You are on page 1of 26

KELOMPOK 3:

Dosen Pengampu : WIDIA UTAMI. ZAHIRA ZALFAUL HAYATI. ATIKA.


Nanda Yansi Putri, S.ST., M.Keb AYU LISTRIA. FATIHAH. GALUH PUSPA CARDINALIA.
IIN INDRI AGUSTRIANI. IKE DELLA VILANIKA.
IMTIYAZ SAFUROH. INDAH WULANDARI

ASUHAN PADA KASUS KOMPLEKS


BEKERJA DALAM TIM INTER DISIPLIN (IPE)
ALUR RUJUKAN DAN RENCANA ASUHAN KASUS KOMPLEKS
PENGERTIAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE)

 IPE melibatkan pendidik dan peserta didik dari dua


IPE adalah pendidikan interdisiplin atau lebih profesi kesehatan dan disiplin dasar mereka
dimana IPE terjadi ketika dua atau yang bersama-sama menciptakan dan mendorong
lebih profesi kesehatan belajar lingkungan belajar kolaboratif
bersama, belajar dari profesi
kesehatan lain, dan mempelajari peran
masing-masing profesi kesehatan  IPE merupakan metode pembelajaran yang interaktif,
untuk meningkatkan kemampuan berbasis kelompok, yang dilakukan dengan
kolaborasi dan kualitas pelayanan menciptakan suasana belajar berkolaborasi untuk
kesehatan mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga
untuk menyampaikan pemahaman mengenai
interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan
antar organisasi sebagai proses profesionalisasi.
IPE MENURUT WHO

 WHO mengartikan IPE sebagai suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan
sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar
belakang profesi dan melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu, adanya
interaksi sebagai tujuan utama dalam IPE untuk berkolaborasi dengan jenis pelayanan
meliputi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.

 Latar belakang
dibentuknya sistem pembelajaran IPE adalah sistem kesehatan di negara-negara di
dunia yang sangat terfragmentasi pada akhirnya tidak mampu menyelesaikan
permasalahan kesehatan yang menyangkut banyak aspek dalam kehidupan.
TUJUAN IPE : Kerja sama dalam IPE.

 Memberikan pelayanan kesehatan berkualitas


 Meningkatkan pemahaman
dengan menggabungkan keahlian unik
interdisipliner dan meningkatkan sama.
profesional.
 Membina kerjasama yang kompeten.  Produktivitas maksimal serta efektifitas dan
 Membuat penggunaan sumberdaya yang efesiensi sumber daya Peningkatnya
efektif dan efisien profesionalisme dan kepuasan kerja, dan
loyalitas.
 Meningkatkan kualitas penanganan
 Meningkatnya kohesifitas antar profesional
masalah kesehatan yang komprehensif Kejelasan peran dalam berinteraksi antar
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin profesional.
merupakan sekolompok profesional  Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan
menghargai dan memahami orang lain.
LANGKAH-LANGKAH DALAM BEKERJA DENGAN TIM/DALAM TIM

 Memahami proses pengembangan tim  Berpartisipasi dan menghargai seluruh


 Mengembangkan berbagai prinsip anggota yang berpartisipasi secara
kerjasama yang menghargai nilai-nilai etis berkolaborasi dalam
yang dianut oleh anggota kelompok.  Menciptakan dan menjaga secara efektif
 Memfasilitasi diskusi secara efektif dan dan lingkungan hubungan kerja yang
berinteraksi serta berpartisipasi dengan sehat dengan mahasiswa/praktisi,
anggota tim dan menghargai seluruh pasien / klien dan keluarga baik dalam
anggota tim atau di luar tim yang telah ditentukan.
 Melakukan refleksi secara berkala terhadap  Menghargai kode etik dalam tim,
posisi dan fungsi mereka terhadap tim termasuk di dalamnya kerahasiaan,
mahasiswa, praktisi dan alokasi sumber daya dan
pasien/klien/keluarga. profesionalisme.
ASPEK YANG MEMPENGARUHI DALAM TIM

