Professional Documents
Culture Documents
BAB IX Interaksi Desa Kota
BAB IX Interaksi Desa Kota
BAB IX
INTERAKSI DESA-KOTA
A. Desa
1. Pengertian desa
Secara yuridis, sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 1 ayat 1, disebutkan bahwa Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sementara itu, menurut Bintarto (1984), ditinjau dari segi geografi, desa
adalah merupakan suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia
dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan ini adalah suatu ujud atau
kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial,
ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga
dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain.
Beberapa pengertian lain mengenai desa sebagaimana dikutip dalam
Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Desa) antara lain sebagai berikut.
Bambang Utoyo
Desa merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata
pencarian di bidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan
Sutarjo Kartohadikusumo
1
Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan pemerintahan
terendah di bawah camat
William Ogburn dan MF Nimkoff
Desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas.
S.D. Misra
Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian
dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 – 1.000 are.
Paul H Landis
Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa
dengan cirri-ciri sebagai berikut :
1) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa
2) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan
3) Cara berusaha (ekonomi) aalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam,
sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Di Indonesia, pembentukan desa baru diatur dalam dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014, yaitu pada pasal 8, ayat 3 disebutkan bahwa
pembentukan desa baru di luar desa yang telah ada diperlukan syarat-syarat sebagai
berikut.
(1) Harus memenuhi syarat: a. batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun
terhitung sejak pembentukan; b. jumlah penduduk, yaitu: 1) wilayah Jawa
paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa atau 1.200 (seribu dua ratus) kepala
keluarga;
2) wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000 (seribu) kepala
keluarga;
3) wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 (empat ribu) jiwa atau 800 (delapan
ratus) kepala keluarga;
4) wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 (tiga ribu)
jiwa atau 600 (enam ratus) kepala keluarga;
5) wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) jiwa
atau 500 (lima ratus) kepala keluarga;
2
6)wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan
Kalimantan Selatan paling sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa atau 400 (empat ratus)
kepala keluarga;
1) Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta
penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan
lingkungan geografi setempat.
3. Klasifikasi desa
Menurut perkembangannya, desa dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
4
- Hubungan antarmanusia sangat erat.
- Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.
- Lembaga kemasyarakatanyang ada masih sederhana
d) Desa Swasembada, adalah desa yang masyarakatnya telah maju, karena telah
mampu memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimilikinya. Ciri-cirinya
adalah sebagai berikut.
- Kebanyakan berlokasi di ibukota kecamatan, ibukota kabupaten, dan di sekitar
ibukota propinsi .
- Tidak lagi terikat oleh adat istiadat
- Semua kebutuhan pokok telah dapat dipenuhisendiri oleh desa
- Telah menggunakan alat-alat mekasnis.
- Kepadatan penduduknya tinggi
- Matapencaharian penduduksudah sangat bervariasi dan tidak lagi didominasi
oleh sektor pertanian.
- Lembaga-lembaga sosial ekonomi, dan kebudayaan sudah sangat berkembang.
- Hubungan dengan kota-kota disekitarnya berjalan lancar.
- Telah memiliki sarana dan prasarana pelayanan masyarakat, antara lain
kesehatan dan pendidikan yang lebih maju dari desa lain.
5
Berdasarkan mata pencaharian penduduknya, desa dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
a) Desa agraris, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di
bidang pertanian dan perkebunan.
b) Desa industri, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah
di bidang industri kecil rumah tangga.
c) Desa nelayan, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah
di bidang perikanan dan pertambakan.
B. Kota
1. Pengertian
Unsur-unsur kota sangat kompleks, karena di samping komponen-
komponen fisik seperti , permukiman, kawasan perdagan, kawasan industri dan
sarana prasarana yang lain, di daamnya terdapat kekuatan politik dan hkum yang
mengarahkan kegiatan kota. Itulah sebabnya tidak mudah untuk
merumuskan kota itu apa. Pakar ekonomi memandang kota terkait dengan fungsi-
fungsi produktif. Pakar politik akan memandang kota dari kaca mata
pemerintahan. Arsitek memandang kota dari aspek-aspek arsitektural, mereka
menaruh perhatian pada perancangan kota. Sementara itu pakar geografi menitik
beratkan pada unsur-unsur fisik kota dan lingkungan sekitarnya, antara lain
mengkaji mengenai letak, bentuk, perkembangan, dan fungsi kota.
