You are on page 1of 21

SISTEM DISPERSI

(DISPERSI KASAR)
KELOMPOK 2/kelas 4b

1. ELITA CITRA 1604015121


2. NISA AMBARWATI 1604015128
3. DEVI TRISNA HANDAYANI 1604015130
4. ZETA RUKHSHAH ZAM ZAMY NUR 1604015144
5. USWATUN HASANAH 1604015150
6. DESYNTA FIDDYASTUTI 1604015154
 Suspensi Adalah Dispersi Kasar Yang Didalamnya
Terdispersi Partikel-partikel Padat Yang Tidak Larut Dalam
Suspensi Medium Cair, Diameter Partikel Lebih Dari 10 μm, gerak brown
meniadakan sedimentasi hingga tingkat yan Dan Terjadi Gerak
Brown Bila Viskositas Rendah.

 Penggolongan Suspensi Dalam Sediaan Farmasi:


• Suspensi Oral, Mengandung Padatan Terdispersi Dalam
Konsentrasi Tinggi
• Suspensi Parenteral (Injeksi), Mengandung Partikel Padat
0.5%-30%, Viskositas Dan Ukuran Partikel Mempengaruhi
Mudahnya Pemberian.
• Suspensi Topikal (Lotion), Mengandung Konsentrasi Zat
Padat Lebih Dari 20% Dan Untuk Pemakaian Luar (Kulit Atau
Kosmetika)
Sifat Antarmuka Partikel:
 Energi Bebas Permukaan (EBP)
Memperkecil partikel akan
mempermudah mendispersikan dalam
pembawa.
 Tegangan permukaan/antarmuka
Suspensi biasanya memiliki tegangan
antarmuka positif tertentu sehingga
cenderung untuk berflokulasi
 Gaya pada permukaan partikel yang
mempengaruhi derajat flokulasi.
PENGENDAPAN DALAM SUSPENSI
Teori Sedimentasi
Kecepatan pengendapan dinyatakan dalam Hukum Stokes:

Atau
v’ = v єn
Parameter Pengendapan (Sedimentasi).
Dua parameter yang berguna yang bisa diturunkan dari penyelidikan sedimentasi adalah
Volume Sedimentasi (F) adalah perbandingan volume akhir sedimentasi (Vu) terhadap volume
awal suspensi (Vo) sebelum mengendap.
 

Derajat flokulasi adalah suatu parameter yang lebih penting dari F karena menghubungkan
volume sedimentasi terflokulasi dengan volume sedimentasi terdeflokulasi.
 
 EfekGerak Brown
Untuk partikel yang memiliki diameter sekitar 2 sampai 5μm, gerak brown meniadakan
sedimentasi hingga tingkat yang dapat diukur pada suhu kamar dengan menjaga bahan
terdispersi tetap berada dalam gerak acak.

 Sedimentasi partikel terflokulasi


Pada waktu menyelidiki pengendapan dalam sistem yang terflokulasi diselidiki bahwa flokulat
cenderung untuk jatuh bersama-sama sampai menghasilkan suatu batas yang nyata antara
endapan dan cairan. Menurut Hiestans laju awal pengendapan dari partikel yang terflokulasi
ditentukan oleh ukuran flokulat dan porositas masa agregat.

Pertimbangan Rheologi.
Prinsip rheologi bisa diterapkan untuk menyelidiki dari faktor-faktor berikut:
Viskositas dari suatu suspensi apababila mempengaruhi pengendapan dari partikel-partikel zat
terdispersi, perubahan dalam sifat-sifat aliran dari suspensi bila wadahnya dikocok dan bila
produk tersebut dituang dari botol
Kualitas penyebaran dari cairan bila digunakan untuk suatu bagian permukaan yang akan diobati.
Potensial Zeta
 Adanya gaya tolak-menolak yang kuat antara partikel
yang berdekatan.
 Elektrolit bekerja sebagai zat yang memflokulasi dengan
mengurangi barrier listrik antara partikel tersebut yang
dibuktikan dengan pengurangan dalam pontensial zeta
dan pembentukan suatu jembatan antara partikel yang
berdekatan.

Deflokulasi Flokulasi
 Partikel suspensi dalam keadaan terpisah  Partikel merupakan agregat yang
satu dengan yang lain. bebas
 Sedimentasi yang terjadi lambat dan  Sedimentasi terjadi begitu cepat
ukuran partikel adalah minimal
 Sedimentasi tidak membentuk cake
 Sedimentasi akan membentuk cake
CONTOH SOAL
 Hitunglah perubahan energi bebas permukaan suatu padatan dalam suspensi jika
permukaan totalnya ditingkatkan dari 103 menjadi 107 cm2. Misalnya tegangan
antarmuka antara padatan dan medium cair, γsl adalah 100 dyne/cm.

