You are on page 1of 13

PERATURAN

TENTANG ABORSI,
BAYI TABUNG DAN
ADOPSI
PERATURAN TENTANG
ABORSI
• KUHP pada Pasal 346 sampai dengan Pasal 348 bahwa tindakan
menggugurkan atau mematikan kandungan (selanjutnya disebut
aborsi) merupakan tindak kejahatan.
• Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan
aborsi.
• Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia secara tegas dinyatakan bahwa setiap anak
sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan
hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya. Ditambah lagi,
tindakan aborsi memiliki risiko yang tinggi terhadap kesehatan dan
keselamatan seorang wanita bahkan dapat berisiko fatal
diantaranya dapat menyebabkan penyakit kelamin, kanker bahkan
kematian.
Bagaimana dengan
Aborsi Korban
Perkosaan?
Aborsi Pada Korban Perkosaan
• Pada praktiknya, permasalahan mengenai efektivitas hukum
pada tindak aborsi terutama bagi korban perkosaan masih
memunculkan pro dan kontra.
• Perbedaan pandangan ini didasarkan pada perbandingan
antara kepentingan mengenai eksistensi janin untuk lahir dan
kepentingan korban yang tidak menginginkan keberadaan
janin tersebut.
• Bagi korban tentunya akan merasa tidak adil karena korban
mengalami penderitaan secara fisik, psikis, dan sosial
menghadapi tindakan perkosaan tersebut. Ditambah lagi,
kehamilan akibat perkosaan dapat memperparah kondisi
mental korban yang sebelumnya telah mengalami trauma
berat akibat peristiwa perkosaan tersebut.
Pembenaran Aborsi Korban
Perkosaan
Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan jo Pasal 31
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
2014 tentang Kesehatan Reproduksi

Aborsi dibolehkan jika :


• indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
• kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.”
Pasal 75 ayat (3) UU Kesehatan
“Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang”

Pasal 76 UU Kesehatan
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
• sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
• oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
• dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
• dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
• penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh Menteri.”
PERATURAN TENTANG ADOPSI

Secara hukum, adopsi anak dikuatkan berdasarkan keputusan pengadilan negeri. Namun,
kerap terjadi adopsi anak dilakukan hanya berdasar kesepakatan dua pihak, calon orang tua
angkat dengan orang tua kandung.
• Perpres No. 96 Tahun 2018, seorang anak dapat didaftarkan menjadi anggota keluarga orang tua angkatnya dengan status
hubungan dengan kepala keluarga adalah "anak". Selanjutnya, nama ayah/ibu kandungnya tetap tercantum dalam kolom
nama ayah dan ibu. Artinya data data pada akta kelahiran si anak harus benar, tidak boleh ada manipulasi atau
kebohongan.
• Apabila anak sudah terdaftar dalam KK dan memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK), selanjutnya dapat
dibuatkan akta kelahiran dengan nama orang tua kandung tetap tercantum dalam akta tersebut.
• Selanjutnya pengangkatan anak yang telah
melalui proses pencatatan pengangkatan
anak sebagaimana diatur dalam Pasal 47
Perpres No. 96 Tahun 2018 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil maka secara administrasi
kependudukanya sudah selesai.
• Sehingga dalam KK hubungan Kepala
Keluarga dengan anak angkat adalah sebagai
“anak”, dengan nama orang tua kandung
tetap tercantum dalam kolom nama orang
tua.
Pasal 6 PP No. 54 Tahun 2007
Pasal 6 PP No. 54 Tahun 2007 dijelaskan bahwa orang tua
angkat wajib memberitahukan anak angkat mengenai asal usul
dan orang tua kandungnya

Hal ini juga sesuai dengan UU No .23 tahun 2022


tentang perubahan atas UU No. 35 tahun 2014
tentang Perlindungan anak, pada Pasal 27 bahwa
anak berhak mengetahui asal usulnya semenjak
dilahirkan.
Sanksi Adopsi Anak Secara Ilegal
Mendaftarkan anak angkat sebagai anak kandung adalah pelanggaran
hukum.

Pasal 94 UU No. 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas UU. No.


23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
menyebutkan bahwa bagi siapa saja yang melakukan
manipulasi elemen data penduduk diancam dengan pidana
penjara paling lama 6 tahun dan atau denda paling banyak
Rp75 juta.
PERATURAN TENTANG BAYI TABUNG

PMK No.39 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi
Reproduksi Berbantu.
PMK ini mengatur tentang SDM dan sarana
prasarana yang digunakan untuk bayi tabung
• Pelaksanaan program bayi tabung di Indonesia harus selalu
mengacu pada Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
• Undang-Undang ini menjelaskan pelaksanaan program bayi
tabung harus dilakukan sesuai dengan norma hukum,
agama, kesusilaan, dan kesopanan.
• UU ini yang mengatur, dalam pelaksanaan program bayi
tabung di Indonesia tidak diizinkan menggunakan rahim
milik wanita yang bukan istrinya.
TERIMAKASIH

You might also like