6
Menurut Bintarto (1984), dari segi geografi, kota dapat diartikan sebagai
suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang hiterogen
dan coraknya yang materialistis. Atau dapat diartikan pula sebagai bentang budaya
yang ditimblkan oleh usur-usur alami nonalami dengan gejala-gejala pemusatan
penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersfat hiterogen dan
materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.
Teori ini dikemukakan oleh E.W. Burgess (Yunus, 1999), atas dasar tudy kasusnya
mengenai morfologi kota Chicago, menurutnya sesuat kota yang besar
mempunyai kecenderungan berkembang ke arah luar di semua bagian-
bagiannya. Masing-masing zona tumbuh sedikit demi sedikit ke arah luar. Oleh
karena semua bagian-bagiannya berkembang ke segala arah, maka pola
keruangan yang dihasilkan akan berbentuk seperti lingkaran yang berlapis-lapis,
dengan daerah pusat kegiatan sebagai
intinya. Secara berurutan, tata ruang kota yang ada pada suatu kota yang
mengikuti suatu pola konsentris ini adalah sebagai berikut:
1) Daerah Pusat atau Kawasan Pusat Bisnis (Central Bussines District/CBD).
Daerah pusat kegiatan ini sering disebut sebagai pusat kota. Dalam daerah ini
terdapat bangunan-bangunan utama untuk melakukan kegiatan baik sosial,
ekonomi, poitik dan budaya. Contohnya : Daerah pertokoan, perkantoran,
gedung kesenian, bank dan lainnya.
7
Daerah ini kebanyakan di huni oleh golongan penduduk kurang mampu dalam
kehidupan sosial-ekonominya. Penduduk ini sebagian besar terdiri dari
pendatang-pendatang yang tidak stabil (musiman), terutama ditinjau dari
tempat tinggalnya. Di beberapa tempat pada daerah ini terdapat kegiatan
industri ringan, sebagai perluasan dari CBD.
3) Daerah Pabrik dan Perumahan Pekerja.
Daerah ini di huni oleh pekerja-pekerja pabrik yang ada di daerah ini. Kondisi
perumahannya sedikit lebih buruk daripada daerah peralihan, hal ini
disebabkan karena kebanyakan pekerja-pekerja yang tinggal di sini adalah dari
golongan pekerja kelas rendah.
4) Daerah Perumahan yang Lebih Baik Kondisinya.
Daerah ini dihuni oleh penduduk yang lebih stabil keadaannya dibanding
dengan penduduk yang menghuni daerah yang disebut sebelumnya, baik
ditinjau dari pemukimannya maupun dari perekonomiannya.
5) Daerah Penglaju (Commuter Zone).
Daerah ini mempunyai tipe kehidupan yang dipengaruhi oleh pola hidup
daerah pedesaan disekitarnya. Sebagian menunjukkan ciri-ciri kehidupan
perkotaan dan sebagian yang lain menunjukkan ciri-ciri kehidupan pedesaan,
Kebanyakan penduduknya mempunyai lapangan pekerjaan nonagraris dan
merupakan pekerja-pekerja penglaju yang bekerja di dalam kota, sebagian
penduduk yang lain adalah penduduk yang bekerja di bidang pertanian.
8
Gambar: Perkembangan kota berdasarkan Teori Konsentris (
https://citybuildingcrashcourse.wordpress.com/2014/08/27/city-
structure-models/) Diakses 24 Juli 2016
b. Teori Sektor
Teori sektor ini dikemukakan oleh Homer Hoyt, dinyatakan bahwa perkembangan-
perkembangan baru yang terjadi di dalam suatu kota, berangsur-angsur
menghasilkan kembali karakter yang dipunyai oleh sektor-sektor yang sama
terlebih dahulu. Alasan ini terutama didasarkan pada adanya kenyataan bahwa di
dalam kota-kota yang besar terdapat variasi sewa tanah atau sewa rumah yang
besar. Belum tentu sesuatu tempat yang mempunyai jarak yang sama terhadap
CBD akan mempunyai nilai sewa tanah atau rumah yang sama, atau belum tentu
semakin jauh letak atau tempat terhadap CBD akan mempunyai nilai sewa yang
semakin rendah. Kadang-kadang daerah tertentu dan bahkan sering terjadi bahwa
daerah-daerah tertentu yang letaknya lebih dekat dengan CBD mempunyai nilai
sewa tanah atau rumah yang lebih rendah daripada daerah yang lebih jauh dari
CBD. Keadaan ini sangat banyak dipengaruhi oleh factor transportasi, komunikasi
dan segala aspek-aspek yang lainnya.
