You are on page 1of 87

Norma Pengawasan

Penanggulangan
Kebakaran
Biodata
Nama : Heru Mulyono
Perusahaan :
PT. Mitra Adi Jaya
- AK3 Umum PT. MAJ
- Internal Auditor SMK3 PT. MAJ
- Eksternal Auditor SMK3 (magang)
- Konsultan SMK3

Email : heru.maj@gmail.com
Handphone : 0812 2977 5280 (phone call only)
0878 7700 7464 (WA)
TELEGRAM : @kumanhm
Materi Belajar
A. Latar Belakang
B. Dasar hukum pengawasan K3 penanggulangan kebakaran
C. Beberapa definisi terkait penanggulangan kebakaran
D. Ruang lingkup pengawasan penanggulangan kebakaran
E. Teori Api & Fenomena Kebakaran
F. Sistem Proteksi Kebakaran
G. Manejemen Penanggulangan Kebakaran
H. Sistem Tanggap Darurat Kebakaran
I. Tehnik Pemeriksaan dan
Pengujian sistem proteksi kebakaran
A

Latar Belakang
Kasus Kebakaran
- Tempat Kerja : 76 % - 80%
- Bukan Tempat Kerja : 20% - 24%

20 %
Terbakar
Habis
Faktor Penyebab Kebakaran
- Api Terbuka : 37 %
- Listrik : 27%
- Pembakaran :7%
- Peralatan Panas : 3%
- Mekanik : 2%
- Kimia : 1%
- Proses Biologi : 0,5%
- Alam : 0,2%
- Tdk Dpt Ditentukan : 20%
Api terbuka
Biasanya dilaksanakan pada pekerjaan
yang bersifat sementara yang
pengendaliannya bisa dilakukan dengan
menggunakan WORK PERMIT .
Contoh : Memotong besi, Menggerinda, Las

Listrik
Faktor yang mempengaruhi :
- Jenis Kabel Tidak Sesuai
- Ukuran Kabel Tidak Sesuai
- Beban Terlalu Berlebihan
- Sambungan yang Tidak Benar
B
Ruang Lingkup
Amanat UU 1/1970 :
Menjalankan tugas pengawasan
langsung, mulai dari pra kondisi sampai
operasional (terutamana dalam bidang
penanggulangan kebakaran).

Aspek-2 Pengawasan :
- Normatif : Per-UU-an
- Administratif : Prosedur & kelengkapan
dokumen.
- Teknis : Konsep design sistem
proteksi kebakaran
C
Dasar Hukum
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
•KEPMENAKER 75/2002 K3 LISTRIK
Pengendalian •PERMENAKER 02/89 Prot. Petir
ENERGI •KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B3)
•PER. KHUSUS “EE” (Bhn. MUDAH TERBAKAR)
•PER. KHUSUS “K” (Bhn. MUDAH MELEDAK)

SARANA •PERMENAKER 04/80 APAR


PROTEKSI •PERMENAKER 02/83 ALARM
KEBAKARAN •UU no. 28/2002 ttg Bangunan Gedung

• PERMENAKER 04/87 P2K3


• PP no. 50/2012 SMK3
MANAJEMEN • KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
K3
UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA
• UU no 14/2007 Penanggulangan Bencana
Undang-undang no. 1 thn 1970
Pasal 3 ayat (1).
Undang-undang No 1 Th 1970

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat


PENGENDALIAN
keselamatan kerja untuk : ENERGI
Keselamatan Kerja

• mencegah, mengurangi, dan memadamkan


kebakaran,
tentang

• mencegah, mengurangi peledakan


SARANA
• memberikan kesempatan
PROTEKSI jalan
menyelamatkanKEBAKARAN
diri dalam bahaya kebakaran
• pengendalian penyebaran asap, gas dan suhu

Pasal 9 ayat (3).


Pengurus wajib membina K3 penanggulangan
kebakaran
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
REKOMENDASI
Melaksanakan syarat-syarat K3 untuk mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran:
No Kep 186/Men/1999

a) Pengendalian setiap bentuk energi


KEPMENAKER

b) Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran


dan sarana evakuasi
Tentang

c) Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas


Kerja

d) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat


kerja
e) Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan
kebakaran secara berkala
f) Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan
darurat kebakaran.
g) Mengembangkan Sistem Manajemen K3 secara
berkelanjutan
UU 28 thn 2002
TENTANG BANGUNAN GEDUNG
PERSYARATAN KESELAMATAN
BANGUNAN GEDUNG

• Kemampuan mendukung beban maksimum


(muatan hidup/mati maupun fenomena alam)
• Pengendalian bahaya kebakaran
• Proteksi Pasif
• Proteksi Aktif dan sarana evakuasi
• Perlindungan ancaman bahaya petir
• Kesehatan meliputi penghawaan, pencahayaan,
sanitasi dan bahan bangunan
UU 24/2007
TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA.

Pasal 33
Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga)
tahap meliputi:
a. prabencana;
b. saat tanggap darurat; dan
c. pasca bencana.

Pasal 34
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan
prabencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a
meliputi:
a. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan
b. dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
D
Definisi
Resiko Kebakaran :
Perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi
kebakaran.

3 Faktor yg mempengaruhi tingkat


kebakaran :
1. Flammability : tingkat kemudahan
terbakarnya bahan.
2. Jumlah & Kondisi Bahan
3. Tingkat Paparan Matrial dan orang.

