You are on page 1of 24

SEMANTIK BAHASA Jepang

Semantik Bahasa Jepang


• Bahasan dan Ruang Lingkup Semantik
• Jenis dan Perubahan Makna
• Kajian Tentang Kosakata
• Metode Kajian Kosakata
• Data Penelitian Bahasa
• Sinonim
• Polisemi dan Homonim
• Makna Frase Dalam Idiom
• Makna Kalimat
Bahasan dan Ruang Lingkup Semantik
Objek kajian semantik antara lain :

a. Makna kata (Go no imi) : karena komunikasi dengan


menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang,
baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang
digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut makna
atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh lawan
bicara.
b. Relasi makna antar satu kata dengn kata lainnya (Go no imi
kankei) : karena hasilnya dapat dijadikan bahan untuk
menyusun kelompok kata berdasarkan kategori tertentu.
c. Makna frase (ku no imi) : dalam bahasa
Jepang ada frase yang hanya bermakna
secara leksikal saja, ada frase yang bermakna
secara ideomatilalnya saja, dan ada juga
yang bermakna kedua-duanya.
d. Makna kalimat (bun no imi) : karena suatu
kalimat ditentukan oleh makna setiap kata
dan strukturnya.
Jenis dan Perubahan Makna
a. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Makna leksikal dikenal dengan istilah jishoteki-imi atau


goiteki-imi, yaitu makna kata yang sesungguhnya sesuai
dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra
dan terlepas dari unsur gramatikalnya.

Makna gramatikal disebut bunpouteki-imi, yaitu makna


yang muncul akibat proses gramatikalnya.
b. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Makna denotatif disebut meijiteki imi atau gaien, yaitu makna


yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti objek atau
gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna.

Makna konotatif disebut anjiteki-imi atau naihou, yaitu makna


yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan
lawan bicaranya.
c. Makna Dasar dan Makna Perluasan

Makna dasar disebut dengan kihon-gi merupakan


makna asli yang dimiliki oleh suatu kata, yaitu makna
bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini.

Makna perluasan disebut ten-gi yaitu makna yang


muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar,
diantaranya akibat penggunaan secara kiasan atau
majas (hiyu).
Beberapa jenis perubahan makna dalam bahasa Jepang, diantara
lain :
 Dari konkret ke abstrak
Contoh kata atama( 頭) <kepala> dan ude (腕) <lengan>  
merupakan benda konkret dan berubah menjadi abstrak ketika
digunakan seperti berikut ini :
頭がいい (atama ga ii) = kepandaian
腕が上がる (ude ga agaru) = kemampuan

 Dari ruang ke waktu


Contoh kata mae ( 前) <depan> dan nagai ( 長い) <panjang>
yang menyatakan arti <ruang>, berubah menjadi <waktu>
seperti berikut ini :
三年前(san nen mae) = yang lalu
長い時間 (nagai jikan) = lama
 Perubahan penggunaan indra
Contoh kata ookii ( 大きい) <besar> semula
bila diamati dengan indra penglihatan (mata),
berubah ke indra penglihatan (telinga)
大きい声 (ookii koe) = suara keras
 Dari khusus ke umum (generalisasi)
Kata kimono ( 着物 ) yang semula berarti ‘pakaian tradisional
Jepang’ digunakan untuk menunjukkan pakaian secara umum
yaitu fuku ( 服 ).
 Dari umum ke khusus (spesialisasi)
Kata hana ( 花 ) <bunga secara umum> dan tamago ( 卵 )
<telur secara umum> digunakan untuk menunjukkan hal yang
lebih khusus seperti dalam penggunaan berikut :
花見 (hana mi) = bunga sakura
卵を食べる (tamago o taberu) = telur ayam
 Perubahan nilai ke arah positif
Contohnya kata boku ( 僕 )<saya> dulu digunakan
untuk budak atau pelayan, tapi sekarang sering
digunakan dalam percakapan sehari-hari.
 Perubahan nilai ke arah negatif
Contoh kata kisama ( 貴様 )<kamu> dulu sering
digunakan untuk menjukan kata anata ( あなた )
<anda>, tetapi sekarang digunakan untuk orang
yang dianggap rendah saja.
Kajian Tentang Kosakata
Dalam kamus bahasa Jepang-Indonesia, informasi tentang setiap kosakata masih kurang
termasuk tentang maknanya. Oleh karena itu kamus akan lebih membantu para
pemakainya (pembelajar bahasa Jepang), jika pada setiap kosakata diinformasikan tentang
:

a. Makna (arti)

b. Huruf (kanji dan kana)

c. Pelafalan ( 発音 ) dan tanda aksen

d. Jenis kata ( 菱分類 )

e. Perubahan bentuk

f. Pola kalimat atau informasi tata bahasa

g. Contoh penggunaan
Metode Kajian Kosakata
• Analisis Komponen Makna

• Analisis Imitokuchou Dalam Igiso (semantik feature dalam


semantem)
• Hubungan Antar Makna ( 語と語の意味関係 )
Data Penelitian Bahasa
Data penelitian bahasa dapat digunakan 2 jenis, yaitu :
o Jitsurei : contoh penggunaan yang berupa kalimat dalam teks
konkret seperti dalam tulisan ilmiah, surat kabar, novel, dll.

Kelebihan : kita bisa menemukan contoh pemakaian yang terkadang


tidak terpikirkan dalam benak kita, dan analisisnya lebih akurat.

