You are on page 1of 43

Akuntansi Piutang

Praktisi :
Edwin Ronald, S.E., M.M.
08119502401
Data Diri Praktisi :

Nama : Edwin Hutauruk, SE., MM

● CURRENTLY | Finance Accounting Manager | Perum Produksi Film Negara


● 18 – 20 | Dosen LB FE Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
● 18 - 19 | Administration Manager | HanmiGlobal Co., Ltd. Of South Korea
● 18 - 18 | | Assistant Manager | Andramuda Primantara
● 15 - 17 | | Tenant and Retail Selection Assistant | Incheon International Airport Korea
● 14 - 15 | | Accounting | Oorja Indo Group
● 10 - 14 | | Finance Accounting Spv Site | Harita Group
● 07 - 10 | | Accounting | Ina Perdana Bank
● 01 - 07 | | Accounting | Persyarikatan Indonesia Bank

HP/email : 08119502401 / edwin_hutauruk@yahoo.co.id


Praktisi Mengajar Universitas Pamulang
Akuntansi Perpajakan Program Sarjana
Terapan
Materi
• Akuntansi Piutang.

Waktu
• Sabtu, 20 Mei 2023
• 09.20 – 11.00.

Offline / Online
Offline
Universitas Pamulang Kampus Viktor. Jl.
Puspitek, Buaran, Kec. Pamulang,
Kota Tangerang Selatan, Banten
15310
Agenda

1 Tujuan Pembelajaran

Uraian Materi : Pengertian piutang dan


2
jenisnya

3 Latihan/Tugas

4
Buku Penunjang Tujuan
Kieso, E. D. (2015). Akuntansi Intermediate.
Jakarta: Erlangga.
Martani, D. (2016). Akuntansi Keuangan Menengah
Pembelajaran
Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat. Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :
Warren, R. (2015). Pengantar Akuntansi Adaptasi
Indonesia. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
1. Mengklasifikasi piutang berdasarkan jenis dan jangka
waktu pembayarannya.

2. Menganalisis transaksi piutang untuk membuat ayat


jurnal yang sesuai atas transaksi tersebut.

3. Menganalisis transaksi wesel baik itu wesel berbuga


maupun tidak berbunga.

4. Membuat ayat jurnal untuk mencatat transaksi wesel


dan amortisasi wesel.

5. Menganalisis umur piutang dan menentukan saldo


cadangan kerugian piutang.

6. Membuat jurnal untuk mencatat piutang tak tertagih


dengan menggunakan metode penghapusan langsung
dan penyisihan.

7. Membuat jurnal untuk transaksi anjak piutang dengan


atau tanpa tanggung renteng.
Pengertian Piutang
Piutang (receivable) adalah komponen aset perusahaan yang dikategorikan sebagai Aktiva
Lancar dan likuid.

Menurut (Kieso, 2015, p. 346), piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada
pelanggan atau pihak lainnya.

A. Perusahaan Dagang atau Jasa :

B. Perusahaan Perbankan atau Jasa Keuangan non Bank :


Pengklasifikasian Piutang
Laporan Keuangan :

1. Piutang Lancar/piutang Lingkup Akuntansi Keuangan


jangka pendek : piutang (Warren, 2015, p. 448) :
yang dapat ditagih < 1
periode berjalan 1. Piutang Usaha
2. Piutang tidak lancer/piutang 2. Piutang Lainnya
jangka Panjang : piutang 3. Wesel Tagih
yang tidak dapat ditagih < 1
periode berjalan

Dilihat dari Jenis Piutang :

1. Piutang Dagang : jumlah


terutang dari pelanggan atas
barang atau jasa yang
diberikan
2. Piutang Non Dagang :
piutang yang muncul bukan
dari aktivitas operasi
perusahaan
Pengklasifikasian Piutang
Piutang Dagang/Usaha
Piutang dagang atau piutang usaha (account receivable) adalah piutang yang dihasilkan
atas transaksi baik perusahaan dagang maupun perusahaan jasa.

