Professional Documents
Culture Documents
Pws Mutu Hasil Uji
Pws Mutu Hasil Uji
1
INPUT OUTPUT
PROSES
HASIL UJI
CONTOH UJI
“ BENAR “
Tim KOPELINDO 2
KENDALI MUTU HASIL UJI
METODE
ALAT
HASIL BENAR
SARANA & BAHAN
SDM X
MANAJEMEN
Tim KOPELINDO 3
QA / QC
Jaminan Mutu, QA (quality assurance)
• adalah semua perencanaan dan tindakan sistematis yang
diperlukan untuk memberikan kepercayaan bahwa produk atau
jasa yang diberikan akan memuaskan dan memenuhi persyaratan
mutu.
Dapat dilakukan :
Tim KOPELINDO 6
VALIDASI METODE
Mengapa Validasi Metode Diperlukan ?
– Banyak metode uji non standar digunakan di suatu lab.
– Banyak metode uji diterbitkan tanpa ada data presisi
– Customer mengharapkan hasil analisis dapat
dipercaya, karena ada yang beranggapan data analisis
yang dihasilkan oleh laboratorium penguji tidak benar
– Hasil analisis harus dapat menunjukkan kesesuaian
dengan tujuan ("fit for purpose")
– Biaya analisis sangat tinggi, terlebih lagi biaya
tambahan yang timbul akibat keputusan yang diambil
berdasarkan hasil analisis tersebut
Tim KOPELINDO 7
VALIDASI METODE (lanjutan)
Validasi :
• Validasi metode uji adalah suatu proses untuk
mengkonfirmasi bahwa suatu metode uji mempunyai
unjuk kerja yang konsisten, sesuai dengan apa yang
dikehendaki dalam penerapan metode tersebut.
Verifikasi :
• Verifikasi metode uji adalah konfirmasi kembali
melalui pengujian dan penyajian bukti bahwa
persyaratan yang telah ditetapkan telah dipenuhi
dengan benar.
Tim KOPELINDO 8
VALIDASI METODE (lanjutan)
– Pengembangan metode
Tim KOPELINDO 9
VALIDASI METODE (lanjutan)
Metode yang ada Persyaratan
1 Validasi Ekternsl (ASTM, APHA, IP, Verifikasi
SNI) (Presisi dan Akurasi)
2 Validasi Ekternal, dikembangkan Verifikasi (Presisi dan
untuk matriks baru / alat baru Akurasi, LD)
3 Metode Uji telah ditetapkan dengan Verifikasi, bila
baik, tetapi tidak ada validasi mungkin Validasi
eksternal terbatas
4 Dari literatur, dan ada karakterisasi Verifikasi dan Validasi
terbatas
5 Dari literatur, tidak ada karakterisasi Validasi penuh
6 Dikembangkan in-house Validasi penuh
Tim KOPELINDO 10
VALIDASI METODE (lanjutan)
Langkah apa yang harus dilakukan ?
VALIDASI VERIFIKASI
1 Studi plan / Protokol Studi plan / Protokol
2 Selectivity & Specicity -----
3 Precission Precission
4 Acuracy Acuracy
5 Limit Detection Limit Detection
6 Sensitivity & Linearity -----
7 Robustness / Ruggedness -----
8 Uncertainty Uncertainty
9 Evaluasi langkah 2 – 8 Evaluasi langkah 2 – 8
10 Laporan Hasil Validasi Laporan Hasil Validasi
Tim KOPELINDO 11
VALIDASI METODE (lanjutan)
Pengujian Kualitatif
(qualitative schemes)
dalam pengujian ini dilakukan evaluasi kemampuan
laboratorium untuk mengkarakterisasi suatu bahan tertentu
secara kualitatif
Tim KOPELINDO 16
PESERTA UJI PROFISIENSI
Tim KOPELINDO 17
TATA CARA PELAKSANAAN
Perencanaan
meliputi pemilihan bahan uji, jenis pengujian, jumlah
laboratorium peserta, jadwal pelaksanaan dan biaya pelaksanaan
Penyiapan Contoh
meliputi pengadaan contoh uji, kemudian melakukan
uji homogenitas dan uji stabilitas
Pengemasan
bagian contoh dikemas, diberi kode, dan diberi tanda seperlunya
untuk menjamin agar contoh sampai di laboratorium tanpa terjadi
kerusakan
Tim KOPELINDO 18
TATA CARA PELAKSANAAN …….(lanjutan)
Pengiriman
contoh beserta petunjuk dikirim paling lambat dua minggu sebelum
pengujian dilaksanakan, dengan maksud agar laboratorium dapat
mempelajarinya sebelum melakukan pengujian
Pengujian
pengujian dilakukan serentak di semua laboratorium peserta pada
tanggal yang telah ditentukan dengan mengikuti petunjuk yang
diberikan
Evaluasi
hasil uji dievaluasi secara statistik ( Robust Z-Score ) untuk
menilai unjuk kerja laboratorium peserta
Tim KOPELINDO 19
TATA CARA PELAKSANAAN …….(lanjutan)
Tindak Lanjut
bagi laboratorium penguji yang memperoleh hasil kurang/tidak
baik, sebaiknya dilakukan penilikan langsung ke laboratorium
peserta untuk mengetahui sebab penyimpangan yang terjadi.