 Jawab:
∆G = γsl . ∆A
Energi bebas awal adalah
G1 = 100 x 103 = 105 erg/cm2
Jika luas permukaan adalah 107 cm2
G2 = 100 x 107 = 109 erg/cm2
Perubahan energi bebas, ∆G21 = 109 erg/cm2 - 105 erg/cm2 ≡ 109 erg/cm2
 Hitunglah volume sedimentasi suatu suspensi magnesium karbonat 5% b/v dalam air. Volume
awal Vo = 100ml dan volume akhir sedimen V u = 30ml. Jika derajat flokulasi adalah β = F/F ∞ =
1,3. Berapakah volume sedimentasi terdeflokulasi F ∞?
Jawab:
F = 30/100 = 0,30
F∞ = F/ β = 0,30/1,3 = 0,23

 Diameter partikel rata-rata kalsium karbonat dalam suspensi berair adalah 54 μm. Densitas
CaCO3 dan air masing-masing adalah 2,7 g/cm 3 dan 0,997 g/cm3. Viskositas air adalah 0,009
poise pada suhu 250C. Hitunglah kecepatan turun v’ sampel CaCO 3 pada dua porositas yang
berbeda є1 = 0,95 dan є2 = 0,5. Nilai n adalah 19,73.
Jawab:
v = (5,4 x 10-4)2 (2,7-0,997) 981= 0,30 cm/det
18x0,009
Ln v’ = -1,204 + [19,73 (-0,051)] = -2,210
v’ = 0,1 cm/det
v’ =0,3 x 119,73 = 0,3 cm/det
emulsi
Adalah suatu sitem yang tidak stabil secara termodinamika yang terdiri atas
sedikitnya dua fase cair yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi
sebagai globul (fase terdispersi) dalam fase cair lainnya (fase kontinu)

TIPE EMULSI
1. Tipe m/a (o/w) : yaitu jika fase minyak didispersikan sebagai globul dalam fase kontinu
berair (fase air), disebut minyak dalam air
2. Tipe a/m (w/o) : yaitu jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah fase kontinu,
disebut air dalam minyak
Bahan/zat pengemulsi dapat dibagi menjadi 3
kelompok, sebagai berikut :
1. Bahan aktif permukaan (surfaktan), yang diadsorpsi pada
antarmuka minyak/air untuk membentuk lapisan
monomolekuler dan mengurangi tegangan antarmuka.
TEORI
2. Koloida hidrofilik, yang membentuk suatu lapisan
EMULSIFIKASI multimolekuler disekeliling tetesan-tetesan minyak yang
terdispersi dalam emulsi m/a
3. Partikel-partikel padat yang terbagi dengan halus, yang
diadsorpsi antarmuka antara dua fase cair yang tidak
bercampur dan membentuk suatu lapisan partikel di
sekitar globul terdispersi
Nama Golongan Tipe emulsi yang
terbentuk

Trietanolamin oleat Surfaktan (nonionik) m/a (HLB =12)

N-setil N-etil morfolinum etosulfat (Atlas Surfaktan (nonionik) m/a (HLB =25)
G-263)

BEBERAPA BAHAN Sorbitan monooleat Surfaktan (nonionik) a/m (HLB =4,3)


PENGEMULSI YANG (Atlas Span 80)
UMUM
Polioksietilen Sorbitan monooleat (Atlas Surfaktan (nonionik) m/a (HLB =15)
DIGUNAKAN
Tween 80)

Akasia (garam dari asam d-glukaronat) Koloida hidrofilik m/a

Gelatin (polipeptida dan asam amino) Koloida hidrofilik m/a

Bentonit (aluminium silikat terhidrasi) Partikel padat m/a (dan a/m)

Veegum (magnesium aluminum silikat) Partikel padat m/a

Karbon hitam Partikel padat m/a


ADSORPSI MONOMOLEKULER
 Zat aktif permukaan (surfaktan), atau amfifil, mengurai tegangan antarmuka karena adsorpsinya
pada antarmuka minyak-air membentuk selaput(lapisan) monomolekuler. Karena peningkatan
energy bebas permukaan, W sama dengan γm/a × ΔA, dan jika perlu kita harus mempertahankan
permukaan yang luas untuk fase terdispersi, pengurangan γm/a, tegangan antarmuka, akan
mengurangi energy bebas permukaan dan karenannya mengurangi kecenderungan terjadinya
penggabungan.

