You are on page 1of 25

Penyelenggaraan Pemilu

di Indonesia

Oleh:
Marwan Effendy, SP.,MM
(Kepala Badan Kesbangpol
Kabupaten Empat Lawang)
Kembal
i

PENYELENGGARAAN PEMILU

Pemilihan Umum di Indonesia dilaksanakan secara nasional


sejak tahun 1955. Namun sebelum pemilu yang bersifat
nasional tersebut, Indonesia telah melaksanakan Pemilu
yang bersifat lokal. Yang dilaksanakan Tahun 1951 di
Minahasa dan Yogyakarta.

Pemilu di Minahasa memilih secara langsung 25 anggota


DPRD. Pemilu di Yogyakarta memilih secara tidak langsung
anggota DPRD, pemilih memilih 7268 elektoral yang bertemu
lima pekan kemudian untuk memilih 40 anggota DPR.
Kemba
li

Pemilihan umum pada


masa orde baru :

1971 1977 1982

1987 1992 1997


Kembal

PEMILU 1971
i

 Pemilu 1971 diselenggarakan pada 5 Juli 1971 yang pelaksaaannya mengacu\


pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969.
 Dalam Pasal 8 UU 15 Tahun 1969 menyatakan bahwa Pemilu dilaksanakan
oleh pemerintah di bawah pimpinan Presiden. Untuk melaksanakan Pemilu,
Presiden membentuk Lembaga Pemilihan Umum (LPU) yang diketuai oleh
Menteri dalam Negeri .
 Lembaga Pemilu (LPU) dibentuk Panitia Pemilihan Indonesia (PPI), Panitia
Pemilihan Daerah Tingkat I, Panitia Pemilihan Daerah Tingkat II, Panitia
Pemungutan Suara di kecamatan, dan Panitia Pendaftaran Pemilih di
desa/kelurahan.
 Pejabat pemerintahan bertindak sebagai ketua merangkap anggota untuk
setiap jenjang panitia, mulai dari Menteri Dalam Negeri, Gubernur,
Bupati/Walikota, Camat, dan Kepala Desa/lurah.
Kembal
i
PEMILU 1977
Penyelenggaraan Pemilu 1977 mengacu pada UU Nomor 15 Tahun
1969 yang sebagaimana diubah dalam UU 5 Tahun 1975 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 1976 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-Anggota Badan
Permusyawaratan/ Perwakilan Rakyat .
Pemilu 1982 :
Pemilu diselenggarakan pada Mei 1982. Adapun Aspek Perubahan pada
Pemilu ini adalah:
Pertama, penambahan unsur organisasi peserta Pemilu dalam Panitia
Pemilihan Umum maupun Panitia Pemilihan di Daerah;

Kedua, pembentukan Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu dalam Panitia


Pemilihan Umum, yang ketuanya dijabat oleh pejabat pemerintah, sedangkan
anggotanya melibatkan unsur organisasi peserta Pemilu;

Ketiga, pemberian hak kepada organisasi peserta Pemilu untuk mengirim saksi
di setiap tempat pemungutan suara;

Keempat, ketentuan yang memungkinkan adanya penggabungan suara antar


peserta Pemilu untuk diperhitungkan dalam pembagian kursi (Janedjri, 2013).
PEMILU 1987
Pada masa orde baru untuk melaksanakan Pemilu 1987 dilakukan
perubahan Undang-Undang Pemilu melalui UndangUndang Nomor 1
Tahun 1985, dan dibentuk Peraturan Pemerintah baru yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985. Perubahan penting yang terjadi
hanya pada penambahan anggota Panitia Pengawas Pemilu yang
memasukkan Panglima ABRI di dalamnya (Janedjri, 2013).
PEMILU 1992
Pada Pemilu 1992 tidak ada perubahan Undang-Undang Pemilu,
hanya Peraturan Pemerintah yang diubah melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 37 tahun 1990, tidak ada perubahan terkait penyelenggara Pemilu
di dalamnya.
Pemilu terakhir masa Orde Baru adalah Pemilu 1997, pada Pemilu 1997
tidak ada perubahan Undang-Undang Pemilu, melainkan perubahan
Peraturan Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
1996.
LAPISAN REFORMASI SECARA ANALITIS
HARUS DIBEDAKAN PADA PEMILU 1992 :
1). Perbaikan terhadap semua penyimpangan yang terjadi;

2). Penghapusan segala faktor yang menyebabkan


penyimpangan itu terjadi;

