You are on page 1of 22

ONKOLOGI THT

ADINDA PARAMITHA 19710138/B4


Onkologi THT
Inverted
01 CA Nasofaring 03 Papiloma
Angiofibro
CA Laring Nasofaring
02 04 Juvenille

03 CA Sinonasal 05 Epistaksis
CA Nasofaring (KNF)
CA Nasofaring (KNF)
Pemeriksaan Fisik dan
Gejala KNF adalah tumor ganas yang berasal dari epitel penunjang
nasofaring dan dapat menyebar kedalam atau • Pembesaran KGB leher
• Obstruksi hidung • cairan di kavum timpani

keluar nasofaring
Benjolan di leher • keterlibatan nervus
• Epistaksis kranialis.
• Nasoendoskopi untuk
• Otitis media, otalgi,
mengamati kondisi
tinitus, hearing loss nasofaring.
• biopsi
• Gejala dini : gx yg
timbul di waktu Terapi
tumor masih • Radioterapi : KNF
tumbuh di dalam mempunyai sifat
bata2 nasofaring radiosensitive,
(gx setempat) merupakan terapi
utama.  
• Gejala lanjut : • Kemoterapi
berupa metastase neoadjuvant
ataupun infiltrat • Nasofaringektomi
dari tumor
Staging CA Nasofaring (KNF)

A PICTURE IS WORTH A THOUSAND


WORDS

American Joint Committee on Cancer


CA Laring
Keganasan yang muncul pada regio
laring (supra glotik, glotik, subglotik)

Pemeriksaan Fisik dan Terapi


Diagnosis penunjang
• Laringektomi parsial
Etiologi • Tumor supraglotis : rasa • Palpasi : untuk (LP)
• mengganjal, hot potatoes, memeriksa pembesaran •
Merokok, alkohol, Laringektomi total
voices/muffle, disfagia, pada membrane (LT): dikombinasi
faktor makanan
dipsneu, otalgi, servikal krikotiroid atau tirohioid dengan: Diseksi leher
• Human papilloma metastasis (membesar dan keras) fungsional (DLF),
virus tipe 16 dan 18 • Tumor glottis: Hoarseness
• • radikal Radioterapi,
Paparan zat • Tumor subglotis : Airway • indirek laringoskopi, • kemoterapi, dan
karsinogen obstruction fleksibel endoskopi, ct • terapi target
scan
Staging CA Laring

American Joint Committee on Cancer (2010)


CA Sinonasal
Keganasan tersering oleh sel skuamosa dengan
lokasi terbanyak di sinus maksillaris

Etiologi Riwayat sinusitis kronis, polip


hidung, penggunaan sediaan obat
hidung, merokok, riwayat pekerjaan
kayu, kulit dan pemurnian nikel
Gejala
o Gejala Nasal : obstuksi hidung unilateral dan rinorea. Sekretnya bercampur
darah atau terjadi epistaksis.
o Gejala orbital : diplopia, proptosis atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia,
gangguan visus dan epifora.
o Gejala oral : nyeri gigi
o Gejala facial : penonjolan di pipi, nyeri, anastesia atau parestesia muka
o Gejala intracranial : sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus,
likuorea
CA Sinonasal
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan penekanan pada regio
sinonasal, orbita dan syaraf-syaraf kranial, dan endoskopi nasal. Pemeriksaan
Pendorongan bola mata Fisik
• Terdorong ke atas : tumor berasal dari sinus maksila
• Terdorong ke bawah dan lateral : tumor berasal dari sinus
frontal atau etmoid

Pada rinoskopi anterior dan posterior perhatikan dinding lateral


kavum nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus
maksila

• Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan tumor sinonasal, jenis


operasi tergantung pada lokasi dan perluasan tumor
Terapi
• Kemoterapi : penggunaan efek cytoreductive untuk mengurangi rasa
nyeri dan penyumbatan, atau untuk mengecilkan lesi eksternal massif.
Inverted Papiloma

Tumor jinak sinonasal yang tumbuh


dari dinding lateral kavum nasi,
bersifat agresif lokal (kecenderungan
untuk kambuh dan dapat berubah
menjadi ganas), terdiri dari epitel
kolumnar
atau epitel silindris bersilia
Inverted Papiloma
Gejala Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan fisik Terapi

• Obstruksi nasal
unilateral • Biopsi : menegakan
• Hidung tersumbat dx definitif
Gambaran massa • CT scan & MRI : Pengangkatan tumor
• Sekret hidung secara komplit dan
menentukan
bercampur darah, polipoid berwarna tulang dibawahnya
perluasan tumor dan
• Pada kasus lanjut : abu2 sampai merah memprediksi asal dengan tetap
epifora, nyeri kepala, muda, mullberry tumbuhnya tumor mempreservasi
like, padat, rapuh mukoperiosteum yg
nyeri wajah, proptosis, normal
diplopia
Angiofibro Nasofaring Juvenille

tumor jinak langka yg


berasal dari dinding
nasofaring pada
remaja laki-laki,
mempunyai risiko
invasi yang tinggi
karena sifatnya yang
agresif dan merusak
tulang - tulang
tengkorak.
Angiofibro Nasofaring Juvenille
• Hidung buntu
Adanya gangguan • Epistaksis
keseimbangan berulang
hormon androgen Etiologi 1 • Rasa penuh
dan esterogen diwajah
• Hidung/wajah
2 Gejala membengkak (frog
face)