Menurut Weaver (2008), fungsi kerjasama tim yang efektif dipengaruhi oleh faktor
anteseden, proses dan hasil. Faktor-faktor tersebut merupakan sesuatu yang dapat
meningkatkan maupun menghambat proses kerjasama dalam tim seperti ditunjukkan
oleh kerangka berikut ini :
 Anteseden (Antecedents) > Pertimbangan sosial dan intrapersonal (social and
intrapersonal consideration). Lingkungan fisik (physical environment). Faktor
organisasional dan institusional (organizational and institutional factor)
 Proses > Faktor Perilaku bekerjasama. Faktor interpersonal. Faktor intelektual.
Outcome and opportunity
KARAKTERISTIK DARI MODEL IPE YANG IDEAL

Pengembangan model IPE yang ideal harus dimulai dengan persamaan paradigma
bahwa IPE hanyalah langkah awal dari tujuan utama dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien.

 Pendekatan interprofessional akan memfasilitasi dengan lebih baik mahasiswa dari


satu disiplin ilmu untuk belajar dari disiplin ilmu lainnya.
 Pembelajaran bersama antardisiplin ilmu dapat meningkatkan keterampilan baru
mahasiswa yang akan memperkaya keterampilan khusus yang dimiliki masing-
masing disiplin dan mampu bekerja sama lebih baik dalam lingkungan tim yang
terintegrasi.
KOMPETENSI IPE
KOMPETENSI YANG DIPERLUKAN UNTUK BERKOLABORASI. BARR (1998) MENJABARKAN
KOMPETENSI KOLABORASI, YAITU:

 Memahami peran, tanggungjawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas, 2.


bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan
dan pengobatan pasien,
 Bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau perawatan
pasien,
 Menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi lain,
 Memfasilitasi pertemuan interprofessional,
 memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain. ACCP (2009)
membagi kompetensi untuk IPE terdiri atas empat bagian yaitu pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan kemampuan tim.
ALUR RUJUKAN

Kebijakan dan prinsip dasar rujukan


 Prinsip utama adalah mengurangi kepanikan dan kegaduhan yang tidak perlu dengan
cara menyiapkan persalinan (rujukan terencana) bagi yang membutuhkan (pre empty
strategy). Sementara itu bagi persalinan emergency harus ada alur yang jelas
 Bertumpu pada proses pelayanan KIA yang menggunakan contimum of care dengan
sumber dana.
 Sarana pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3 jenis: RS PONEK 24 jam, Puskesmas
PONED dan sarana pelayanan kesehatan lainnya seperti puskesmas, bidan praktek.
rumah bersalin, dokter praktik umum dan
LANJUTAN_
 Harus ada rumah sakit PONEK 24 jam dengan hot line yang dapat dihubungi 24 jam.
 Sebaiknya ada hotline di Dinas Kesehatan 24 jam dengan sistem jaga untuk mendukung
kegiatan persalinan di RS.
 Memperhatikan secara maksimal ibu-ibu yang masuk dalam :
o Kelompok A Ibu-ibu yang mengalami masalah dalam kehamilan (ANC) dan diprediksi
akan mempunyai masalah dalam persalinan yang perlu dirujuk secara terencana.
o Kelompok B Ibu-ibu yang dalam ANC tidak bermasalah, di bagi menjadi 3 kelompok,
antara lain : - Kelompok BI Ibu-ibu bersalin yang membutuhkan rujukan emergency ke
RS PONEK 24 Jam - Kelompok B2 Ibu-ibu bersalin yang ada kesulitan namun tidak
perlu dirujuk - Kelompok B3 Ibu-ibu yang mengalami persalinan normal
LANJUTAN_

 Menekankan pada koordinasi antar lembaga seperti LKMD, PKK dan pelaku.
 Memberikan petunjuk rinci dan jelas mengenai pembiayaan, khususnya unt mendanai
ibu-ibu kelompok A dan kelompok B1, B2 dan BBL. Dan dilihat juga bagaimana
kondisi bayinya seperti kelainan lahir, kelainan genetik, gawat jan kelainan korgenetik
dan anechephali
Pengertian
Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan Tujuan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara
timbal balik asat masalah yang timbul, baik secara • Untuk meningkatkan mutu, cakupan
vertikal maupun horizontal ke fasilitas pelayanan dan efisiensi pelayanan kesehatan
yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan secara terpadu
dibatasi oleh wilayah administrasi. (Syafrudin, • Untuk meningkatkan mutu, cakupan
2009). dan efisiensi pelaksanaan pelayanan
metode kontrasepsi secara terpadu
(Syafrudin, 2009).