Kekurangan : ada kalanya contoh tersebut menyimpang dari


biasanya dan jika hanya menggunakan jitsurei saja, maka analisis
tersebut bukan merupakan riset ilmiah melainkan hanya berupa
kegiatan penelaahan saja.
o Sakurei : contoh penggunaan yang dibuat oleh peneliti sendiri
yang tingkat kebenarannya diterima oleh umum (penutur asli).

Kelebihan : kita bisa membuat contoh yang tidak gramatikal.

Kelemahan : data yang diperoleh kurang akurat dan kurang


objektif.
Sinonim
“Sinonim merupakan beberapa kata yang maknanya hampir sama.”

Momiyama (1998) mengidentifikasikan sinonim sebagai berikut :

a. Chokkanteki (intuitif bahasa) bagi para penutur asli dengan berdasarkan pada
pengalaman hidupnya.

b. Beberapa kata jika diterjemahkan ke dalam bahasa asing, akan menjadi satu kata.

c. Dapat menduduki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan perbedaan yang
kecil.

d. Dalam menegaskan suatu makna, kedua-duanya bisa digunakan secara


bersamaan (sekaligus).
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian yang berhubungan
dengan analisis makna dalam sinonim antara lain :

a. Menentukan objek yang akan diteliti

b. Mencari literatur yang relevan

c. Mengumpulkan jitsurei

d. Mengklasifikasikan setiap jitsurei

e. Membuat pasangan kata yang akan dianalisis

f. Melakukan analisis

g. Membuat kesimpulan
Polisemi dan Homonim
Polisemi ( 多義語 ) adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu,
dan setiap makna tersebut ada pertautannya. Sedangkan homonim
( 同音異義語 )   adalah beberapa kata yang bunyinya sama tetapi
makna berbeda dan diantara makna tersebut sama sekali tidak ada
pertautannya.Kunihiro (1996:97)

Contoh polisemi :

kata “katai” bisa ditulis dengan huruf 硬い  (keras) 、堅い (keras) 、固
い (padat)

Contoh homonim :

untuk kata “kumo” yang bisa berarti “awan” ( 雲 ) dan “laba-laba” ( 蜘


蛛)
Machida & Momiyama (1997:109) mengemukakan beberapa langkah
yang perlu ditempuh dalam menganalisis suatu polisemi, yaitu :

a. Pemilihan makna (imi kubun)

b. Penentuan makna dasar (prototipe)

c. Deskripsi hubungan antar makna dalam bentuk struktur polisemi


(yagi kouzou no hyouji)

Pemilihan makna dapat dilakukan dengan cara :

a. Mencari sinonimnya

b. Mencari lawan kata

c. Melihat hubungan antar makna yang ada

d. Melihat variasi padanan kata dalam bahasa yang lain.


Makna Frase Dalam Idiom

Frase dalam bahasa Jepang disebut “ku” ( 句 ), dilihat


dari strukturnya terdiri dari perpaduan dua kata atu lebih, yang
jenisnya berbeda-beda.

Momiyama (2002:121) membagi jenis frase dalam


bahasa Jepang berdasarkan pada maknanya menjadi 3 macam,
yaitu :

a. Futsuu no ku ( 普通の句 )

b. Rengo ( 連語 )

c. Kan-youku ( 慣用句 )
普通の句 (Futsuu no ku)
- Merupakan frase biasa

- Terdiri dari dua kata atau lebih

- Makna dapat diketahui dengan cara memahami setiap makna


yang membentuk frase tersebut.
- Sebagian dari kata yang membentuk frase tersebut bisa diubah
dengan yang lainnya secara bebas.

Contoh : frase 美しい花 (bunga yang indah) bisa dibuat frase


きれいな花  (bunga yang cantik).
連語 (Ruigigo)
- Frase yang makna keseluruhannya bisa diketahui dari
makna setiap kata yang menyusun frase tersebut
- Setiap kata tersebut tidak bisa diganti dengan kata
yang lainnya meskipun sebagai sinonimnya.

Contoh : frase 風邪を引く  tidak bisa diubah


menjadi  風邪を取る
慣用句 (Kanyouku)
- Frase yang hanya memiliki makna idiom saja.
- Makna tersebut tidak bisa diketahui meskipun kita memahami
makna setiap kata yang membentuk frase tersebut.

Dilihat dari strukturnya, dibagi menjadi 4, yaitu :

(1) Tidak bisa diselipi apapun

(2) Tidak bisa berubah posisi (menjadi suatu modifikator)

(3) Tidak bisa diganti dengan kata yang lain (sinonim atau antonim)

(4) Ada yang hanya dalam bentuk menyangkal saja dan tidak bisa
diubah ke dalam bentuk positif
Makna Kalimat
Sama halnya dalam kata, dalam kalimat juga ada kalimat yang maknanya sama “dougibun” ( 動議文 ) dan
ada juga kalimat yang bermakna ganda “ryougibun” ( 両義文 )

例 動議文 : 太郎は次郎を殴った。

(Tarou memukul Jirou)

次郎は太郎に殴られた。

(Jirou dipukul Tarou)


Meskipun strukturnya
berbeda tapi maknanya sama

例 両義文 : 私は山田さんと田中さんを待っている。

Makna ganda yang dimiliki kalimat diatas adalah :

- 私は山田さんと一緒に、田中さんを待っている。

(Saya bersama dengan Yamada, sedang menunggu Tanaka)

- 私は、山田さんと田中さんを待っている。

(Saya sedang menunggu Yamada dan Tanaka)

You might also like