• r. a : massa merah, sekret Pemeriksaan fisik 3


mukopurulen Operasi :
• r. p : massa di nasofaring 4 Terapi Std I & II transpalatal
• Mesfaring : pallatum mole Std IIb : dipreluas
Radiasi dan hormone: dengan membela bibir
bergeser ke inferior
Hormon esterogen atas
• Maksila membengkak • Dietil stilbestrol Std Iic : +masilektomi
• proptosis (5mnggu 2-3 hari)
• Folliculin (esterogen
sintesis)
Angiofibro Nasofaring Juvenille
Pemeriksaan
penunjang

• Biopsi (X) : resiko pendarahan masif


• CT scan, MRI, angiografi

CT scan (pilihan awal)


Karakteristik :
1. Lengkungan anterior dinding maksila posterior
(Holman Miller sign)
2. Erosi dasar sinus sfenoid tumor yang berdekatan dari
nasofaring ke sinus sfenoid, erosi basis pterygoid, dan
perluasan kanal vidian.
3. Distribusi tumor khas dengan lobul yang bertambah
banyak dan tumor berbatas tegas dan menyebar
Angiofibro Nasofaring Juvenille
Klasifikasi ANJ

a
EPISTAKSIS

Epistaksis merupakan perdarahan


spontan yang berasal dari dalam
hidung. Epistaksis bukan suatu
penyakit, melainkan gejala dari suatu
kelainan yang hampir 90% dapat
berhenti sendiri.
EPISTAKSIS
Etiologi vaskularisasi

• Epistaksis anterior berasal dari


• Secara lokal : disebabkan oleh Pleksus Kiesselbach (Little’s area)
trauma, fraktur, reaksi merupakan sumber perdarahan paling
imunologik, kelainan anatomis sering dijumpai anak-anak.
Perdarahan dapat berhenti sendiri
hidung, pengunaan nasal spray,
(spontan) dan dapat dikendalikan
benda asing, tumor intranasal dengan tindakan sederhana

• secara lokal : kelainan vaskuler, • Epistaksis posterior : berasal dari


keganasan hematologik, blood arteri sphenopalatina dan arteri
dyscrasia, alergi, malnutrisi, ethmoid posterior. Perdarahan
cenderung lebih berat dan jarang
alcohol, hipertensi, obatobatan
berhenti sendiri, sehingga dapat
dan infeksi. menyebabkan anemia, hipovolemi
dan syok.
EPISTAKSIS
Pemeriksaan fisik &
penunjang Terapi
• RA & RP Vestibulum, mukosa Penanganan pertama
hidung dan septum adalah kompresi hidung
nasi, dinding lateral
hidung dan konkha dan menutup lubang
inferior harus hidung dengan kasa atau
diperiksa dengan kapas yang telah di rendam
cermat.
pada topical dekongestan
• Tekanan darah : HT selama 5-20 menit
menyebabkan epistaksis
berulang dan hebat
Vasokonstriktor
• CT scan sinus : mengenali
adanya neoplasma dan
infeksi Kauterisasi
• Endoskopi : menyingkirkan
penyakit lain
Observasi 4-6
jam
EPISTAKSIS
DAFTAR PUSTAKA

Jatin P. Shah. Head and neck surgery and oncology. 4th edition. Elsevier-
Philadelphia. 2012
Mandpe AH. 2004. Paranasal sinus neoplasms. In : AK Lalwani, ed.
Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology – Head and Neck
Surgery. International Edition. Boston: McGraw-Hill. Pp: 299-305
Adam GL, Boies LR, Higler PA. (eds) Buku Ajar Penyakit THT, Edisi
Keenam, Philadelphia : WB Saunders, 1989. Editor Effendi H. Cetakan III.
Jakarta, Penerbit EGC, 1997.
Iskandar N, Supardi EA. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan. Edisi Keempat, Jakarta FKUI, 2000; 91, 127-31.
Melia L dan Gerald McGarry. 2008. Epistaksis in adults: a clinical review.
British Journal of Hospital Medicine Vol 69 No 7.
Kucik CJ dan Timothy Clenney. 2005. Management of Epistaksis.
American Family Physician Vol 71 No 2.
Panda NK, Gupta G, Sharma S, Gupta A. Nasopharyngeal angiofibroma-
changing trends in the management. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg.
2012; 64(3):233-9.
TERIMAKASIH
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

You might also like