Professional Documents
Culture Documents
Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat
Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat
KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT
SISTEM TRIASE
A (Airway)
B (Breathing)
C (Circulation)
D (Dissability of Neurity)
E (Ekspose)
F (Full-set of Vital sign)
Pulse Oxymetry
Triase Two-Tier
sistem ini memerlukan orang kedua
yang bertindak sebagai penolong kedua
yang bertugas mensortir pasien untuk
dilakukan pengkajian lebih rinci.
Triase Expanded
sistem ini dapat ditambahkan ke sstem
komprehensif dan two tier mencakup
protokol penanganganan:
1.Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat
luka)
2.Pemeriksaan diagnostik
3.Pemberian obat
4.Tes Lab (Darah, KGD, urinalisis, dll)
Triase Bedside
pasien dalam sistem ini tidak
diklasifikasikan triasenya, langsung
ditangani oleh perawat yang bertugas,
cepat tanpa perlu menunggu antri.
61% menggunakan 4 kategori
pengambilan keputusan yaitu dengan
menggunakan warna kartu/status sebagai
tanda klasifikasi yaitu Merah (emergen),
Kuning (Urgent), hijau (non urgen), Hitam
(expectant)
KATEGORI/KLASIFIKASI
TRIASE
Merah (Emergent)
Yaitu korban-korban yang membutuhkan
stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang
mengancam kehidupan dan memerlukan
perhatian segera.
Contoh:
syok oleh berbagai kausa
Gangguan pernafasan
Trauma kepala dengan pupil anisokor
Perdarahan eksternal masif
Kuning (Urgent)
Yaitu korban yang memerlukan pengawasan ketat,
tetapi perawatan dapat ditunda sementara. Kondisi
yang merupakan masalah medis yang signifikan dan
memerlukan penatalaksanaan sesegera mungkin.
Tanda-tanda vital klien ini masih stabil.
Contoh:
Fraktur multiple
Fraktur femur/pelvis
Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan
jantung, trauma abdomen berat)
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran/trauma kepala
Korban dengan status yang tidak jelas.
Hitam (Expectant)
6 % memakai sistem empat kelas yaitu:
1.Kelas I: Kritis (mengancam jiwa, ekstremitas,
penglihatan atau tindakan segera)
2.Kelas II: Akut (terdapat perubahan yang
signifikan, tindakan segera mungkin)
3.Kelas III: Urgen (signifikan, tindakan pada
waktu yang tepat)
4.Kelas IV: Non urgen ( tidak terdapat resiko
yang perlu segera ditangani)
10% digunakan sistem 5
tingkat yaitu
Tingkat Akuitas Waktu Contoh
penanganan
dan mengkaji
ulang
1 Kritis Segera Henti jantung
2 Tidak stabil 5 – 15 menit Fraktur mayor
3 Potensial tidak 30 – 60 menit Nyeri abdomen
stabil
4 Stabil 1 – 2 jam Sinusitis
5 Rutin 4 jam Pengangkatan
jahitan
Pengkajian (PQRST)
◦ Provokes (pemicu)
◦ Quality (kualitas)
◦ Radiation (penyebaran)
◦ Severity (intensitas)
◦ Time (Waktu)
◦ Treatment (penanganan)
Ditambah dengan riwayat alergi, obat2an
terahir, imunisasi, haid terahir, setelah itu
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
baru dklasifikasikan
DARURAT
Tipsord-Klinkhammer dan Adreoni
menganjurkan OLD CART
Onset of system (awitan gejala)
Location of Problem (Lokasi masalah)
Duration of symptoms (karakteristik
gejala yg dirasakan)
Aggraviting Factor (faktor yang
memperberat)
Relieving Factors (faktor yang
meringankan)
Treatment (penanganan sebelumnya)
Menurut standart ENA(1999):
Kebutuhan fisik
Tumbuh kembang
Psikososial
Akses klien dalam institusi pelayanan kes
Alur pasien dalam kedaruratan
Pertimbsangan pengambilan
keputusan triase
Alur Pasien UGD
Pastikan keluhan klien (cocokkan dengan apa
yang perawat lihat)
Kaji segera yang penting (HR, jika ada luka dep
dengan segera)
Kaji berdasarkan ABCD)
Kaji awitan yang baru timbul
Pantau:Setiap gejala cendrung berulang atau
intensitas meningkat
Setiap gejala yang disertai perubahan pasti
lainnya
Kemunduran secara progresif
Usia
Awitan
Misteri
Keharusan pasien berbaring
Kontrol yang ketat
Diagnosa
Diagnosa keperawatan gawat darurat
adalah masalah potensial dan aktual.
Tetapi perawat tetap harus mengkaji
pasien secara berkala karena kondisi
pasien dapat berubah terus menerus.
Diagnosa keperawatan bias berubah
atau bertambah setiap waktu.
Intervensi/implementasi
Intervensi yang dilakukan sesuai dengan
pengkajian dan diagnosa yang sesuai dengan
keadaan pasien dan harus dilaksanakan
berdasarkan skala prioritas. Prioritas ditegakkan
sesuai dengan tujuan umum dari
penatalaksanaan kedaruratan yaitu untuk
memepertahankan hidup, mencegah keadaan
yang memburuk sebelum penanganan yang
pasti. Prioritas ditentukan oleh ancaman terhadap
kehidupan pasien. Kondisi yang mengganggu
fungsi fisiologis vital lebih diutamakan dari pada
kondisi luar pasien. Luka di wajah, leher dan
dada yang mengganggu pernafasan biasanya
merupakan prioritas tertinggi.
Prinsip Penatalaksanaan Keperawatan
Gawat Darurat:
Memelihara jalan nafas dan menyediakan ventilasi yang
adekuat, melakukan resusitasi pada saat dibutuhkan. Kaji
cedera dan obstrusksi jalan nafas
Kontrol perdarahan dan konsekuensinya
Evaluasi dan pemulihan curah jantung
Mencegah dan menangani syok, memelihara sirkulasi
Mendapatken pemeriksaan fisik secara terus menerus,
keadaan cedara atau penyakit yang serius dari pasien tidak
statis
Menentukan apakah pasien dapat mengikuti perintah,
evaluasi ukuran dan aktivitas pupil dan respon motoriknya
Mulai pantau EKG, jika diperlukan
Lakukan penatalaksanaan jika ada dugaan fraktur cervikal
dengan cedera kepala
Melindungi luka dengan balutan steril
Periksa apakah pasien menggunaakan kewaspadaan medik
atau identitas mengenai alergi dan masalah kesehatan lain
Mulai mengisi lembar alur tanda vital, TD dan status
neurologik untuk mendapatkan petunjuk dalam mengambil
keputusan
Setelah mendapat pertolongan adekuat,
vital sign dievaluasi secara berkala,
setelah itu konsulkan dengan dokter atau
bagian diagnostik untuk prosedur
berikutnya, jika kondisi sudah mulai stabil
pindahkan ke ruangan yang sesuai.
Evaluasi