You are on page 1of 30

PENGARUH MAKANAN

TERHADAP TERAPI OBAT

IOM Mohammad Jaelani, DCN, M.Kes


Sub pokok bahasan
 Pengaruh makanan terhadap penyerapan obat
 Reaksi chelasi terhadap penyerapan obat

 Interaksi obat dan enteral nutrisi

 Pengaruh makanan terhadap distribusi obat

 Pengaruh makanan terhadap metabolisme obat

 Pengaruh makanan terhadap ekskresi obat


Penyerapan obat

 Adanya makanan / zat gizi di dalam


lumen usus dapat mengganggu
penyerapan obat.
 Jika obat diberikan intravena,

bioavailabilitas 100%, sedangkan bila


pemberian lewat oral bioavabilitas akan
menurun karena faktor penyerapan dan
metabolisme yang tidak sempurna.
GAMBAR 8-5 Gerakan obat setelah penyerapan GI. Semua obat yang diserap dari situs sepanjang saluran
pencernaan-GI, usus halus, dan usus besar (tapi bukan rektum distal / mukosa oral) - harus melalui hati,
melalui vena porta, dalam perjalanan ke jantung dan kemudian sirkulasi umum. . Untuk beberapa obat, bagian
ini tidak lancar. Yang lainnya menjalani metabolisme hati yang ekstensif. Yang lain menjalani resirkulasi
enterohepatik, siklus berulang dimana obat berpindah dari hati ke duodenum (melalui saluran empedu) dan
kemudian kembali ke hati (melalui darah portal). Seperti yang dibahas dalam teks di bawah Resirkulasi
Enterohepatic, prosesnya terbatas pada obat-obatan yang pertama kali menjalani glukuronosis hepar.
Penyerapan obat osteoporosis

 Contoh penurunan penyerapan obat golongan


bisphosphonate yang terdapat pada obat alendronate,
risedronate, atau ibandronate digunakan dalam
pengobatan osteoporosis.
 Penyerapan berkurang 60% jika dibarengi dengan
minum kopi atau jus jeruk.
 Instruksi produsen : untuk alendronate atau risedronate
diminum pada waktu perut kosong dengan air biasa
setidaknya 30 menit sebelum makanan , minuman atau
obat lainnya. Ibandronate diminum setidaknya 60 menit
sebelum makan, minuman atau obat lain.
Penyerapan obat anemia
 Penyerapan zat besi dari suplemen dapat menurun 50%
jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan.
 Fesi lebih baik dikonsumsi saat perut kosong.
 Orange jus, karena kandungan vitamin C-nya dapat
meningkatkan penyerapan sebesar 85%.
 Jika besi harus dikonsumsi dengan makanan untuk
menghindari gangguan GI, harus menghindari makanan
berserat, telur, makanan tinggi fitat, suplemen serat,
teh, kopi, produk susu, atau suplemen kalsium, karena
dapat mengganggu penyerapan zat besi.
Penyerapan obat antibiotik
 Dengan adanya makanan tertentu akan pengaruhi
tingkat pengosongan lambung.
 Pengosongan lambung akan tertunda oleh
konsumsi serat tinggi atau makanan tinggi lemak.
 Secara umum, keterlambatan dalam penyerapan
obat pengaruhnya secara klinis tidak signifikan
selama tingkat absorpsi tidak terpengaruh.
 Namun, tertundanya penyerapan antibiotik atau
analgesik mungkin secara klinis memberikan
pengaruh yang signifikan.
Reaksi Chelasi terhadap penyerapan obat

 Reaksi khelasi terjadi antara obat-obat tertentu (yang


memiliki valen sama : 2 atau 3 kation, seperti Fe, Ca,
Mg, Al, akan menyebabkan penyerapan obat mungkin
berkurang.
 Reaksi khelasi terlihat paling sering dengan tetrasiklin
dan antibiotik fluorokuinolon.
 Antibiotik fluorokuinolon dan tetrasiklin akan
membentuk kompleks larut dengan kalsium dalam
makanan / minuman produk susu / suplemen yang
diperkaya Ca, atau Al dalam antasida, sehingga
mengurangi penyerapan obat dan nutrisi tersebut.
Reaksi Chelasi terhadap penyerapan obat

 Pendekatan yang optimal untuk menghindari


interaksi ini adalah untuk menghentikan
suplemen selama mendapat resep antibiotik
tersebut.
 Jika hal ini tidak mungkin, terutama dengan

magnesium, atau dengan penggunaan


antibiotik jangka panjang, obat harus
diberikan setidaknya 2 jam sebelum atau 6
jam setelah konsumsi mineral.
Reaksi Chelasi terhadap penyerapan obat