3). Peletakan dasar baru dari kehidupan kenegaraan


(Abdullah, 1999)
PEMILU 1999
Pemilu Tahun 1999 dapat disebut sebagai pemilu anti-tesis
pemilu-pemilu Orde Baru, disebut demikian karena beberapa hal :
Pertama, liberalisasi politik yang melahirkan 48 peserta pemilu
menjadikan pemilu hampir diikuti seluruh spectrum ideology yang
pernah ada di pentas politik Indonesia tanpa kecuali.
Kedua, pemilu dibangun diatas spirit baru, yaitu Luber dan Jurdil.
Ketiga, adanya netralitas birokrasi (Pamungkas, 2009).
PEMILU 1999
Penyelenggaraan Pemilu 1999 dilaksanakan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan
Umum. Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999
menegaskan bahwa penanggung jawab Pemilu adalah
Presiden, dan pada Pasal 8 ayat (2) ditentukan bahwa
penyelenggaraan Pemilu dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) yang bebas dan mandiri, yang
bertanggungjawab kepada Presiden.
Kewajiban Panitia Pengawas Pada
Pemilu 1999 :
a). Mengawasi semua tahapan penyelenggaraan Pemilu;
b). Menyelesaikan sengketa atau perselisihan yang timbul
dalam penyelenggaraan Pemilu;
c). Menindaklanjuti temuan, sengketa atau perselisihan yang
tidak dapat diselesaikan untuk dilaporkan kepada instansi
penegak hukum.
Pemilihan umum pada
Masa era reformasi :
Pemilihan Umum Tahun
2004
Pemilihan Umum Tahun
Pemilihan2009
Umum Tahun
2014
Pemilihan Umum Tahun
2019
Kembal
i
PEMILU 2004
Penyelenggara Pemilu 2004, sesuai dengan amanat Pasal
22E ayat (5) UUD 1945 adalah suatu komisi pemilihan umum
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
Ketentuan tersebut diterjemahkan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2003 dengan membentuk Komisi Pemilihan Umum
sebagai penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap,
dan mandiri, serta bertanggung jawab atas penyelenggaraan
Pemilu.
Kembal
i
PEMILU 2004
Berbeda dengan Pemilu 1999 dimana KPU
bertanggungjawab kepada Presiden, berdasarkan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2003, KPU tidak bertanggungjawab
kepada Presiden. KPU hanya menyampaikan laporan
penyelenggaraan Pemilu kepada Presiden dan DPR.
Kemandirian anggota KPU antara lain diwujudkan dalam
persyaratan anggota KPU yaitu tidak menjadi anggota atau
pengurus partai politik dan tidak sedang menduduki jabatan
politik, jabatan struktural, dan jabatan fungsional dalam
jabatan negeri (Janedjri, 2013).
Kembal
i
PEMILU 2004
Dalam pelaksanaan Pemilu 2004, ditentukan bahwa KPU
membentuk Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu), Panwaslu
lalu membentuk Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, dan Panitia Pengawas
Pemilu Kecamatan.
Panwaslu bertanggungjawab kepada KPU sehingga
kedudukannya berada dibawah KPU. Anggota Panwaslu terdiri
dari sebanyak-banyaknya sembilan orang, terdiri dari unsur
kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, tokoh masyarakat dan
pers (Janedjri, 2013).
Kembal
i
PEMILU 2009
Dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD
serta Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden. selain itu juga dilaksanakan
Pemilukada berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam Pemilu 2009 ini juga berdasarkan Undang Undang Nomor
22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu, di dalamya
mengatur khusus tentang Badan Pengawas Pemilu (Janedjri, 2013).
Kembal
i
PEMILU 2014
Dibuat ketentuan mengenai Pemilu yang terbagi menjadi
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilu dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2012 tentang Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah,
sementara untuk Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tetap
mengacu pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
Kembal
i
PEMILU 2014
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 menyatakan bahwa
Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang
menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan
Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai satu kesatuan
fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden
secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih gubernur,
bupati, dan walikota secara demokratis.
Penyelenggara Pemilu berdasarkan Kembal
i

UU Nomor 15 Tahun 2011 :


1). Komisi Pemilihan Umum ( KPU )
Lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap,
dan mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu.
KPU menjalankan tugasnya secara berkesinambungan dan
dalam menyelenggarakan Pemilu, KPU bebas dari pengaruh
pihak mana pun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan
wewenangnya.
KPU berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia,
KPU Provinsi berkedudukan di ibu kota Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota.
Penyelenggara Pemilu berdasarkan Kembal
i

UU Nomor 15 Tahun 2011 :


2). Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU)
Lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengawasan penyelenggaraan Pemilu dilakukan oleh
Bawaslu,Bawaslu Provinsi, PanwasluKabupaten, Panwaslu
Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas
Pemilu Luar Negeri.
Penyelenggara Pemilu berdasarkan Kembal
i

UU Nomor 15 Tahun 2011 :


2). Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU)
Bawaslu dan Bawaslu Provinsi bersifat tetap, Panwaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu
Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri bersifat ad
hoc.
Penyelenggara Pemilu berdasarkan
UU Nomor 15 Tahun 2011 :
3). Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)
Lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik
Penyelenggara Pemilu dan merupakan satu kesatuan fungsi
penyelenggaraan Pemilu.
DKPP dibentuk untuk memeriksa dan memutuskan pengaduan
dan/atau laporan adanya dugaan pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh anggota KPU, anggota KPU Provinsi, anggota KPU
Kabupaten/Kota, anggota PPK, anggota PPS, anggota PPLN, anggota
KPPS, anggota KPPSLN, anggota Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi
dan anggota Panwaslu Kabupaten/Kota, anggota Panwaslu
Kecamatan, anggota Pengawas Pemilu Lapangan dan anggota
Pengawas Pemilu Luar Negeri.
PEMILU 2019
Pada masa ini Undang-undang Pemilu telah
disatukan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum.
Beberapa perubahan terkait penyelenggara
pemilihan umum diantaranya:
“penguatan pengawasan Pemilu dengan menetapkan panitia
pengawas pemilihan umum kabupaten/kota yang tadinya
bersifat adhoc menjadi tetap sebagai Badan Pengawas
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota”.
Terima
kasih

You might also like