Piutang usaha yang dihasilkan oleh


perusahaan dagang dan manufaktur disebut Sementara piutang jasa,
dengan piutang dagang. Piutang ini adalah dihasilkan oleh perusahaan jasa
penjualan yang dilakukan oleh perusahaan, atas jasa yang diberikannya
tetapi konsumen belum membayarnya atau kepada pelanggan, namun
juga disebut dengan penjualan kredit. pelanggan belum membayarnya,
atau disebut juga dengan kredit.

Piutang usaha lazimnya diprediksi dapat ditagih dalam jangka waktu dekat, misalnya 30
atau hingga 60 hari. Semakin lancar piutang dapat ditagih, maka likuiditas perusahaan
semakin baik. Perputaran piutang adalah salah satu ukuran likuiditas yang disebut
dengan (receivables turnover).
Receivables Turnover

PT XYZ nilai penjualan kreditnya adalah


630.000.000 dengan saldo piutang dagang awal
tahun senilai 235.000.000 dan piutang dagang
pada akhir tahun sebesar 400.000.000. Berapa
Receivables Turnover ?
Rata-rata Piutang dagang : (235.000.000 +
400.000.000) / 2 = 317.500.000.
Receivables Turnover : 630.000.000/ 317.500.000
= 1,98 kali, atau dibulatkan menjadi 2 kali.
Nilai rasio ini berarti perusahaan hanya
mengumpulkan piutangnya 2 kali dalam satu
tahun.
Padahal, semakin tinggi rasio perputaran piutang,
maka semakin baik untuk perusahaan.
Termin Piutang
Piutang dagang lazimnya memiliki termin
pembayaran. Maksud dari termin
pembayaran tersebut berkaitan dengan
diskon dan denda pembayaran.

Termin tersebut dituliskan dalam bentuk


pecahan.
Misalnya 2/10, n/30, (1)

Maksudnya adalah mendapatkan diskon


2% apabila dilunasi dalam 10 hari,
sedangkan n/30 (1) maksudnya adalah
jatuh temponya selama 30 hari, maka
apabila > 30 hari, ada denda yang
dibebankan sebesar 1 % perharinya.
Contoh Termin Piutang
PT XYZ menjual barang kepada PT ABC secara kredit
senilai 1.200.000 pada tanggal 21 Mei dengan termin
2/10, n/30 (1).

PT ABC melunasi utangnya pada tanggal 23 Juni, maka


PT ABC harus membayar denda keterlambatan sebesar 1
% untuk satu hari. Berapa denda yang harus dibayar PT
ABC dan bagaimana Jurnal yang dibuat PT XYZ?
PT ABC terlambat 2 hari bayar menimbulkan denda
sebesar : ((1 % x 1.200.000) x 2 hari) = 24.000
Denda tersebut diakui sebagai late-fee expense
bagi PT ABC, sedangkan bagi PT XYZ, nilai 24.000
ini diakui sebagai pendapatan atas keterlambatan
pembayaran piutang.

Jurnal pembukuannya sebagai berikut :


