Professional Documents
Culture Documents
Bahan Kuliah I Dan II Hukum Kepolisian Progresif, STIK 81 Campur
Bahan Kuliah I Dan II Hukum Kepolisian Progresif, STIK 81 Campur
KEPOLISIAN
Oleh:
Dr. Zulkarnein Koto, S.H., M.Hum., dan TIM
Pemakaian istilah “POLISI”, untuk menyebut :
Lingkungan pekerjaan tertentu (tugas Polisi).
Polisi).
Pejabat yang mengemban tugas (Pejabat Polisi).
2. Law Reform.
3. Elitis – Eksklusif;
Positivism
2. Hukum Privat,
4. Sectoral law.
SECTORAL LAW
3. Partisipatif – Inklusif;
Legal realism
2. Pembinaan Hukum.
2. Regulatory compliance;
3. Quality of Mechanisms.
Regulatory Design
Lihatlah “kegagalan” copy right law terhadap seniman atau pengrajin souvenir
di Kota Gede Yogjakarta, yang justru terlihat “senang” ketika desain ciptaannya
“ditiru” pihak lain, atau pemberantasan korupsi justru menyebabkan penyerapan
anggaran yang rendah dan menimbulkan “ketakutan” penyelenggara negara
bersikap kreatif dalam penggunaan anggaran negara. Perhatikan pula
desentralisasi kewenangan pemberian izin usaha pertambangan kepada kepala
daerah dalam rezim UU Minerba 2009, telah menimbulkan dampak kerusakan
lingkungan yang signifikan, sehingga kembali dilakukan sentralisasi ke
pemerintah pusat (UU No. 3 Tahun 2020);
Dalam pada ini Pancasila sebagai sumber inspirasi dan cerminan kondisi sosial
ekonomi masyarakat Indonesia menjadi “bintang penuntun” pembaharuan
hukum. Hal ini juga diperlukan untuk mencegah pragmatism dalam
pembaharuan hukum, melainkan berorientasi kepada pengujudan cita hukum.
Negara Hukum Pancasila
Menurut Sunaryati Hartono, terdapat tiga karakteristik negara
hukum Pancasila:
1. Kekeluargaan, yaitu mengharmonisasikan dan menyeimbangkan
antara hak-hak individu dan kepentingan Bersama;
2. Berkepastian dan Berkeadilan, yaitu mengejar keduanya
sehingga merupakan perpaduan konsep rechtsstaat dan rule of
law;
3. Memadukan hukum sebagai alat perubahan masyarakat
dan hukum sebagai cerminan budaya masyarakat, yaitu
menempatkan hukum sebagai sarana perubahan sosial dan budaya
secara selektif (top-down), tetapi pada sisi yang lain menguatkan
budaya dengan mengadopsinya ke dalam sistem hukum (top
down).
Hukum Berjiwa Pancasila
Hukum berjiwa Pancasila mempunyai ciri:
1. Hukum yang berketuhanan, yaitu hukum yang memberi ruang bagi kebebasan
beragama, menghargai, melandaskan dan mempertimbangkan nilai-nilai keagamaan yang
dipeluk oleh masyarakat;
2. Hukum yang menjunjung tinggi kemanusiaan, yaitu hukum yang menghormati,
melindungi, memenuhi dan membatasi secara hati-hati hak asasi manusia;
3. Hukum yang ber-bineka tunggal ika, yaitu hukum yang memberi ruang keberagaman
untuk memperkokoh persatuan;
4. Hukum yang memperkuat demokrasi, yaitu merupakan hukum hasil proses dialog terus
menerus, yang melibatkan partisipasi publik dan mengokohkan pilar-pilar demokrasi
5. Hukum yang menyejahterakan dan membawa keadilan sosial, yaitu hukum yang
menjadi sarana negara yang berorientasi pada, untuk mewujudkan, dan menyelesaikan
masalah kesejahteraan dan keadilan sosial, dan tidak mengejar pertumbuhan ekonomi
belaka.
