
Pembentukan PNI Staatpartij
Sukarno menginginkan Partai Tunggal yang dapat diterapkan oleh pemerintahan Indonesia. Menurut
pemikirannya sistem Multipartai akan menjadikan praktek politik yang tidak sehat. Sistem Multipartai akan ada
suatu partai koalisi dan oposisi yang akan saling menjatuhkan, hal ini tidak sejalan dengan pemikiran Sukarno
yang gandrung akan Persatuan.

Pada tanggal 29 Agustus 1945, kepemimpinan tetap PNI-Staatpartij tersebut dibentuk. Adapun struktur
kepemimpinan dari PNI-Staatpartij tersebut sebagai berikut :
Pemimpin Besar Pertama: Sukarno
Pemimpin Besar Kedua : Moh. Hatta
Pemimpin Umum : Gatot Tarumamihardja (Ketua Partai), Iwa, Sajuti Melik, Sudjono dan
Maramis
Seksi Politik : Abikusno (Ketua), Iwa, Wikana, Suroto, Oto Iskandardinata,
Wondoamiseno, Maramis, Sukiman, Sunario, Trimurti, Sajuto Melik, A. Baswedan,
liem Koen Hian, P. F. Dahler.
Seksi Organisasi : Muwardi (Ketua), Sartono, Sukardjo, Wirdjopranoto, Sudiro M Bah,
Sudiro, Supeno, Latuhrhary, Sakirman, Sukarni, Harsono Tjokroaminoto,
Winoto Danuasmoro, Sjarif Thajeb, Gaos Hrjasumantri, Ny. S. Mangunpuspito,
Soeprapto, S. H., dan M. Tabrani.
BAB
KONFLIK ELITE POLITIK DALAM
PEMBENTUKAN PNI STAATPARTIJ TAHUN 1945 2
PEMBENTUKAN PNI-
STAATPARTIJ

KONFLIK ELITE POLITIK

SISTEM PARLEMENTER SISTEM MULTI PARTAI

BERDIRINYA PARTAI-PARTAI BARU


KONFLIK ELITE POLITIK
Kepengurusan pusat dari PNI-Staatpartij diumumkan pada tanggal 29 Agustus 1945. Gelombang protes
pun hadir kepada PNI yang baru dibentuk ini.

1. Kepengurusan PNI Staataprtij dinilai tidak mewakili


sebagian golongan yang ada di Indonesia
2. PNI Staatpartij tidak lain hanyalah jiplakan dari KNIP
melihat anggotanya banyak yang duduk di
kepengurusan KNIP yang baru saja dilantik
3. PNI Staatpartij mendapat tuduhan bahwa partai
tersebut lebih bersifat fasis dan otokratis karena
tidak sesuai dengan konsep demokrasi.
4. Kepengurusan PNI Staatpartij merupakan mantan
orang-orang yang pernah duduk di Jawa Hokokai
buatan Jepang
Sutan Sjahrir menginginkan
demokrasi dalam arti yang lebih luas.
Demokrasi yang tidak hanya dalam
bidang politik saja, namun juga dalam
bidang sosial dan ekonomi.
Demokrasi berdasarkan kedaulatan
rakyat yang dituangkan dalam
organisasi politik (partai) untuk
menyampaikan aspirasi rakyat
sehingga pemerintahan dijalankan
oleh dewan-dewan perwakilan rakyat
(Sjahrir, 1947 : 49).
Dibubarkannya PNI Staatpartij
Pada tanggal 31 Agustus 1945, Sukarno sebagai
Pimpinan besar PNI-Staatpartij mengeluarkan perintah
untuk menunda pembentukan partai pelopor tersebut
dikarenakan menghindari kesalahan pahaman dari pihak
lain. Perintah tersebut ditanda tangani oleh Sajuti Melik
selaku sekretaris.
Dari Presidensil menjadi Parlementer
Pembubaran PNI Staatpartij Petisi Sutan Sjahrir Pada 7 September 1945
(Memberikan status MPR kepada KNIP)

Maklumat Wakil Presiden No. X Sidang KNIP pada tanggal 16-17 September 1945

Perubahan status dari KNIP


Adapun isi pokok dari maklumat wakil presiden
nomor X tersebut adalah sebagai berikut (16
Oktober 1945)

1. KNIP sebelum MPR-DPR terbentuk diserahi


kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan
garis-garis besar haluan Negara;
2. Berhubung gentingnya keadaan, banyak
anggota KNIP yang diperlukan di daerah-
daerah, maka pekerjaan sehari-hari KNIP
dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja.