Dapat pula dilakukan pembinaan kepada staf laboratorium dalam
bentuk petunjuk teknis atau training sesuai dengan pengujian
yang dilakukan
Tim KOPELINDO 20
MANFAAT UJI PROFISIENSI
pemeriksaan mutu data uji secara reguler, external
dan tidak memihak (independent)
dukungan komitmen untuk mempertahankan mutu
data uji
mendukung peningkatan mutu sesuai standar, untuk
keperluan akreditasi dan sebagainya
adanya umpan balik yang bersifat praktis-teknis bagi
laboratorium yang bersangkutan
merupakan cara QC yang baik pada keadaan dimana
bahan acuan/reference materials (CRM / SRM) tidak
tersedia
Tim KOPELINDO 21
MANFAAT UJI PROFISIENSI ….(lanjutan)
menjaga reputasi laboratorium dari hasil uji yang
kurang bermutu
meningkatkan kompetensi / kemampuan
laboratorium, agar laboratorium menjadi lebih
kompetitif
memberi motivasi untuk memperbaiki unjuk kerja
dalam pengujian
unjuk kerja laboratorium yang bersangkutan dapat
dibandingkan terhadap unjuk kerja laboratorium lain
membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan /
masalah pengujian
Tim KOPELINDO 22
KETERBATASAN UJI PROFISIENSI
Laporan Uji Profisiensi diterima terlambat, sehingga uji ini tidak
dapat dipakai untuk mensubstitusi IQC guna memantau
konsistensi mutu hasil uji
Tim KOPELINDO 24
REFERENCE MATERIAL
Tim KOPELINDO 25
Bahan acuan/pembanding untuk kalibrasi
beberapa tingkat kualitas atau ketertelusuran (traceability)
Nilai Acuan :
Ada 3 macam nilai acuan :
1. Nilai terbaik mendekati “true value”
2. Nilai konsensus dari hasil uji banding antar laboratorium
atau hasil uji profisiensi
3. Hasil analisis yang dilakukan sendiri (oleh laboratorium)
Tim KOPELINDO 27
1. Nilai Acuan Mendekati “True Value”
Tingkat akurasi tertinggi
Dimiliki oleh bahan acuan primer (primary reference
materials), misal :
─ SRM (Standard Reference Materials) : CRM dari NIST.
─ CRM (Certified Reference Materials)
Tim KOPELINDO 29
Tingkat akurasi yang ketiga
Dimiliki oleh “working / house / internal reference materials”
Dikalibrasi dengan bahan acuan sekunder, CRM, atau bahan
acuan lain.
Tingkat akurasi lebih rendah tetapi harganya lebih murah
Dapat dibuat di lab dan berupa :
– Bahan alami
– Sintetik (dengan cara menimbang dan mencampurkan
komponen-komponennya).
Dapat dibuat dalam jumlah banyak dan mencukupi. Perlu
dilakukan uji homogenitas dan uji kestabilannya
Tim KOPELINDO 30
2. Nilai Acuan Berupa Nilai Konsensus
Tim KOPELINDO 31
3. Bahan Acuan Sekunder
1. Bisa menggantikan beberapa dari fungsi CRM/SRM
2. Bisa lebih disesuaikan dengan kebutuhan riil di
laboratorium, baik dari segi matrix dan konsentrasi
unsur uji, daripada CRM/SRM yang ada di pasaran
3. Bisa dibuat dalam jumlah lebih banyak
4. Diperlukan kalibrasi dengan CRM/SRM yang
sesuai
5. Kendala dalam pembuatan bahan acuan sekunder
Tim KOPELINDO 32
Manfaat CRM / SRM
1. Untuk hasil uji :
Mengestimasi akurasi hasil uji suatu contoh uji (Validasi /
keabsahan)
2. Untuk metode pengujian /analisis :
– mem - validasi metode tersebut
– mengevaluasi unjuk kerja (akurasi, presisi) metode
– memperbaiki, mengembanghkan metode yang ada.
3. Untuk peralatan :
– Kalibrasi
– Memeriksa unjuk kerja
– Perlu perbaikan ? Service?