6. Hukum yang melayani, yaitu hukum yang tidak hanya mengatur, menghukum, menjaga,
tetapi juga melayani negara, masyarakat dan privat sektor;
HUB. ILMU HUKUM, TEORI HUKUM DAN FILSAFAT HUKUM KEPOLISIAN
-----------------
-------------- --
dengan
Kepolisian REPRESIF ILMU HUKUM
dalam • Menegakkan hukum untuk KEPOLISIAN: ilmu
kehidupan capai keteraturan sosial praktikal normologik
nyata • interpretasi dan
NORMATIF sistematisasi bahan
PENGEM- ILMU HUKUM KEPOLISIAN perspektif internal objek Kepolisian
BANAN Objek telaah: tatanan telaah : Kepolisian sebagai
-
HUKUM KEPOLISIAN UMUM : HUKUM YG MENGATUR KEPOLISIAN YG MELIPUTI PENEGAKKAN SELURUH HK PIDANA THD SIAPAPUN
HUKUM KEPOLISIAN : ADALAH HUKUM YG MENGATUR SEGALA SESUATU YG BERTALIAN DG POLISI YAKNI HUKUM YG MENGATUR TENTANG
TUGAS, STATUS, ORGANISASI DAN WEWENANG POLISI BAIK SEBAGAI FUNGSI MAUPUN SEBAGAI ORGAN
VAN VALLENHOVEN : FUNGSI POLISI ITU MENJALANKAN “ PREVENTIVE RECHTSZORG ” YAITU MEMAKSA PENDUDUK SUATU WILAYAH MENTAATI
KETERTIBAN HUKUM SERTA MENGADAKAN PENJAGAAN SEBELUMNYA (PREVENTIF) SUPAYA TERTIB MASYARAKAT
TERPELIHARA
- POLISI DALAM ARTI FORMAL
- HUKUM KEPOLISIAN FORMAL DISEBUT JUGA ADMINISTRASI KEPOLISIAN.
- HUKUM KEPOLISIAN OBJEKTIF : BERUPA SEJUMLAH PERATURAN–PERATURAN MENGENAI KEPOLISIAN PADA UMUMNYA
- HUKUM KEPOLISIAN SUBJEKTIF : YANG MEMBERI WEWENANG ATAU HAK UNTUK MELAKUKAN
TINDAKAN– TINDAKAN KEPOLISIAN.
C. KELEMAHAN:
Hukum Positif kesulitan atau tdk mampu utk
menghadapi situasi dimana hukum sendiri
dijadikan alat ketidakadilan.
Aparat Gakkum hanya menjadi corong atau mulut
UU.
Pemikiran Aparat Gakkum bersifat Silogismus.
SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
A. KONSEP DASAR
Hukum yg baik adalah hukum yg sesuai dgn.
hukum yg hidup (the living law) dlm. masyarakat.
Hukum itu harus mencerminkan nilai-nilai yg
hidup dalam masyarakat.
Sumber hukum adalah Pengalaman dan Akal.
Hukum adalah pengalaman yg diatur dan
dikembangkan oleh akal.
Memunculkan: RESTORATIVE JUSTICE.
C. KELEMAHAN:
Acapkali tdk terwujud kepastian hukum.
Tidak adanya payung hukum, munculkan:
Abuse of power.
Diskriminasi gakkum.
Menguat subyektivitas aparat gakkum.
Tdk ada perlindungan hkm. bg aparat gakkum.
HUKUM PIDANA PROGRESIF MELALUI PENDEKATAN SOSIO-LEGAL
(Adaptasi Sosio-Legal Untuk Penegakan Hukum yang lebih Holistik, Humanis. Solutif)
STIK-PTIK 81
45
Hukum sebagai …
• Mochtar Kusumaatmadja: “hukum sebagai sarana perubahan sosial” Hukum yang baik adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat dan sesuai dengan
pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Hukum sebagi sisten norma yang
dinamis (Dynamic System of Norms). Bagaimana jika terjadi “dark engineering”? Socilogical
Jurisprudence dari Roscoe Pound (1930) “law is a tool of social engineering” – Holmes “the life of law
has not been logic, it is (socio-psychological) experience”
• Sunaryati Hartono: “hukum harus bisa mengikuti perkembangan jaman” (futuristic) hukum harus
dapat mencakup bentuk-bentuk kegiatan hukum, maupun tindakan melawan hukum yang baru akan
ada di masa depan”
• Romli Atmasasmita: ”Law as a tool of social and bureaucratic engineering", dalam arti bahwa,
masyarakat akan memahami dan mau menaati jika aparatur hukum dan birokrasi terlebih dulu
konsisten menaati hukum; ucapan saja tidak akan mendorong kepatuhan masyarakat terhadap
hukum. ”Tripartite character of social and bureaucratic enginering" yaitu perpaduan system
norma dinamis, sistem perilaku dan sistem nilai yang bersumber pada Pancasila sebagai filsafat
kehidupan bangsa Indonesia
FONDASI SOSIOLOGI HUKUM
INDONESIA
Sosiologi Hukum bertolak dari Indonesia untuk
Indonesia artinya pemikiran-pemikiran hukum
harus bertolak dari kenyataan-kenyataan
Indonesia.