Professional Documents
Culture Documents
Jenis Izin - Aspek Hukum
Jenis Izin - Aspek Hukum
BISNIS
Anggota Kelompok 2:
- Karuna Dewa Suganda (20416262201025)
- Lydia Chandra (20416262201114)
- Maya Ahyani ( 20416262201140)
- Niken Ayu Pratiwi (20416262201112)
- Siti Nursilah (20416262201104)
- Tania Meilani (20416262201108)
- Putri Damayanti (20416262201021)
01 02 03 04
Pajak Bumi dan
Pajak Penghasilan Pajak atas Tanah
Pajak Pertambaha Nilai Bangunan
05 06
Pajak Bea Perolehan Pajak atas Bea Materai
01.
Pajak Penghasilan
Pengertian pajak penghasilan
(PPh) merupakan pajak yang dibebankan atas suatu
penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri.
Penghasilan yang dimaksud meliputi usaha, gaji,
hadiah, honorarium, dan lain sebagainya.
Pph pasal 21
Pengertian pph pasal 21 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
PPh pasal 21 adalah penghasilan PPh 21 pada umumnya berkaitan dengan pajak
kena pajak bagi pegawai tetap, yang dipotong pada sistem penggajian suatu
penerima pensiun berkala, pegawai perusahaan. Namun PPh 21 sebenarnya juga
tidak tetap yang penghasilannya digunakan untuk berbagai jenis penghasilan
dibayar bulanan, bukan pegawai. lainnya, contohnya:
Wajib pajak yang dimaksud adalah • Penghasilan bagi pegawai tetap
yang memiliki nomor pokok wajib • Penghasilan bagi penerimaan pensiun secara
pajak (NPWP). teratur
• Penghasilan bagi korban pemutusan hubungan
kerja (PHK)
Tarif Progresif PPh 21
• Atas impor
• Atas pembelian barang yang Berikut ini adalah daftar pengecualian
dilakukan oleh DJPB, Bendahara terhadap pemungutan PPh Pasal 22:
Pemerintah, BUMN/BUMD • Impor barang-barang dan/atau
• Atas penjualan hasil produksi penyerahan barang yang berdasarkan
ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
Keputusan Direktur Jenderal
undangan tidak terutang PPh.
Pajakahan
• Impor barang-barang yang dibebaskan
dari bea masuk.
• Pembayaran atas penyerahan barang.
• Pembayaran untuk pembelian bahan
bakar minyak.
Pajak penghasilan pasal 23
Pajak Penghasilan Pasal 25 Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak
Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) untuk Wajib
(PPh Pasal 25) adalah pajak Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:
yang dibayar secara • Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
angsuran. Tujuannya (WP – OPPT), yaitu yang melakukan usaha
adalah untuk meringankan penjualan barang, baik grosir maupun eceran,
serta jasa – dengan satu atau lebih tempat usaha.
beban wajib pajak, PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap
mengingat pajak yang masing-masing tempat usaha.
terutang harus dilunasi • Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha
Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja bebas atau
dalam waktu satu tahun. karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh
Pembayaran ini harus 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x
dilakukan sendiri dan tidak Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).
bisa diwakilkan.
Pajak penghasila pasal 26
Objek PPN adalah barang atau jasa kena pajak yang dikenakan pungutan
PPN. Jadi pada dasarnya, semua produk baik itu barang maupun jasa termasuk
ke dalam objek PPN.
Secara garis besar terdapat dua jenis objek PPN yaitu:
1. Barang Kena Pajak (BKP)
BKP merupakan barang fisik, entah itu barang bergerak maupun barang
tidak bergerak, serta barang tidak berwujud fisik yang termasuk dalam objek
PPN.
Contoh barang berwujud fisik yang dikenakan PPN yaitu motor,mobil, alat
Kesehatan, alat elektronik, rumah dan lain-lain.
Contoh barang tidak berwujud fisik yang tergolong sebagai objek PPN yaitu
hak paten, merk dagang, hak cipta dan lain sebagainya.
2. Jasa Kena Pajak (JKP)
● Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan berbasis pelayanan yang
mengakibatkan suatu produk, fasilitas, atau pajak tersedia untuk
digunakan atau dikonsumsi.
● Hal tersebut sesuai dengan surat perikatan atau perbuatan hukum
sehingga pelayanan yang dilakukan dapat menghasilkan barang
berdasarkan permintaan atau pesanan.
● Yang termasuk ke dalam Jasa Kena Pajak di dalam UU Pajak
Pertambahan Nilai lebih tepatnya pada pasal 4 ayat 3 dan pasal 16
dalam UU HPP.
Kategori Objek PPN
● Terdapat beberapa kategori objek PPN yang perlu diketahui. Hal ini
pun termuat dalam Undang-Undang PPN dan PPnBM tepatnya
pasal 4 ayat 1. Beberapa kategori objek PPN:
1. Pengalihan atau pemberian BKP di dalam wilayah pabean oleh
pengusaha, pedagang atau pengecer
2. Impor Barang Kena Pajak (BKP)
3. Pemakaian BKP tak berwujud fisik dari luar wilayah pabean di
dalam wilayah pabean.
● Daerah Pabean wilayah RI meliputi:
a. Perairan, lapisan udara di atasnya,
b. Tempat-tempat tertentu di zona ekonomi
c. Ekslusif dan landas kontinen
Barang Kena Pajak (BKP)
● Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut
sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang
tidak bergerak
dan barang tidak berwujud, yang dikenakan pajak berdasarkan
UU PPN Tahun 1984.