9
c. Teori Inti Ganda
Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman. Harris dan Ullman berpendapat
bahwa meskipun pola konsentris dan sektoral itu ada, akan tetapi dalam
kenyataannya sifatnya lebih rumit lagi. Menurut mereka pertumbuhan kota ulai
dari intinya dirumitkan lagi oleh adanya beberapa pusat tambahan yang masing-
masing juga berfungsi sebagai kutub pertumbuhan dalam proses perkembangan
kota. Di sekeliling suatu inti, tata guna lahan yang saling bertalian, muncullah
sekelompok tata guna lahan yang menciptakan suatu struktur perkotaan yang
memiliki sel-sel pertumbuhan lengkap.
Untuk lebih mendalami materi tentang teori-teori perkembangan kota Anda dapat
membaca buku yang ditulis oleh Hadi Sabari Yunus tahun 1999 yang berjudul
Struktur Tata Ruang Kota yang diterbitkan Pustaka Pelajar Yogyakarta
10
C. Interaksi Antar Wilayah
Interaksi merupakan hubungan yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau
lebih yangdapat menimbulkan fenomena baru. Faktor yang mempengaruhi interaksi
antar wilayah antara lain ketersediaan dan keadaan sarana transportasi dan prasarana,
jarak antar wilayah, ada tidaknya kendala baik fisik, sosial maupun budaya, maupun
politik diantara wilayah tersebut. Terjadinya interaksi wilayah juga dipicu oleh adanya
saling membutuhkan di antara dua wilayah atau lebih.
1. Interaksi antara desa dengan desa
Interaksi antar desa terjadi ketika suatu desa belum bisa memenuhikebutuhannya
sendiri. Interaksi bisa terjadi antara lain misalnya karena adanya perbedaan potensi
yang dimilikinya. Desa-desa yang ada di pedalaman yang mata pencahariannya
sebagai petani sawah, akan membutuhkan ikan yang dihasilkan oleh desa nelayan
yang menghasilkan ikan. Sebaliknya desa nelayan akan berinteraksi dengan desa di
pedalaman untuk memenuhi kebutuhan beras, atau hasil bumi yang lain. Kedua
desa saling berinteraksi untuk memenuhi kebtuannya.
2. Interaksi antara desa dengan kota.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi desa dan kota, antara
lain sebagai berikut.
a. Keberadaan desa bagi kota sangat penting karena desa merupakan hinterland
bagi kota. Kota memerlukan bahan pangan yang dihasilkan oleh desa sebaliknya
desa juga memerlukan hasil industri yang diproduksi kota.
b.Kota membutuhkan tenaga kerja dari desa untuk pembangunan berbagai sektor di
kota, sebaliknya karena lapangan pekerjaan di desa sangat terbatas, desa juga
memerlukan kota sebagai lapangan pekerjaan.
3. Interaksi antara kota dengan kota.
Kota merupakan pusat pertumbuhan, sehingga interaksi antara kota akan
berpengaruh terhadap kota yang saling berinteraksi. Untuk mengetahui pengaruh
karena adanya interaksi wilayah berikut di kemukakan beberapa teoriyang berusaha
untuk menjelaskan hal tersebut.
11
a. Teori Analisis Gravitasi.
Teori ini berawal dari
Dimana
= interaksi antara tempat i dan j
Dimana,
= breaking point antara tempat a dan tempat b (dalam km atau mile dihitung
dari tempat b)
= jarak antara tempat a dan tempat b
= jumlah penduduk di tempat a
= jumlah penduduk di tempat b
4. Teori Gravitasi
Teori ini berusaha memberikan suatu cara dalam memperkirakan suatu lokasi garis batas
yang memisahkan wilayah perdagangan dari dua kota yang berbeda ukurannya.
Juga dapat kita gunakan untuk memperkirakan penempatan lokasi industri atau
pelayanan-pelayanan sosial antara dua wilayah sehingga dapat dijangkau oleh penduduk
daerah-daerah tersebut
Rumus:
dAB
DA-B = ----------------
1+ √ Pb/Pa
DA-B= Jarak lokasi titik henti yang diukur dari kota atau wilayah yang jumlah penduduknya
lebih kecil
dAB= jarak antara kota A-B
PA = jumlah penduduk kota A (yang lebih kecil)
PB = jumlah penduduk kota B (yang lebih besar)
13