SISTEM RUJUKAN
JENIS-JENIS RUJUKAN

Rujukan medik
 Yaitu melimpahkan tanggung jawab secara timbal balik atas kasus yang timbul baik
secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menanganinnya secara rasional. Jenis rujukan medik antara lain: Transfer of patient.
Transfer of speciment. dan Transfer of knowlage/personal.

Rujukan kesehatan
 Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau
spesimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan yang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya preventif dan promotif (Syafrudin, 2009)
TATA LAKSANAN

Rujukan medik dapat berlangsung :


1. Internal antara petugas di suatu puskesmas
2. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
3. Antara masyarakat dan puskesmas
4. Antara satu puskesmas dan puskesmas lain
5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratornam atau fasillitas kesehatan lain.
6. Internal antara bagian unit pelayanan di dalam suatu rumah sakit.
7. Antara rumah sakkit, laboratorium atau fasilitas lain dan rumah sakit,
PENANGANAN AWAL PADA SAAT MERUJUK KHUSUSNYA PADA
KASUS KEBIDANAN KOMPLEKS

Kesiapan untuk merujuk ibu dan bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara
optimal dan tepat waktu menjadi syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan.
Persiapan dan informasi dalam rencana rujukan meliputi siapa yang menemani
ibu dan bayi baru lahir, tempat rujukan yang sesuai, sarana tranfortasi yang
harus tersedia, orang yang ditunjuk menjadi donor darah dan uang untuk
asuhan medik, tranfortasi, obat dan bahan, disingkat "BAKSOKU"

LETS SAY TOGETHER = B A K S O K U DO


Jika upaya penanggulangan diberikan ditempat rujukan dan kondisi ibu telah
memungkinkan, segera kembalikan ibu ketempat fasilitas pelayanan asalnya dengan
terlebih dahulu memberi hal-hal berikut ini :
1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangan.
2. Nasihat yang perlu diperhatikan.
3. Pengantar tertulis kefasilitas pelayananan kesehatan mengenai kondisi pasien, upaya
penanggulangan yang telah di berikan dan saran-sar

Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan Neonatal mengacu pada


prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai dengan
kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan.
ALUR RUJUKAN DARI HULU KE HILIR

 Ibu hamil dapat memperoleh pelayanan ANC diberbagai sarana pelayanan kesehatan
(bidan, puskesmas biasa, puskesmas PONED, RB, RS biasa atau RS PONEK).
 Sarana pelayanan kesehatan mengidentifikasi jenis kehamilan dan perkiraan jenis
persalinan dari ibu-ibu yanng mendapatkan pelayanan ANC dimasing-masing sarana.
 Sarana Pelayanan Kesehatan mengelompokan jenis kehamilan dan jenis persalinan
menjadi 2 kelompok : Kelompok A dan Kelompok B
 Untuk kelompok A. Rujukan bisa dilakukan pada saat ANC dimana sarana pelayanan
kesehatan marujuk Ibu Hamil Kelompok A ke RS PONEK (kecuali ibu hamil tersebut
sudah ditangani di RS PONEK sejak ANC).
 Sarana pelayanan kesehatan akan menangani persalinan ibu hamil kelompok B
 Pada saat persalinan sarana pelayanan kesehatan akan mengidentifikasi kemungkinan
terjadinya penyulit pada persalinan menggunakan proses dan tekhnik yang baik
( misalnya: penggunaan partograf).
 Sarana pelayanan kesehatan mengelompokkan jenis persalinan menjadi 3 kelompok.
yaitu : Kelompok B1, Kelompok B2 dan Ibu-ibu dengan persalinan normal
 Ibu bersalin kelompok Blakan dirujuk ke RS PONEK (kecuali persalinan sudah
ditangani di RS PONEK).
 Ibu bersalin kelompok B2 dapat ditangani di puskesmas PONED.
 Ibu bersalin kelompok B3 dapat ditangani diseluruh jenis sarana pelayanan.
 Bayi baru lahir yang dimaksud dalam manual ini adalah neonatus berusia antara 0-28
hari.
 Bayi baru lahir tanpa komplikasi dapat ditangani diseluruh jenis sarana pelayanan
kesehatan termasuk RS PONEK apabila sang ibu bersalin di RS PONEK tersebut
(karena masuk kelompok A dan B1)
 Bayi baru lahir yang telah pulang pasca kelahiran dan kemudian kembali lagi ke
fasilitas kesehatan karena menderita sakit juga termasuk dalam manual rujukan ini.
 Bayi baru lahir kontrol kesarana pelayanan kesehatan sesuai dengan surat kontrol
yang diberikan oleh fasilitas kesehatan ditempat kelahiran.
 Pengelompokan tingkat kegawatan bayi baru lahir dilakukan berdasarkan
algoritma Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTMB) Bayi baru lahir dengan sakit
berat dirujuk ke Rumah Sakit PONEK, bayi baru lahir dengan sakit sedang dirujuk
ke Puskesmas PONED, sementara bayi baru lahir sakit ringan ditangani di sarana
pelayanan kesehatan primer atau di sarana pelayanan kesehatan tempat bayi
kontrol.

LANJUTAN_
PERENCANAAN RUJUKAN

 Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karenarujukan harus


medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu
memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab
pertimbangan dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan
sebaiknya meliputi :
 Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
 Alasan untuk merujuk ibu
 Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
 Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
 Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan Untuk merujuk
LANJUTAN_
 Tujuan rujukang Modalitas dan cara transportasi yang digunakanh Nama tenaga
kesehatan yang akan menemani ibu
 Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanankeschatan yang dituju
h. Perkiraan lamanya waktu perawatan
 Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumenkelengkapan untuk
Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
 Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan modalitas
transportasi lain Pilihan akomodasi untuk keluarga Hubungi pusat layanan
Kesehatan yang menjadi tajuan rujukan dansampaikan kepada tenaga kesehatan
yang akan menerima pasien hal-halberikut ini
 Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan
dansampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien
hal-hal berikut ini :
a. Indikasi rujukan
b. Kondisi ibu dan janin
c. Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi
lingkungandan cuaca menuju tujuan rujukan)
d. Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
e. Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum
transportasi, berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan
sebelumnya
 Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan  Lengkapi dan kirim berkas-berkas berikut
kesehatan yang akan menerima pasien adalah: ini (secara langsung ataupun melalui
a. Nama pasien faksimili) sesegera mungkin:
b. Nama tenaga kesehatan yang merujuk a. Formulir rujukan pasien (minimal berisi
c. Indikasi rujukan identitas ibu, hasil pemeriksaan, diagnosis
kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan
d. Kondisi ibu dan janin rujukan, serta nama dan tanda tangan
e. Penatalaksanaan yang telah dilakukan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan)
sebelumnya b. Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
f. Nama dan profesi tenaga kesehatan yang c. Fotokopi rekam medis yang berkaitan
mendampingi pasien dengan kondisi saat ini
 Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan d. Hasil pemeriksaan penunjang
hal-hal tersebut telah dicatat dan diketahui
oleh tenaga kesehatan di pusat layanan e. Berkas-berkas menggunakan jaminan
kesehatan yang akan menerima pasien. kesehatan lain untuk pembiayaan
 Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kamal berukuran
16 atau 18.
 Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan semasi indikasiegers setelah
berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan Semua resusitasi, penanganan
kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan pasien,
 Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan Untuk merujuk
dengan mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi selama transportasi.
 Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
 Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
a. Keadaan umum pasien
b. Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
c. Denyut jantung janin
d. Presentasi
e. Dilatasi serviks
f. Letak janing.Kondisi ketuban
g. Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi
 Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama
tenagakesehatan dan jam pemeriksaan terakhir. Untuk
memudahkan dan meminimalkan resiko dalam perjalanan
rujukan, keperluan untuk merujuk ibu dapat diringkas menjadi
BAKSOKUDO (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat,
Kendaraan, Uang dan Donor darah)

Lanjutan_
Thank

You might also like