 Obat penyakit Parkinson entacapone


(Comtan) kelat dengan besi; Oleh
karena itu besi harus diberikan 1 jam
sebelum atau 2 jam setelah minum
obat.
Penyerapan obat
 pH pencernaan merupakan faktor penting dalam
penyerapan obat.
 Setiap situasi yang mengakibatkan perubahan pH
asam dalam lambung, seperti achlorhydria atau
hypochlorhydria, dapat mengurangi penyerapan obat.
 Sebuah contoh dari interaksi tersebut adalah
kegagalan ketoconazole (obat antijamur ), untuk
membersihkan infeksi Candida pada pasien dengan
HIV atau pada pengurangan asam lambung pada
penderita GERD.
Penyerapan obat
 Ketokonazol mencapai penyerapan yang
optimal dalam kondisi asam medium.
 Menelan ketoconazole dengan minuman

asam seperti cola, jus cranberry, jus


jeruk, atau asam klorida encer (HCl)
dapat meningkatkan bioavailabilitas pada
pasien ini.
Penyerapan obat
 Kehadiran makanan di perut meningkatkan
penyerapan beberapa obat, seperti axetil
cefuroxime (antibiotik) atau saquinavir ( obat
antiretroviral).
 Obat ini diresepkan untuk diminum setelah makan
untuk mengurangi dosis yang harus diminum untuk
mencapai tingkat yang efektif.
 Bioavailabilitas cefuroxime axetil secara
substansial lebih besar ketika diminum dengan
makanan, dibandingkan di saat puasa.
INTERAKSI OBAT DAN ENTERAL NUTRISI

 Pemberian enteral kontinyu adalah metode


yang efektif untuk memberikan nutrisi kepada
pasien yang tidak dapat menelan atau makan
secara memadai.
 Namun, penggunaan makanan enteral untuk

pemberian obat bisa menjadi masalah.


 Bila obat cair dicampur dengan formula

enteral, inkompatibilitas mungkin terjadi.