Piutang Lainnya
Piutang yang tidak tergolong pada piutang hasil penjualan atau pendapatan disebut
sebagai piutang lainnya. Contohnya seperti piutang bunga, piutang karyawan,
piutang pajak, piutang bunga, piutang dividen, dan lain-lain.
Piutang lainnya dikategorikan berdasarkan perkiraan waktu penagihannya. Apabila
piutang tersebut diprediksi dapat tertagih dalam 1 tahun, maka digolongkan ke
dalam aset lancar. Namun apabila diprediksi tidak dapat tertagih dalam 1 tahun,
maka digolongkan menjadi aset tidak lancar.
Piutang lainnya dapat juga disebut sebagai piutang non dagang. Menurut (Kieso,
2015, p. 347), piutang non dagang berasal dari beberapa transaksi :
1. Uang muka kepada karyawan dan staf,
2. Uang muka kepada anak perusahaan
3. Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan
4. Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran
5. Piutang dividen dan bunga
6. Klaim atas: perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertangguhkan,
terdakwa dalam suatu perkara hukum, badan badan pemerintah untuk restitusi
pajak, perusahaan pengangkutan barang atas barang yang rusak atau hilang,
kreditur untuk barang yang dikembalikan, dan pelanggan untuk barang-barang
yang dapat dikembalikan.
Piutang lainnya dicatat dengan menggunakan akun yang berbeda dengan
piutang dagang. Adapun akun yang digunakannya, tergantung piutang apa
yang terjadi. Misalnya apabila piutangnya adalah piutang dari karyawan,
maka dicatat dengan Employee Receivable. Sama seperti piutang dagang,
piutang non dagang juga memiliki umur piutang yang harus diestimasi untuk
kepentingan pencatatan kerugian tak tertagihnya.
Wesel Tagih Wesel tagih (prommisory note / note
receivable) adalah piutang yang dinyatakan
dalam bentuk pernyataan tertulis.

Contohnya, PT XYZ memiliki hutang kepada


PT ABC senilai Rp. 20.000.000. Selanjutnya,
PT XYZ kemudian menerbitkan surat
pernyataan hutang atau wesel bayar (note
payable) yang berisi pernyataan bahwa ia
akan membayar hutangnya sesuai dengan
waktu yang ditetapkan. Wesel bayar yang
diterima oleh PT ABC inilah yang disebut
sebagai wesel tagih.

Surat pernyataan utang yang digunakan untuk


wesel bayar memuat informasi mengenai
nominal hutang, tingkat bunga (jika weselnya
berbunga), tanggal jatuh tempo, pihak yang
akan membayar, dan bank yang akan ditunjuk
untuk melakukan pembayaran.
Wesel tagih dapat dijual oleh
pemegangnya sebelum tanggal jatuh
tempo. Selain itu, wesel tagih juga dapat
didiskontokan. Istilah mendiskontokan
wesel berarti meminjam uang ke bank
dengan menggunakan wesel tagih sebagai
jaminannya.
Wesel tagih ada yang memiliki bunga, dan
ada juga yang tidak berbunga. Meskipun
kebanyakan wesel tagih memiliki bunga.
(Martani, 2016, p.198) menjelaskan bahwa Menurut (Warren, 2015), wesel tagih
untuk wesel tagih yang berbunga, memiliki karakteristik antara lain :
pencatatan akan dilakukan pada saat 1. Surat tersebut ditandatangani oleh
penerimaan wesel, pengakuan bunga, dan orang atau perusahaan yang membuat
pelunasan wesel. Bunga yang tertera janji.
dalam wesel tagih dapat diestimasi sebagai 2. Pihak yang berhak menerima uang
pendapatan bunga dari wesel tagih disebut penerima, dan
yang membuat janji disebut maker
3. Nilai nominal (face amount) dari
wesel
adalah jumlah saat wesel di sepakati.
4. Tanggal jatuh tempo (due date) adalah
tanggal saat wesel harus dibayar.
5. Periode wesel tagih yaitu jangka
waktu dari saat wesel diterbitkan, hingga
tanggal jatuh tempo,
6. tingkat bunga (interst rate) merupakan
CONTOH TRANSAKSI WESEL TAGIH

PT Dudung Jaya menerima wesel tagih dari PT


Dongkrak Maju untuk melunasi piutang dagang
yang telah jatuh tempo. Wesel tagih itu bernilai
Rp. 20.000.000 dengan bunga 12% pertahun.
Penerbitan wesel yaitu tanggal 1 Januari 2017
dengan jangka waktu 120 hari yang berarti Penghitungan bunga wesel tagih adalah
tanggal jatuh temponya adalah 30 April 2017. Nominal Wesel x tingkat bunga x (periode
Maka PT Dudung Jaya membuat jurnal seperti wesel/360). Berarti, 20.000.000 x 12% x
berikut: 120/360 = 800.000.
Lalu seperti apakah pencatatannya apabila ternyata wesel tagih tidak dibayar setelah
tanggal jatuh tempo (wesel tagih gagal bayar).
Dari contoh yang sama, apabila ternyata wesel tagih tidak yang dibayar, maka pemilik
wesel tagih melakukan harus memindahkan kembali wesel tagih menjadi piutang
usaha dengan tetap mengklaim bunga wesel tagihnya.

Dalam pencatatan akuntansi, interest revenue atau


pendapatan bunga biasanya dicatat dalam pendapatan lain-
lain namun bukan merupakan bagian dari Other
Comprehensif Income (OCI).
CONTOH LAIN TRANSAKSI WESEL
TAGIH
PT Sugeng Dawuh menerima wesel tagih dari PT Onih untuk pembayaran piutangnya
sebesar 10.000.000 dengan bunga 12 % pertahun.
Tanggal diterbitkan wesel adalah 1 November 2017 dengan jangka waktu 120 hari.

A. Jurnal pada saat penerimaan :

B. Pada tanggal 31 Desember, perusahaan melakukan klaim atas piutang bunga


dengan pendapatan bunga atau yang biasa disebut sebagai akruan bunga.

Nilai 200.000 ini didapatkan dari Nominal Wesel x 12 % x 60/360. Nilai ini
menunjukan bunga yang berlaku pada 2 bulan atau 60 hari terakhir
C. Lalu pada saat pembayaran wesel tagih, perusahaan mencatat jurnal sebagai
berikut :

Note :
• Notes Receivable : Pendapatan Wesel
• Interest Revenue : Pendapatan Bunga
• Interest Receivable : Bunga Tagihan
MENDISKONTOKAN WESEL
Mendiskontokan wesel berarti meminjam uang ke bank dengan jaminan wesel tagih. Wesel
tagih yang dijaminkan akan dikenakan bunga bank. Beban bunga yang timbul dari
penjaminan wesel tagih disebut sebagai bunga diskonto.
Syarat menjaminkan wesel adalah apabila pemberi wesel tagih tidak dapat membayar wesel
bayarnya maka, pemegang wesel tagih sebagai pihak yang mendiskontokan wesel tagih harus
melunasi pinjaman uang ke bank tersebut.

Contoh : PT XYZ memiliki wesel tagih dari PT ABC senilai 10.000.000 tanpa bunga
dengan jangka waktu 90 hari dari tanggal penerbitan 1 April 2017. Selanjutnya pada
tanggal 1 Mei, PT XYZ mendiskontokan wesel tagihnya ke bank dengan bunga
diskonto senilai 15 % per-tahun. Berarti jurnal yang harus dicatat adalah :

Nilai bunga diskonto 250.000 didapatkan dengan cara: Nominal Wesel x 15 % x 60/360.
Mengapa hanya 60 hari?, karena waktu jatuh tempo wesel tagihnya tinggal 60 hari dari
waktu 90 hari.
Diskonto Wesel Tagih Berbunga
PT Maju Jaya memiliki wesel tagih dari PT Lancar Jaya senilai 20.000.000 dengan bunga 12%
pertahun. Tanggal wesel adalah 1 April 2017 dengan jangka waktu 90 hari. Selanjutnya pada
tanggal yang sama PT Maju Jaya mendiskontokan weselnya ke bank dengan bunga diskonto 15
% pertahun. Jurnal yang diperlukan oleh PT Maju Jaya yaitu :

Mengapa bunga diskontonya hanya 150.000?. Karena wesel tagih berbunga sebesar 12%
sedangkan diskontonya 15 %. Sehingga dapat langsung bunga diskonto dikurangi dengan bunga
wesel tagih yang menghasilkan 3 %. Oleh karena itu, penghitungan bunga diskontonya adalah :

Nominal Wesel x sisa bunga diskonto x 90/360. Berarti 20.000.000 x 3 % x 90/360 = 150.000.
Apabila misalnya dibalik, bunga wesel tagih 15 %, bunga diskonto 12 %,
maka nilai 150.000 tersebut berubah menjadi pendapatan bunga, sehingga kas
yang diterimanya juga bertambah. Jurnalnya adalah :
AMORTISASI WESEL

Istilah amortisasi tidak hanya digunakan untuk menggambarkan penyusutan pada


aset tak berwujud, tetapi juga digunakan untuk amortisasi wesel. Wesel yang
diamortisasi adalah nilai nominalnya. Amortisasi wesel umumnya hanya terjadi
pada wesel yang jangka waktunya lebih dari 1 tahun, karena hal ini berkaitan
dengan nilai present value (PV) atau nilai sekarang dari nilai nominal wesel
tersebut.

Sebagai ilustrasi, PT XYZ memiliki wesel tagih dari PT Dudung senilai 120.000.000
dengan jatuh tempo 90 hari. Setelah jatuh tempo, ternyata PT Dudung tidak dapat melunasi
hutangnya. Semakin lama PT Dudung melunasi hutangnya, semakin besar pula kerugian
yang diderita PT XYZ, karena nilai nominal wesel tagih yang senilai 120.000.000 itu
semakin lama semakin menurun nilainya. Penunuran nilai inilah yang disebut sebagai
amortisasi wesel.
Amortisasi wesel diakui sebagai kerugian. Menghitung besarnya amortisasi wesel
dilakukan dengan mencari nilai PV dari bunga pasar yang dikalikan dengan jumlah tahun
pelunasan piutang tersebut.
contoh :
PT Samyong memiliki wesel tagih tanpa bunga dari PT Hamdan senilai 190.000.000 dengan
jangka waktu 2 tahun. Tanggal penerbitan wesel adalah 1 Januari 2013, maka jatuh tempo
adalah 31 Desember 2014. Ternyata, PT Hamdan tidak bisa melunasi hutangnya dan berjanji
akan melunasi hutangnya pada 31 Desember 2016, adapun bunga pasar yang berlaku adalah 12
%.
Dengan demikian, perhitungan amortisasi weselnya adalah :
ANALISA UMUR PIUTANG

Setiap piutang, baik itu piutang dagang, piutang non dagang,


maupun wesel tagih pasti memiliki jatuh tempo. Piutang yang telah
jatuh tempo memiliki kemungkinan untuk tidak tertagih lebih besar.
Perusahaan harus melakukan estimasi piutang-piutang mana saja
yang rentan tidak tertagih dengan cara menetapkan skedul umur
piutang (aging schedule).

Di samping itu, skedul umur piutang juga berguna untuk mendeskripsikan


kondisi piutang perusahaan yang dicatat sebagai aset dalam laporan posisi
keuangan. Analisa umur piutang seperti ini dapat menjadi data pembantu
rasio perputaran piutang.
Skedul umur piutang juga dapat digunakan untuk menyisihkan
cadangan piutang tak tertagih. Hal ini penting sebagai upaya
perusahaan dalam memprediksi piutang mana saja yang
kemungkinan tidak dapat tertagih, dan bagaimana langkah
strategis yang perlu dilakukan agar piutang tersebut dapat
tertagih.
Berdasarkan umur piutang di slide sebelumnya, terlihat bahwa
semakin lama piutang, maka semakin besar persentase
kemungkinan piutang tersebut tak tertagih. Adapun besarnya
persentase kemungkinan piutang tak tertagih, disesuaikan dengan
kondisi dan kebijakan perusahaan.
Dari skedul umur piutang, dapat diketahui bahwa cadangan
kerugian piutang yang harus dibuat adalah sebesar 11.100.000.
Untuk mencatatnya, perusahaan perlu membuat ayat jurnal
penyisihan piutang sebagaimana berikut
PIUTANG TAK TERTAGIH
Piutang tidak semuanya dapat tertagih. Semakin tinggi tingkat penjualan
perusahaan dengan menggunakan kredit, semakin beresiko pula piutang yang
tidak tertagih.