Pada prinsipnya semua barang merupakan barang kena pajak, kecuali
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai menentukan lain.
Penyerahan BKP dalam PPN
● Penyerahan BKP dalam Pajak Pertambahan Nilai :
1. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian (jual-beli,
tukar-menukar, jual-beli dengan angsuran)
2.. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli
dan leasing (SGU dengan hak opsi) yang terutang adalah
transaksi penyerahan barang dari supplier kepada lessee,
sedangkan jasa leasing (jasa pembiayaan) penyerahan dari
lessor kepada lesse bukan merupakan objek PPN.
3.Penyerahan BKP kepada pedagang perantara
4.Penyerahan BKP melalui juru lelang, PPN terutang pada saat juru
lelang menyerahkan kepada pembelinya (pemenang lelang)
Penyerahan termasuk objek PPN:
● Syarat transaksi dikenakan PPN untuk penyerahan barang dan
jasa:
1. Barang atau jasa yang diserahkan merupakan barang kena pajak atau
jasa kena pajak
2. Penyerahannya dilakukan terjadi di dalam daerah Pabean ( di dalam
negeri)
3. Penyerahan dilakuka oleh PKP dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
pengusahaan yang bersangkutan
Hak pakai
Hak guna bangunan
hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil
dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau hak untuk mendirikan dan mempunyai
tanah milik orang lain sesuai dengan perjanjian, bangunan atas tanah yang bukan miliknya
yang bukan perjanjian sewa menyewa atau sendiri dengan jangka waktu yang
perjanjian pengolahan tanah sepanjang tidak ditetapkan dalam Undang- Undang Nomor 5
bertentangandengan peraturan perundang- Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
undanganyang berlaku. Diatur dalam UU Rumah Pokok Agrarian.
Susun (UU No.16/1985).
Hak milik atas satuan rumah susun
● Dikenakan sanksi
kepada wajib pajak maupun kepada pejaba tpejabat umum yang melakukan pelanggaran
ketentuan atau tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Undang undang
BPHTB.
Pelaksanaan peralihan hak karena pemberian hak baru sebagai kelanjutan pelepasan hak, baik
kepada orang pribadi maupun badan hukum dari negara atas tanah yang berasal dari pelepasan hak
dilakukan oleh pejabat yang berwenang dan terjadi saat diterbitkan surat keputusan pemberian hak
baru oleh pejabat yang berwenang. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang diperoleh
seseorang dari hibah wasiat dilakukan sendiri oleh yang bersangkutan sebelum pemberi hibah wasiat
meninggal dunia, sedangkan perolehan hak karena waris dilaksanakan setelah pewaris meninggal
dunia.
06
Pajak atas Bea
materai
Pajak Bea Materai
Pajak Bea Meterai adalah pajak atas dokumen yang terutang sejak dokumen tersebut
ditandatangani oleh pihak-pihak berkepentingan, atau saat dokumen tersebut selesai dibuat atau
diserahkan kepada pihak lain, jika dokumen tersebut hanya dibuat oleh satu pihak.
Adanya perkembangan teknologi informasi, semakin banyak terjadi perubahan bentuk
dokumen atau modifikasi dari bentuk sebelumnya. Dokumen yang dimaksud dalam bea meterai
adalah dalam bentuk tulisan tangan, cetakan, atau elektronik.Adapun, sejak tanggal 6 Oktober
2021 telah diberlakukan meterai elektronik atau e-Meterai. Meterai elektronik atau e-Meterai
adalah meterai yang digunakan untuk dokumen yang berbentuk elektronik. Meterai elektronik
digunakan sebagai objek dari Bea Meterai, dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata atau
dokumen yang dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan.
Tarif Bea Meterai Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 UU No. 10 Tahun 2020, Bea Meterai
dikenakan tarif tetap sebesar Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) per lembar berlaku sejak 1
Januari 2021. Namun, Bea Meterai dengan nominal Rp 6.000 (enam ribu rupiah) dan Rp 3.000
(tiga ribu rupiah) ini masih berlaku hingga 31 Desember 2021 sesuai ketentuan penggunaan,
yaitu membubuhkan tiga meterai masing-masing senilai Rp 3.000, dua meterai masing-masing
senilai Rp 6.000, atau meterai senilai Rp 3.000 dan Rp 6.000 pada dokumen.
Objek Bea MeteraiSebagaimana diatur pada Pasal 3 UU No. 10 Tahun 2020, Bea Meterai
dikenakan atas dua jenis dokumen, yaitu dokumen yang dijadikan alat untuk menerangkan
kejadian (bersifat perdata) dan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di muka pengadilan.
Dalam hal ini dokumen yang bersifat perdata, antara lain surat perjanjian, surat keterangan,
surat pernyataan, akta notaris beserta grosse dan salinan, dokumen transaksi surat berharga
dengan nama atau bentuk apapun, akta Pejabat Pembuat Akta Tanah berserta salinan dan
kutipan, dokumen lelang berupa kutipan risilah lelang, surat berharga dengan nama dalam
bentuk apapun, dokumen yang bernilai lebih dari Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) yang
menyebutkan penerima uang serta berisi pengakuan hutang telah dilunasi atau diperhitungkan,
dan dokumen lain yang sudah ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah.
KESIMPULAN
Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang - undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal balik (kotraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2011:3).
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang
melekat pada penegertian pajak adalah:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaan nya
yang sifatnya dipaksakan.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah.
d. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain Budgeter (pendanaan) yaitu
Regulerend (mengatur).
TERIMA KASIH