INTERAKSI OBAT DAN ENTERAL NUTRISI

 Jenis ketidakcocokan fisik meliputi granulasi,


pembentukan gel, dan pemisahan produk enteral.
 Hal ini menyebabkan tersumbatnya tabung
makanan dan gangguan pemberian nutrisi pada
pasien.
 Contoh obat yang dapat menyebabkan
pembentukan granulasi dan gel adalah suspensi
ciprofloxacin (antibiotik), klorpromazin
(antipsikotik), guaifenesin (ekspektoran, dan sirup
metoklopramid (antinausia/vomiting).
Distribusi obat
 Albumin adalah protein pengikat obat yang paling
penting dalam darah.
 Tingkat albumin serum yang rendah seringkali
merupakan hasil dari kondisi inflamasi akut dan
kronis.
 Albumin yang rendah mengarah ke situs pengikatan
yang lebih sedikit untuk obat dengan protein tinggi.
 Semakin sedikit situs pengikat, semakin besar fraksi
obat bebas didalam serum.
Distribusi obat
 Pasien dengan tingkat albumin di bawah 3 g / dl
berisiko tinggi mengalami efek samping.
 Dosis obat yang lebih rendah dari obat tersebut
sering direkomendasikan untuk pasien dengan
kadar albumin rendah.
 Risiko perpindahan satu obat dari situs pengikatan
albumin oleh obat lain lebih besar bila kadar
albumin kurang dari 3 g / dl.
Distribusi obat
 Warfarin (antikoagulan), 99,9% terikat protein serum,
dan fenitoin (antikonvulsan), 90% terikat protein serum,
biasanya digunakan pada pasien yang lebih tua.
 Tingkat albumin rendah cenderung lebih umum pada
pasien yang lebih tua dan pada pasien yang sakit kritis.
 Dalam kasus warfarin, tingkat obat bebas yang lebih
tinggi menyebabkan risiko pendarahan yang berlebihan.
 Toksisitas fenitoin dapat terjadi akibat kadar fenitoin
bebas yang terlalu tinggi atau rendah, mengakibatkan
kejang.
Metabolisme obat
 Sistem enzim di saluran pencernaan dan hati, meski
bukan satu-satunya situs metabolisme obat,
menjelaskan sebagian besar aktivitas metabolisme
obat dalam tubuh.
 Makanan dapat menghambat dan meningkatkan
metabolisme obat dengan mengubah aktivitas
sistem enzim ini.
 Diet tinggi protein dan rendah karbohidrat dapat
meningkatkan metabolisme hati dari teofilin (obat
asma)
Pengaruh KH terhadap theophiline
 Diet protein tinggii akan meningkatkan
katabolisme theophyline sebaliknya bila mendapat
KH akan menurunkan tingkat katabolisme obat.
 Secara klinis episode dan frek. asma akan menurun
jika mendapat diet tinggi KH dan rendah protein
(pertahankan kadar theophiline dlam plasma)
Ekskresi obat
 Makanan dan nutrisi bisa mengubah reabsorpsi obat
dari tubulus ginjal.
 Reabsorpsi obat litium(antidepresan) dikaitkan
dengan reabsorpsi natrium.
 Pasien yang mengalami hiponatremia dan
mengkonsumsi lithium berisiko mengalami toksisitas,
disebabkan tubuh menyerap kembali lithium karena
struktur molekul natrium dan litium serupa.
 Tetapi bila kelebihan Na, akan menghasilkan tingkat
litium yang lebih rendah dan kemungkinan kegagalan
terapeutik.
Ekskresi obat
 Obat yang sifatnya basa diserap kembali dari
tubulus ginjal ke dalam sirkulasi sistemik
 Obat asam sebagian besar berada dalam keadaan
nonionik dalam air kencing dengan pH asam,
sedangkan obat basa sebagian besar dalam keadaan
nonionik dalam urin dengan pH basa.
Ekskresi obat
 Perubahan pH urin oleh makanan dapat mengubah
jumlah obat yang ada dalam keadaan nonionik,
sehingga meningkatkan atau menurunkan jumlah
obat yang tersedia untuk reabsorpsi tubular.
 Makanan seperti susu, buah-buahan (termasuk
buah sitrus), dan sayuran adalah alkalinizers
(pembuat basa) urine
Ekskresi obat
 Perubahan ini dapat mempengaruhi keadaan ionik dari
obat dasar seperti agen quinidine (antiaritmia).
 Dalam urin alkali, quinidine sebagian besar berada
dalam keadaan nonionik.
 Tersedia untuk reabsorpsi dari urin ke dalam sirkulasi
sistemik, yang dapat menyebabkan tingkat darah lebih
tinggi.
 Ekskresi memantine (untuk alzaimer), juga mengalami
penurunan pH basa, sehingga meningkatkan kadar
obat-obatan.
Ekskresi obat
 Peningkatan kadar obat dapat meningkatkan risiko
toksisitas.
 Interaksi ini paling mungkin secara klinis
signifikan bila diet terdiri dari satu kelompok
makanan.
 Pasien harus diingatkan untuk tidak melakukan
perubahan diet utama tanpa berkonsultasi dengan
dokter, ahli gizi, atau apoteker.
Interaksi makanan terhadap obat

Makanan Obat Efek


Minum kopi atau jus jeruk obat golongan Penurunan penyerapan
bisphosphonate : Intruksi diminum saat
alendronate, risedronate, perut kosong 30-60 mnt
ibandronate (obat sebelum makan/minum
osteoporosis)

Makanan serat, telur, fitat, Tablet Fe Penurunan penyerapan


teh, kopi, susu, suplemen Intruksi diminum saat
kalsium. perut kosong / dibarengi
minum orange jus

Makanan tinggi serat /tinggi Antibiotik / analgesik Penyerapan obat tertunda


lemak mempengaruhi
pengosongan lambung
Reaksi Chelasi terhadap penyerapan obat

Makanan Obat Efek


zat besi, kalsium, Antibiotik (tetrasiklin Membentuk komplek
magnesium, seng, atau dan fluorokuinolon) larut dengan Fe, Ca,
aluminium Mg / Al sehingga
mengurangi
penyerapan obat dan
nutrisi

Besi Entacapone (Obat kelat dengan besi;


Parkinson) Oleh karena itu besi
harus diberikan 1 jam
sebelum atau 2 jam
setelah minum obat.
Rangkuman dilanjutkan
sendiri.......
TERIMA KASIH
Referency :
 Bertram G.K., Basic & Clinical Pharmacology, Departement of
Pharmacology University of California, San Fansisco, 1992
 Linder, M.C., Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara
Klinik, UI-Press, Jakarta, 1992
 Moor M.C., Terapi Diet dan Nutrisi, Hipocrates, Jakarta, 1997
 Mahan, L. K. [2017], Krause’s food & the nutrition care, Fourteenth
edition,St. Louis, Missouri : Elsevier.
 Ruth A. Roth, MS, RD (2011), Nutrition & Diet Therapy, 10th
Edition, USA.
 Roch, M (2004), Alcohol and Other Drugs: A Handbook for Health
Professional, National Centre for Education and Training on Addiction
(NCETA) Flinders University
 dll

You might also like