Tim KOPELINDO 33
Manfaat CRM / SRM ……. (lanjutan)
4. Untuk analisis laboratorium : Mengetahui unjuk kerjanya
5. Hasil uji dari (banyak Lab, analisis dan beberapa metode)
– mengintegrasikan semua data uji tersebut
– di dapat data yang absah.
6. Untuk QC suatu proses pengujian
– Control Chart :
• Unjuk kerja Analis vs.Waktu
• Unjuk kerja Laboratorium vs.Waktu
• Unjuk kerja Metode vs.Waktu dan sebagainya
– Mengecek akurasi hasil uji
7. Kalibrasi standar lain (yang lebih rendah tingkat akurasinya):
– standar / bahan acuan sekunder
Tim KOPELINDO 34
Pengalihan Akurasi CRM ke Laboratorium Penguji
CRM untuk pengujian fisika.
– Mekanisme pengalihan akurasi dari CRM jenis ini sama
dengan yang diterapkan pada standar nasional satuan ukuran
fisika untuk pengujian fisika. yaitu melalui rantai kalibrasi.
– Bedanya adalah bahwa Laboratorium Penguji bisa membeli
CRM langsung dari pasaran dan dapat mengkalibrasi peralatan
ukurnya secara langsung (menggunakan metode yang telah
baku).
– Jadi rantai perbandingannya pendek dan pengujian di
laboratorium tersebut bersifat mampu telusur ke CRM yang
bersangkutan.
– Sebagian CRM jenis ini tidak memiliki ketertelusuran ke SI
karena sulit secara teknis; sering dijumpai digunakan dalam
kalibrasi instrumen pengukuran sifat fisik (misalnya CRM
untuk viskositas, flash point)
Tim KOPELINDO 35
CRM untuk analisis kimia
– Pengalihan dari akurasi CRM untuk analisis kimia dilakukan
melalui rantai analisis menggunakan metode yang telah baku dan
teruji validitasnya (reference method)
– Validitas metode uji yang bersangkutan diuji menggunakan
CRM itu sendiri
– Atau menggunakan metode primer yaitu yang tertelusur ke SI
– Disini metode uji yang dipakai harus memberikan hasil uji yang
sama dengan nilai sertifikat CRM tersebut kemudian metode
tersebut digunakan untuk menguji contoh uji atau bahan yang
komposisi matriknya menyerupai matrik CRM.
– Maka hasil uji yang diperoleh dapat dianggap valid / absah dan
mampu telusur ke CRM tersebut.
Tim KOPELINDO 36
Tim KOPELINDO 37
CONTOH KASUS
Tim KOPELINDO 38
STUDI UJI MUTU HASIL ANALISIS (lanjutan)
Analisis duplo/triplo/replicate
– Untuk mengetahui tingkat ketelitian
(presisi) dari setiap analis dan menguji
metode uji yang digunakan, maka setiap
analisis harus dilakukan pekerjaan
duplo/triplo maupun replicate.
– Hasil analisis yang didapat harus konstan.
Tim KOPELINDO 39
STUDI UJI MUTU HASIL ANALISIS (lanjutan)
Spiking
• Untuk mengetahui tingkat ketelitian dari metode uji
• cara ‘spike’, yaitu penambahan jumlah tertentu analit ke dalam
contoh sebelum dianalisis. Hasil yang didapat harus
menunjukkan penambahan konsentrasi analit sesuai dengan
yang telah ditambahkan.
Recovery, % = (Ca - Cc) x 100/ C
dimana:
Ca: Konsentrasi contoh + analit yang ditambahkan
Cc: Konsentrasi contoh
C : Konsentrasi analit yang ditambahkan
Tim KOPELINDO 43
Presisi tinggi + Bias kecil = Akurat
Tim KOPELINDO 44
UJI HOMOGENITAS
1 2 3 s/d 10
Tim KOPELINDO 47
“OUTLIER” DAN “INLIER” DATA
BARU:
UJI ROBUST Z-SCORE
Tim KOPELINDO 48
PENGUKURAN KUANTITATIF DAN KUALITAS HASIL UJI
1. HASIL PENGUKURAN / HASIL UJI ADALAH NILAI PERKIRAAN
TERHADAP NILAI BENAR.
2. HASIL UJI YANG BERUPA NILAI TUNGGAL, MISAL : pH = 3,7
• NILAI TUNGGAL INI BUKAN NILAI ABSOLUT, KARENA HANYA
PERKIRAAN.
• PADAHAL PENGGUNA MENGHENDAKI NILAI BENAR
• DIPERLUKAN INDIKATOR KUALITAS HASIL UJI SEPERTI :
1. PRESISI
2. AKURASI
AGAR PENGGUNA DAPAT MENGINTERPRETASI HASIL UJI.
MISAL :
UNTUK MENILAI KESESUAIAN TERHADAP SPESIFIKASI PROD.
