Professional Documents
Culture Documents
Penalaran - Disharmoni
Penalaran - Disharmoni
Ahli ilmu perundang-undangan Maria F. Indriati Soeprapto pernah membahas
pertentangan antara Pasal 20 ayat (4) dan ayat (5) UUD 1945. Menurutnya, kalau
terjadi kontradiksi demikian, ayat yang belakangan akan mengenyampingkan
ayat yang sebelumnya. Hukomonline, “Maria Farida; Tanpa pengesahan
Presiden, UU Tidak Berlaku http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=7878&d=Wawancara, 24 April 2003
Terjadi inkonsistensi antara Res judicate Putusan hakim harus Doktrin
sumber formal hukum yang pro veritate dianggap benar (sekalipun
berbeda, yaitu antara UU dan hebetur bertentangan dg UU,
putusan hakim sampai ada putusan hakim
lain yang mengoreksinya)
Asas ini sering juga disebut “Res judicate pro veritate accipitur (A thing
adjudicated is received as the truth. A judicial decision is conclusive until
reversed, and its verity cannot be contradicted). Lihat P.G. Osborn, A Concise
Law Dictionary, London: Sweet & Maxwell Ltd 1954. p. 294
Terjadi inkonsistensi antara Lex dura sed UU tidak dapat diganggu Legalitas
sumber formal hukum tamen scripta gugat. Pasal 15 AB
yang berbeda, yaitu antara (Algemene Bepalingen
UU yg bersifat memaksa van Wetgeving loor
dan kebiasaan Indonesie
Kebiasaan saja tidak dapat mengikat seseorang kecuali kebiasaan itu sudah
diperkuat oleh UU
Terjadi inkonsistensi antara Die Perbuatan yang berualang- Ps 28 (1) UU
sumber formal hukum yang Normatieven ulang akan memberi No 4/2004 ttg
berbeda, yaitu antara UU yg Kraft des kekuatan berlaku normatif MA
bersifat mengatur dg kebiasaan Faktischen
“Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yg hidup dlm masyarakat”. Artinya bahwa
hakim tidak perlu harus terikat kepada UU (hukum tertulis) tetapi dapat mencari sumber hukum
lain, misalnya kebiasaan yang mencerminkan nilai-nilai dan rasa keadilan masyarakat.
Pasal 28
(1) Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan
rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
(2) Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib
memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa.