You are on page 1of 30

PENGANTAR

FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN
*Produk pemikiran
*Obor/pelita & semen peradaban
PENGETAHUAN
Penemuan
Penerapan

ALAT KUALITAS HIDUP


DASAR MANUSIA
MEMPEROLEH PENGETAHUAN
 Apa yang ingin diketahui? (WHAT?)
 Bagaimana caranya memperoleh pengetahuan? (HOW?)
 Apa nilai kegunaan pengetahuan? (VALUES?)

3 MASALAH AZASI/MENDASAR
(Buah pemikiran besar dalam sejarah kebudayaan manusia
merupakan jawaban ketiga pertanyaan tsb.)

PENGETAHUAN

FILSAFAT ILMU
AGAMA
(Saling membutuhkan)
Einstein: “Ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu
adalah lumpuh”)
ILMU & KEBENARAN
ILMU (salah satu bentuk hasil pemikiran
manusia dalam menjawab 3
pertanyaan azasi)
(menghasilkan)

“KEBENARAN” - Konotasi beragam


- Ruang lingkup terbatas
- Harus didukung fakta
empiris/teruji secara empiris*

*Objek empiris: objek dapat dihayati melalui


pancaindera
ILMU & FILSAFAT
FILSAFAT
 Cara berpikir radikal dan komprehensif (berpikir untuk mengupas sesuatu
sedalam-dalamnya)
 Tugas: mempersoalkan/mempertanyakan jawaban yang diberikan (bukan
menjawab pertanyaan kita)

ILMU
Kumpulan pengetahuan dengan ciri2 tertentu (yang membedakannya dengan
pengetahuan2 lain)
Ciri2 Ilmu (didasarkan pada jawaban-jawaban 3 pertanyaan azasi):
1. Apa yang ingin diketahui? (ONTOLOGI ILMU)
2. Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tsb? (EPISTEMOLOGI
ILMU/TEORI PENGETAHUAN)
3. Apa nilai kegunaan pengetahuan tsb.? (AKSIOLOGI ILMU/TEORI NILAI)
(Setiap bentuk buah pemikiran manusia bisa dikembalikan kepada 3 hal tsb. di
atas)
HAKEKAT ILMU
Francis Bacon
PENGETAHUAN = KEKUASAAN
(Knowledge) (Power)
(tergantung pemiliknya)
BERKAH/MALAPETAKA

ILMU BERSIFAT NETRAL


1. Epistemologis ilmu (berpihak pada
kebenaran)
(tergantung 2. Ontologis & aksiologis ilmu (mampu
pada) menilai baik/buruk) Sikap
Landasan moral
SCIENCE

A BODY OF
KNOWLEDGE
SCIENCE
SCIENTIFIC METHOD
1. Ontology (lingkup/subjek/objek)
2. Axiology (terpakai)
3. Epistemology (cara memperoleh)
RESEARCH

RESEARCH
DASAR ONTOLOGI ILMU
Apa yang ingin diketahui ilmu?/
Apa yang menjadi bidang telaah ilmu?

DUNIA EMPIRIS
 Ruang lingkup kemampuan pancaindera manusia dan
peralatan yang dikembangkan sebagai pembantu
pancaindera
(Empiris: sifat kejadian yang terjangkau oleh fitrah
pengalaman manusia/dapat dihayati oleh pancaindera)

 (Berbeda dengan pengetahuan lainnya (agama, filsafat):


ilmu membatasi diri hanya pada kejadian-kejadian yang
bersifat empiris) ILMU disebut juga
PENGETAHUAN EMPIRIS (berdasarkan objek telaahnya)
DASAR ONTOLOGI ILMU (Lanj.)
ILMU tidak “memotret/mereproduksi”
objek/kejadian tertentu ILMU ingin
mengetahui/mengerti mengapa hal tsb.
terjadi (dengan membatasi diri pada hal-
hal yang prinsip/azasi)
PROSES KEILMUAN/ILMIAH bertujuan:
Memeras hakikat objek empiris tertentu
mendapatkan SARI (esensi) berupa
pengetahuan mengenai objek tsb.
ASUMSI
ASUMSI (andaian)
 Untuk mendapatkan pengetahuan, ilmu membuat
beberapa asumsi
 Asumsi perlu Asumsi memberi arah dan
landasan kegiatan penelaahan
 Pengetahuan dianggap benar selama kita dapat
menerima asumsi yang dikemukakan
 Semua teori keilmuan mempunyai asumsi
(tersurat/tersirat)
 Kita baru bisa menerima suatu pengetahuan
keilmuan mengenai objek empiris selama kita
menganggap pernyataan asumtif ilmu mengenai
objek empiris itu benar
ASUMSI OBJEK EMPIRIS
3 ASUMSI MENGENAI OBJEK EMPIRIS
1. Menganggap objek-objek tertentu
mempunyai keserupaan satu sama lain
(mis. bentuk, struktur, sifat)
– Bisa mengelompokkan beberapa objek serupa
ke dalam 1 golongan (KLASIFIKASI)
(Klasifikasi: pendekatan ilmiah yang pertama
berkembang TAKSONOMI: konsep
perbandingan/komparatif dan kuantitatif hanya
dimungkinkan dengan adanya taksonomi yang
baik)
ASUMSI (lanj.)
2. Anggapan: suatu benda tidak mengalami perubahan dalam
jangka waktu tertentu (KELESTARIAN)