 Gambaran kombinasi bahan pengemulsi pada antarmuka minyak-air


suatu emulsi.
pada gambar (a) kombinasi Natrium setil sulfat dan kolesterol
menyebabkan terbentuknya suatu selaput kompleks yang menghasilkan
emulsi yang sangat baik. Pada gambar (b) Natriun setil sulfat dan oleil
alcohol tidak membentuk selaput yang terkondensasi atau tersusun
rapat, dan karenannya, kombinasi keduanya menghasilkan emulsi yang
tidak baik. Pada gambar (c) setil alcohol dan natrium oleat
menghasilkan selaput yang tersusun rapat, tetapi kompleksasinya
terabaikan sehingga juga menghasilkan suatu emulsi yang buruk.
ADSORBSI PARTIKEL PADAT

 Partikel padat yang terbagi halus yang dibasahi hingga derajat tertentu oleh minyak dan
air dapat bekerja sebagai bahan pengemulsi. Hal ini disebabkan partikel padat tersebut
terkonsentrasi pada antarmuka, tempat partikel tersebut menghasilkan suatu selaput
partikulat di sekitar tetesan terdispersi sehingga mencegah penggabungan. Serbuk yang
lebih mudah dibasahi dengan air membentuk emulsi m/a, sedangkan yang mudah dibasahi
dengan minyak membentuk emulsi a/m.
Berdasakan pertimbangan ini, ketidakstabilan emulsi farmasi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
STABILITAS a. Flokulasi dan pengkriman

FISIK b. Penggabungan dan pemecahan


c. Perubahan fisik dan kimia lainnya
SUSPENSI d. Inversi fase
DAN
EMULSI Stabilitas Suspensi
Peningkatan suhu sering menyebabkan terjadi flokulasi pada
suspensi yang distabilkan secara sterik yaitu suspensi yang
distabilkan dengan surfaktan noninonik. Surfaktan berguna untuk
mengurangi tegangan antarmuka antara partikel padatan dan
pembawa.
FLOKULASI DAN PENGKRIMAN

•  
CONTOH SOAL

•  
Penggabungan dan pemecahan
 king menunjukan bahwa pengurangan ukuran partikel tidak selalu menyebabkan meningkatnya stabilitas.
Sebaliknya, ia menyimpulkan bahwa setiap system memiliki derajat disperse optimum untuk mencapai
stabilitas maksimum. Seperti pada partikel padat, jika disperse tidak seragam, partikel-pertikel kecil akan
terjepit antara partikel-partikel besar, yang menyebabkan terjadinya kohesi kuat sehingga fase unternal
dapat menyatu dengan mudah.
Evaluasi stabilitas
 Menurut King dan Mukherjee, satu-satunya metode yang tepat untuk menentukan stabilitas melibatkan
analisis ukuran-frekuensi emulsi dari waktu ke waktu selama penyimpanan produk. Schott dan Royce
menunjukan bahwa masalah percobaan yang ditemukan dalam penentuan ukuran mikroskopik adalah
gerak Brown, pengkriman, dan aliran bidang. Metode lain yang digunakan untuk menentukan stabilitas
emulsi didasarkan pada percepatan proses pemisahan, yang sering terjadi pada kondisi penyimpanan.
Metode ini menggunakan pembekuan, siklus leleh-beku, dan sentrifugasi. Merrill memperkenalkan metode
sentrifugasi untuk mengevaluasi stabilitas emulsi. Garret, Vold, dkk. Menggunakan ultrasentrifuga sebagai
teknik analitik dalam teknologi emulsi.
INVERSI FASE
 Jika dikontrol dengan baik selama pembuatan emulsi, invers fase sering menghasilkan produk yang lebih
bagus, tetapi jika tidak dapat dikontrol selama pembuatan atau karena factor lain setelah emulsi terbentuk,
inversi fase dapat menyebabkan masalah besar.
MIKROEMULSI Sifat fisik dari mikroemulsi adalah seperti
larutan yang jernih dan transparan, stabil
secara termodinamik (tidak mudah
pecah/memisah seperti emulsi

dapatdigunakanu
ntukmeningkatka
nketersediaanhay
atiobat-
obatanyangsukarl
arutdalamair mengandungtetesan
-
tetesanminyakdalam
faseair
(m/a)atautetesanair
dalamfaseminyak(a/
m)dengandiameter
10 -200 nm
Menurut Shinoda dan Kunieda, surfaktan dan
kosurfaktan yang memiliki nilai HLB yang sama dapat
meningkatkan kelarutan dan memperbesar ukuran
tetesan mikroemulsi. Derah mikroemulsi biasanya
ditentukan dengan membuat diagam fase terner untuk
menentukan perbandingan minyak:air:surfaktan-
kosurfaktan pada batasan daerah emulsi.
SEMIPADAT

GEL merupakan suatu sistem padat atau semipadat yang sedikitnya


mengandung dua konstituen, yang terdiri atas massa
terkondensasi yang dilingkupi dan diinterpresentasi oleh cairan.
 Xerogel
 Hidrogel

BASIS TIPE EMULSI


1. Basis teremulsikan
2. Basis emulsi

You might also like