Setelah dikeluarkan maklumat No. X itu, KNIP


diharapkan berperan sementara sebagai MPR
dan DPR. Selain itu dalam putusan tersebut telah
disetujui bahwa Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifudin
akan menjadi formatur untuk Badan Pekerja (BP).
Pada hari berikutnya yaitu pada tanggal
17 Oktober 1945, muncul mosi dari Sukarni
terkait kepengrusan KNIP

Sartono dan Latuharhary mundur

Kemudian Sjahrir mengumumkan struktur


baru dari Badan Pekerja KNIP (BP KNIP)
yang beranggotakan 15 orang. Struktur
Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP) tersebut
diketuai oleh Sutan Sjahrir dengan wakil ketua
ialah Amir Sjarifuddin. Umur rata-rata para
anggota berkisar 34-36 tahun, berbeda
dengan struktur kabinet Sukarno sebelumnya
yang rata-rata berumur 46 tahun ke atas.
Untuk mencapai beberapa perubahan tersebut perlu
membentuk sistem multi partai serta menyegerakan
pemilihan MPR dan DPR. Syahrir berpendapat bahwa
dengan didirkannya partai-partai baru bertujuan agar
proses pemilihan MPR dan DPR bersifat lebih demokratis. “...kemerdekaan nasional menurut
sifat demokrasi : pemerintahan yang
dilakukan oleh dewan-dewan
perwakilan. selainnya misalnya
mengadakan aksi tentang segala
pengikatan pers, berserekat dan
berkumpul, mengahpuskan hak-hak
luar biasa pemerintah, persamaan
diantara laki-laki dan perempuan,
berusaha melenyapkan peraturan
feodal... Berusaha supaya setiap orang
mempunyai penghidupan minimum,
pendapatan yang paling rendah guna
memenuhi kehidupan
sederhana...”(Sutan Sjahrir, 1947 : 49)
Parlementer dan Sistem Multi Partai
Untuk mencapai konsep demokrasi Sutan Sjahrir mengembangkan konsep
parlementer untuk bangsa Indonesia. Sjahrir berpendapat bahwa sistem
pemerintahan parlementer merupakan jalan untuk mencapai kesejahteraan
rakyat. Melalui parlemen rakyat dapat memberikan suaranya dalam
pemerintahan. Sehingga kesejahteraan yang diinginkan oleh rakyat dan
dari rakyat benar-benar terpenuhi.

Perubahan KNIP menjadi badan Sukarno didesak mengeluarkan


legislatif maklumat 3 November mengganti
partai tunggal menjadi multi partai
Pembentukan Partai-Partai Politik
Presiden segera menyetujui dan persetujuannya ditambah dengan permintaan agar partai-partai sudah
terbentuk sebelum diadakan pemilihan umum untuk Dewan Perwakilan Rakyat, yang menurut rencana akan
berlangsung Januari 1946. Dengan keluarnya Maklumat Wakil Presiden itu, partai-partai politik muncul ke
permukaan.

1. Partai Komunis Indonesia (21 oktober 1945)


2. Partai Sosialis Indonesia (12 November 1945)
3. Partai Buruh Indonesia (9 November 1945)
4. MASYUMI (7-8 November 1945)
5. Partai Nasional Indonesia (16 Desember 1945)
6. Partai Murba (7 November 1948)
7. Partai Kristen Indonesia (18 November 1945)
8. Persatuan Indonesia Raya (10 Desember 1948)

You might also like