ABSOLUT
KELESTARIAN
RELATIF (yang dituntut ilmu)

Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari


perilaku suatu objek dalam keadaan tertentu
(dalam perjalanan waktu setiap benda akan
mengalami perubahan)
Kelestarian Relatif: sifat-sifat pokok suatu benda tidak
berubah dalam jangka waktu tertentu
(bervariasi: bintang, sebongkah es,
bayi)
ASUMSI (lanj.)
3. DETERMINISME (mempunyai konotasi:
peluang/probabilitas)
 Setiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang
bersifat kebetulan
 Tiap gejala memp. pola tertentu yang bersifat tetap
dengan urutan kejadian yang sama
(Mis. mendung hujan, daging dibakar bau aroma
enak)
 Dalam hal ini, ilmu tidak menuntut adanya hubungan
sebab-akibat yang mutlak (mis. kejadian tertentu harus
diikuti kejadian lain: X selalu mengakibatkan Y)
Ilmu hanya mengatakan: X mempunyai peluang besar
untuk mengakibatkan terjadinya Y
(Hubungan probabilitas ini menjadi dasar utama
STATISTIKA)
EPISTEMOLOGI
 EPISTEMOLOGI (TEORI PENGETAHUAN)
Membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam
upaya manusia untuk menmperoleh pengetahuan

ILMU (SCIENCE) METODE ILMIAH


(SCIENTIFIC METHOD)
Pengetahuan yang - Metode yang membedakan ilmu
diperoleh melalui dengan penget. lain
proses ilmiah/ metode - Cara berpikir yang dilakukan
ilmiah menurut ketentuan ilmiah

POLA UNTUK MENDAPATKAN PENGETAHUAN

RASIONALISME EMPIRISME
(Pola berpikir rasional) (Pola berpikir empiris)
RASIONALISME & EMPIRISME
RASIONALISME
 Berpikir secara rasional (paham: rasionalisme)
(tidak melalui pengalaman/empiri)
“KEBENARAN”
(masalah: setiap orang cenderung percaya kepada
kebenaran menurut mereka masing-masing
Solipsisme) Sulit konsensus

EMPIRISME
Berpikir empiris (paham: empirisme)
Kembali ke alam (nature) untuk mendapatkan
pengetahuan (melalui
pengalaman empiris)
EMPIRISME & RASIONALISME (lanj.)

MENDAPATKAN Tidak cukup hanya


“KEBENARAN” dengan berpikir rasional,
harus juga melalui
pengalaman empiris
Empiris Fakta
Interpretasi (rasional)
Fakta punya arti
SCIENTIFIC METHOD
(berkembang menjadi)
MEMPEROLEH PENGETAHUAN
RASIONALISME + EMPIRISME
(kerangka pemikiran (kerangka pengujian
koheren dengan dalam memastikan
penget.2 sebelumnya) kebenaran)

(digabung & digunakan secara dinamis)

PENGETAHUAN
(konsisten, sistematis, reliabel, valid)
PENYUSUNAN ILMU
Penjelasan rasional
PENGETAHUAN (why/how)
Bukti empiris

2 ASPEK KEGIATAN PENYUSUNAN ILMU

1. Secara teoretis (koheren, logis, sistematis)


Konsep penjelasan (hipotesis)

2. Pengetahuan secara empiris


(Hipotesis perlu diuji kebenarannya secara empiris)
-Jika hasilnya mendukung hipotesis hipotesis
diterima secara ilmiah sebagai kebenaran
-Jika hasilnya tidak mendukung hipotesis hipotesis
ditolak sebagai kebenaran
KONSEP DALAM ILMU
ILMU: - Kumpulan pengetahuan yang dapat
diandalkan
- Guna: * menjelaskan
* meramalkan FENOMENA ALAM
* mengendalikan

ILMU: bersifat umum (ruang lingkup luas)

Logam Memuai
Panas
KONSEP DALAM ILMU (lanj.)
Berlaku umum bagi semua logam
Pengetahuan ini mampu
menjelaskan, mengendalikan,
meramalkan gejala alam tsb.