Berbagai faktor mempengaruhi piutang tak tertagih, diantarannya


1. Tidak adanya sistem ketat yang membatasi pemberian piutang.
2. Lesunya perekonomian sehingga perusahaan yang berhutang tidak sanggup
membayar hutangnya.
3. Piutang diberikan tanpa adanya agunan.

Apabila piutang tidak lagi dapat ditagih, maka akan menghasilkan beban
yaitu beban piutang tak tertagih (bad debt expense).
Apabila piutang tidak lagi dapat ditagih, maka akan menghasilkan beban yaitu beban
piutang tak tertagih (bad debt expense). Beban ini muncul apabila perusahaan
menentukan untuk melakukan penghapusan atas piutang tak tertagih. Pertanyaannya
kemudian adalah, bagaimanakah menentukan bahwa piutang yang dimiliki menjadi
piutang tak tertagih?. Memang tidak ada standar baku untuk menentukannya, tetapi ada
beberapa kondisi umum yang mendasari penentuan piutang tak tertagih, sebagaimana
menurut (Warren,2015, p. 449):

1. Saat piutang sudah jatuh tempo.


2. Pelanggan tidak menanggapi usaha perusahaan untuk menagih.
3. Pelanggan pailit.
4. Usaha pelanggan tutup.
5. Kegagalan dalam mencari lokasi atau menghubungi perusahaan.

Apabila piutang tetap tidak dapat


ditagih, maka perusahaan melakukan penghapusan piutang. Terdapat 2
metode dalam penghapusan piutang yaitu metode langsung dan penyisihan.
PENGHAPUSAN PIUTANG
Apabila piutang tetap tidak dapat ditagih, maka perusahaan melakukan penghapusan
piutang. Terdapat 2 metode dalam penghapusan piutang yaitu metode langsung dan
penyisihan.

A. METODE PENGHAPUSAN LANGSUNG


Metode penghapusan langsung dilakukan di akhir periode (31 Desember) karena
menghapus piutang yang di akhir periode dianggap sudah tidak dapat tertagih. Proses
penghapusan piutang dengan metode ini dilakukan dengan mendebit beban kerugian
piutang (bad debt expense) dan langsung mengkredit piutang dagang.
Dalam hal ini, metode penghapusan langsung banyak digunakan oleh
perusahaan yang perputaran piutangnya cenderung lebih baik.
B. METODE PENYISIHAN
Metode penyisihan dilakukan dalam periode berjalan. Misalnya pada Bulan Juni,
perusahaan sudah memperkirakan berapa piutang yang tidak dapat tertagih. Piutang
yang diprediksi tidak dapat tertagih tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam akun
cadangan kerugian piutang (allowance for doubful debt). Akun tersebut bersifat kontra
piutang sehingga saldo normalnya adalah kredit.
Berdasarkan jurnal penghapusan piutang dengan metode penyisihan, yang perlu diingat
adalah bahwa cadangan kerugian piutang memiliki saldo normal kredit karena merupakan
akun kontra aset. Apabila dilihat dari jurnal di atas, maka mengestimasi berapa jumlah
piutang tak tertagih yang telah dihapus, dapat dilihat dari nilai sisa cadangan kerugian
piutangnya.
ANJAK PIUTANG (FACTORING RECEIVABLES)
Kondisi keuangan perusahaan yang tidak menentu membuat tidak sedikit perusahaan
yang melakukan penjualan atas piutang yang dimilikinya. Hal seperti ini disebut dengan
anjak piutang (factoring receivables).
Adapun pihak yang biasa membeli piutang disebut dengan factor, mereka adalah
perusahaan pembiayaan atau bank yang membeli piutang untuk mendapatkan
imbalan, kemudian menagih piutang tersebut secara langsung dari pelanggan.