Tim KOPELINDO 50
6. KETIDAKPASTIAN ADALAH :
PARAMETER YANG MENETAPKAN RENTANG (INTERVAL) NILAI,
YANG DIDALAMNYA TERLETAK NILAI BENAR.
7. NILAI KETIDAKPASTIAN :
MENJUMLAHKAN (MENGGABUNGKAN) SEMUA JENIS
KESALAHAN PENGUKURAN YAITU RANDOM, BIAS, DSB.
Tim KOPELINDO 51
KETIDAKPASTIAN
(INDIKATOR KUALITAS HASIL UJI)
PERNYATAAN KETIDAKPASTIAN ( U )
-u +u
Y
INTERVAL
NILAI BENAR DIPERKIRAKAN BERADA
PERSONIL
PERALATAN : KINERJA & KALIBRASI
METODE UJI / PENGUKURAN
STANDAR / BAHAN ACUAN
KONDISI LINGKUNGAN BAHAN / REAGENSIA
Tim KOPELINDO 54
PROSES ESTIMASI KETIDAKPASTIAN
SISTEMATIKA : Ada 4 Tahapan yang harus ditempuh:
TAHAP I
Penentuan Spesifikasi kuantitas yang diukur dengan
formula/persamaan :
Contoh :
Pengukuran densitas cairan menggunakan piknometer
m1 - m2
Formula : d =
V
Kuantitas yang diukur : d = densitas
Kuantitas masukan : m1 = massa piknometer berisi cairan contoh (ditimbang)
m2 = massa piknometer kosong (ditimbang)
V = volume pikonometer (volume piknometer terkalibrasi)
Tim KOPELINDO 55
TAHAP II
Identifikasi Sumber-Sumber Ketidakpastian
Misalnya untuk pengukuran densitas di atas :
• Buat daftar sumber ketidakpastian yang menyumbangkan ketidakpastian nilai :
– m1
– m2
– V
• Gunakan diagram ‘cause and effect’ untuk memudahkan estimasi
m2 m1
kalibrasi
suhu
suhu kalibrasi
presisi
presisi
d
bias
suhu
kalibrasi
presisi
linearitas
Tim KOPELINDO 56
V
TAHAP III
Mengkuantitasikan masing-masing Komponen
Ketidakpastian,
yaitu:
Evaluasi Type A (dari data primer), untuk
mengevaluasi efek random
Evaluasi Type B (dari data sekunder), untuk
evaluasi efek random dan efek systematic (bias)
• Nyatakan ketidakpastian dalam bentuk SD
• Hitung Ketidakpastian Baku ( ), (Standard
Uncertainty)
Tim KOPELINDO = SD 57
Evaluasi Type A
Proses : Melakukan cara pengukuran berulang (repetitive measurements)
Ketidakpastian baku :
= SD
Contoh :
Pengukuran panjang (diulang 10 kali; nilai dalam cm )
5,01 ; 4,97 ; 5,02 ; 5,02 ; 5,02 ; 4,98 ; 5,01 ; 5,01 ; 5,00 ; 5,04
Rata-rata: 5,01 cm10
X X
2
n 1
SD = n 1
= 0,020
(x) = 0,020 cm
Penggunaan:
Evaluasi type A dapat diterapkan untuk mengestimasi :
# Efek personel (pengulangan penimbangan; pemipetan, titrasi, pengujian,
pengukuran dengan alat,-dan sebagainya).
# Kinerja alat (presisi hasil pengukuran)
Tim KOPELINDO 58
# Kinerja metode (Presisi hasil uji menggunakan metode terkait)
Evaluasi Type B
Tim KOPELINDO 59
Caranya:
Menggunakan data / informasi dari:
Tim KOPELINDO 63
Akurasi
Akurasi adalah kedekatan antara hasil analisis dengan
nilai benar. Pengujian akurasi dan presisi harus
menggunakan contoh real.
Pembuktian dapat ditempuh dengan berbagai cara:
– Menggunakan ‘Reference Material' : CRM/SRM.
– Berpartisipasi dalam uji profisiensi.
– Menggunakan contoh spike.
– Perbandingan dengan metode standar yang valid.
– Bila metode standar tidak tersedia, contoh yang sama
bisa dikirim ke laboratorium lain yang mempunyai
metode standar dan laboratorium tersebut sudah
diakreditasi
Tim KOPELINDO 64
Presisi
• Dapat dinyatakan sebagai:
– Repeatability (keterulangan) atau
– Reproducibillty (ketertiruan)
– SD =
n 1
SD
– RSD = x100%
X
Tim KOPELINDO 65
RSD = 2 (1 – 0,5 log C)
Tim KOPELINDO 66
Presisi tinggi + Bias kecil = Akurat
Tim KOPELINDO 67
TERIMA KASIH
Tim KOPELINDO 68