(Tidak perlu menghafalkan logam demi


logam secara individual)
Berlaku umum untuk semua
logam
BERPIKIR ILMIAH
KELEBIHAN

* Faktor pengujian empiris


Khasanah teoretis ilmu teruji secara empiris
* Terbuka (tidak misterius/semua pihak dapat
mengetahuinya)
* Eksplisit (tersurat) (melalui berbagai media
komunikasi ilmiah) Dapat dinilai secara
luas dan mendalam (penilaian/kontrol
masyarakat): Quality control
BERPIKIR ILMIAH (lanj.)
KELEMAHAN
Akibat asumsi epistemologi ilmu
(bertumpu pada: -persepsi
-ingatan subjektif
-penalaran

Mis. persepsi: mengandalkan pada pancaindera


(terbatas, dapat menyesatkan)
- Tongkat dalam air: terkesan patah
- Bumi mengelilingi matahari, kesan:benda - benda
langit mengelilingi bumi
KEGIATAN ILMIAH
KEGIATAN ILMIAH
Memperoleh pengetahuan bersifat
umum
(generalisasi/kerampatan): -TEORI -KAIDAH
-HUKUM -AZAS

Derajat generalisasi: UNIVERSAL


Mis. ilmu alam: Logam dipanaskan memuai
Universal: kapan saja & di mana saja
(Berbeda dengan ilmu sosial: tidak mudah
digeneralisasikan Gejala sosial: - kompleks
- banyak faktor
- dinamis)
SCIENTIFIC METHOD
CIRI-CIRI:
* Pengumpulan fakta terarah/sistematik
* Premis-premis teruji probabilitasnya
* Reflective thinking (induction deduction)

1. SINTESIS MODERN SCIENTIFIC


LOGIKA + OBSERVASI METHOD OF RESEARCH

2. REFLECTIVE THINKING

INDUKSI 1. MASALAH*
(Landasan hipotesis) 2. LOKASI/BATASAN MASALAH
(observasi: pengumpulan fakta
HIPOTESIS men-define masalah)
* MASALAH: - Pertanyaan untuk dijawab -
Dirumuskan dengan baik
DEDUKSI Peluang terjawab
SCIENTIFIC METHOD (lanj.)

DEDUKSI* 4. PENALARAN DEDUKTIF


KONSEKUENSI2 PEMECAHAN
YANG DISARANKAN
(jika HPT benar, akan diikuti
konsekuensi2nya)
INDUKSI 5. MENGUJI HPT DENGAN
(verifikasi HPT) TINDAKAN (ACTION)
(mencari bukti2 yang mendukung/ tidak
konsekuensi2 yang mengikutinya benar2
terjadi)

*DEDUKSI: eksplorasi konsekuensi logis HPT eliminasi


inkonsistensi
dengan fakta2
KESIMPULAN UMUM
(yang bersifat reliabel)

Mendapatkan kesimpulan (general & reliabel) Perlu


mengenal: INDUKSI & DEDUKSI
I. INDUKSI (Umum Individual/khusus)
Cara pengambilan keputusan dengan menarik
kesimpulan bersifat umum dari kasus-kasus
individual/khusus

Kasus-kasus individual terjadi kebetulan?


STATISTIKA Kesimpulan bersifat umum
dan dapat diandalkan
Statistika: alat/metode terlibat dalam proses
induktif kegiatan ilmiah
INDUKSI (LANJ.)
Contoh:
- Kaum intelektual menggemari musik dangdut

Bagaimana anda mengetahuinya? Apa buktinya?

Mis. jawabannya: karena saya sendiri (seorang


intelek) menggemari musik dangdut
Pernyataan/kesimpulan tsb. secara ilmiah
tidak dapat diandalkan/reliabel
Tidak didukung oleh prinsip-prinsip
probabilitas (statistika)
- Angsa berwarna putih
- Logam dipanaskan memuai
INDUKSI (lanj.)

Ilmu tidak mengatakan:


Suatu kejadian selalu akan
mengakibatkan kejadian yang lain
(hanya peluang/ probabilitas !)

Statistika membantu menghitung


besarnya peluang tsb. secara
matematis/kuantitatif
DEDUKSI
II. DEDUKSI (UMUM KHUSUS)
Proses penarikan kesimpulan yang bersifat
khusus (individual) dari pernyataan yang
bersifat umum (yang kebenarannya telah
terbukti) Logika berperan penting!

Semua logam dipanasi memuai (Premis mayor)

Besi = logam (Premis minor)

Besi dipanasi memuai (Kesimpulan/


Konsekuensi logis)
PENALARAN DEDUKTIF
KELEBIHAN
 Reliabel dalam menguji validitas
kesimpulan
 Bermanfaat untuk memecahkan masalah

KELEMAHAN
 Kemungkinan satu dari premis-premis tsb.
tidak benar
 Premis2 tsb. dapat tidak berhubungan

You might also like