Anjak piutang dibagi menjadi dua :


1. Anjak piutang tanpa tanggung renteng (without recourse)
2. Dengan tanggung renteng (with recourse).

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan tanggung renteng adalah tanggung jawab debitur
untuk membayar hutangnya kepada pihak kreditur.
ANJAK PIUTANG TANPA TANGGUNG RENTENG
PT Cucun menjual piutangnya dari PT Capcay senilai 190.000.000 kepada PT Arta
Finance dengan transaksi tanpa tanggung renteng. PT Arta Finance kemudian
membebani PT Cucun fee sebesar 5 % dan mencadangkan 3 % untuk penurunan
piutang. Maka jurnal yang dibuat oleh PT Cucun adalah :

Maksud dari due to factor adalah piutang yang dicadangkan oleh PT Arta Finance.
Sedangkan loss from selling receivable, dianggap sebagai kerugian dari penjualan
piutang. Dikarenakan transaksi ini bersifat tanpa tanggung renteng, maka PT Cucun
tidak akan dibebani biaya untuk resiko piutang tak tertagih oleh PT Arta Finance dari
PT Capcay.
ANJAK PIUTANG DENGAN TANGGUNG RENTENG
Anjak piutang dengan tanggung renteng berarti pihak kreditur masih harus
bertanggungjawab apabila pihak pembeli (yang memiliki hutang) tidak membayar
hutangnya kepada factor. Dengan demikian, pihak factors akan meminta biaya tanggung
renteng kepada pihak debitur yang menjual piutangnya.
Contoh transaksi anjak piutang dengan tanggung renteng adalah :
PT Sugeng Dawuh memiliki piutang dari PT Yanto senilai 190.000.000. PT Sugeng Dawuh
kemudian menjual piutang tersebut kepada PT Bina Finance dengan transaksi tanggung
renteng. PT Bina Finance membebai biaya jasa 5 %, mencadangkan piutang 3 %, dan
meminta kewajiban tanggung renteng senilai 2 %. Maka jurnal yang harus dibuat oleh PT
Sugeng Dawuh adalah

Apabila transaksinya dengan tanggung renteng, maka akan muncul akun kewajiban
tanggung renteng (joint liability) senilai 3.800.000 atau 2% dari total piutang. Sebagai
penyandingannya, kewajiban ini ditambahkan pada akun kerugian dari penjualan piutang,
dari yang tadinya hanya 9.500.000 atau 3 % dari piutang, menjadi 13.300.000.
CONTOH PIUTANG DAN WESEL TAGIH
LATIHAN SOAL
1. Jelaskan perbedaan antara Piutang Dagang, Piutang Lainnya, Wesel Tagih

2. PT Laris Selalu menerima wesel tagih dari PT Cuan Terus untuk melunasi
piutang dagang yang telah jatuh tempo. Wesel tagih itu bernilai Rp. 22.000.000
dengan bunga 14% pertahun. Penerbitan wesel yaitu tanggal 1 Januari 2017
dengan jangka waktu 90 hari. Buatlah ayat jurnal pada saat, 1) Menerima wesel
tagih, 2) Menerima pelunasan wesel tagih

3. PT Usaha Online mengestimasi piutang dari PT Anti Bangkrut sebesar


17.000.000 dianggap tidak akan dapat lagi tertagih. Buatlah jurnal penghapusan
piutang dengan menggunakan metode penghapusan langsung, dan penyisihan.

4. PT Untung Terus memiliki saldo piutang di akhir periode senilai 38.200.000.


Piutang tersebut berasal dari PT Kakap 12.000.000 (kurang dari 60 hari), PT Teri
19.000.000 (61-90 hari), PT Hiu 7.200.000 (91-120 hari). Buatlah skedul umur
piutang dan tentukan berapa saldo cadangan kerugian piutang yang harus dibuat
apabila persentase kerugian piutang untuk kurang dari 60 hari = 10 %, 61-90 hari
= 25 %, dan 91-120 hari = 35 %. Kemudian, buat juga ayat jurnal untuk mencatat
penyisihan cadangan kerugian piutangnya.
Terima Kasih

You might also like