Means of Escape :
Sarana berbentuk kontruksi permanen pd
gedung / tempat kerja yg dirancang aman
sbg jalan penyelamatan saat terjadi kondisi
darurat kebakaran.
E

Teori Api dan


Fenomena
Kebakaran
Curva Fenomena kebakaran
Nyala api akan membara yang disebut periode
kebakaran mantap (Steady/full development fire)
temperatur dapat mencapai 600- 1000 C .
Intesitas
nyala api
Temperatur mencapai 300 C,
INTENSITAS

akan
Terjadi penyalaan serentak (Flashover)
berkurang/
surut atau
3 - 10 menit padam
Intesitas nyala api meningkat (Decay)
secara konduksi, konveksi dan
radiasi (Growth)
th STEDY
ow

DE
s/d 3 menit Fully development fires
Gr

CA
n (600-1000 o C)
Initiatio

Y
Kontak dengan zat yang dapat terbakar TIME
Terjadi penyalaan awal (Initiation)
Sumber
Energi Nyala relatip kecil

Adanya potensi energi yang tidak terkendali


Fenomena kebakaran
 Awal pencetusnya (source energy) adanya potensi energi
yang tidak terkendali (0-3 menit)
 Apabila energi tak terkendali kontak dengan zat yang
dapat terbakar, akan terjadi penyalaan tahap awal
(Initiation) sumber api/nyala relatip kecil
 Intesitas nyala api meningkat (Growth) secara konduksi,
konveksi dan radiasi hingga 3 s/d 10 menit atau temperatur
mencapai 300 C, terjadi penyalaan serentak (Flashover)
 Setelah flashover , nyala api akan membara yang disebut
periode kebakaran mantap (Steady/full development fire)
temperatur dapat mencapai 600- 1000 C .
 Setelah puncak pembakaran, intesitas nyala api akan
berkurang/surut atau padam (Decay)
Dampak potensial kebakaran pada manusia dan property

Smoke
Temperature

Carbon
Monoxide

Carbon
Dioxide Pe
ril
P a ak
ni u
k
Oxygen
PERPINDAHAN SECARA RADIASI :
Perpindahan panas dengan paparan langsung kearah tegak
lurus dan horizontal mengingkuti glombang elektro maknetik

PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI :


Perpindahan panas memalui gerakan udara seperti cerobong,
melewati lobang atau celah celah

PERPINDAHAN SECARA KONDUKSI :


Perpindahan panas melalui media, seperti dibalik ruangan
yang terbakar membakar material diruangan sebelahnya
melalui tembok
1. TEORI API
2. TEORI SEGITIGA API
(TRIANGGLE FIRE)
3. TEORI PIRAMIDA BIDANG EMPAT
(TETRAHEDRON OF FIRE)
NYALA API
GEJALA FISIK
 Kebakaran adalah suatu reaksi - CAHAYA
- PANAS
kimia suatu Zat dengan oksigen
yang terjadi pada suhu tertentu

 Kebakaran = Energi
yang tidak terkendali

 Peristiwa kimia yang terlihat secara fisik


adanya zat terbakar dan berubah bentuk
dengan menghasilkan panas dan cahaya
Ok
as

sig
n
Pa

n e
Bahan Bakar
TEORI PIRAMIDA BIDANG EMPAT
5. Temperatur Nyala Sendiri
Temperatur terendah yang bisa
menyebabkan bahan padat, cair dan gas
terbakar dengan sendirinya tanpa ada suatu
penyalaan sumber api
HEAT 4. Reaksi berantai ?
OUT PUT Dalam siklus nyala api adalah reaksi kimia
oksidasi eksotermal secara berantai (Gejala kimia)

3. Fire Point ?
N

Reaksi nyala akan kontinyu apabila ada siklus


HE
GE

panas yang sanggup menghasilkan uap terus


AT
Y

FEEDBACK

?
OX

VAPOR menerus.
FIRE
? ? 2. Flammable range. ?
FUEL Kadar uap bahan bakar di udara harus dalam
campuran yang seimbang.

1. Vaporization. ?
SOURCE Diperlukan energi awal untuk merubah bahan
ENERGY bakar kedalam bentuk uap. Suhu yang
dibutuhkan disebut flash point
- Bahan Padat
Perlu panas agar terjadi penguapan
(sublimasi)
Benda butiran halus /Tepung mudah
terbakar/meledak

- Bahan cair
Mudah menguap

- Bahan gas
Sangat mudah terbakar/meledak
 OKSIGEN TERDAPAT DI UDARA
- Oxygen ( O2 ) 21% ,
- Nitrogen ( N2 ) 78% dan
- gas lain-lain 1%
 DAN PADA BAHAN OKSIDATOR

Angin
Pada saat terjadi kebakaran O2 akan
berkurang yg mengakibatkan tekanan udara
menurun, maka akan terjadi arus angin
besar
sehingga kobaran nyala api cepat menjalar
 MUDAH TERBAKAR
WARNA MERAH

Flammable

 REAKTIVITAS
WARNA KUNING
Bahan oksidator
senyawa kimia yang mengikat
banyak oksigen disebut bahan
oksidator (Oxidizer material)
(PEROKSIDA)

FUEL + OXIDIZER EXPLOSION


JENIS KEBAKARAN
PERMENAKER No. 04/MEN/1980
JENIS BAHAN /
KLASIFIKASI CIRI KHUSUS
KEBAKARAN MATERIAL
Bahan padat Kayu, kertas, kain, Hasilkan abu, arang
kecuali logam plastik dll jika terbakar

Bahan cair, Bensin, solar, Mengalir, biasanya


grease, gas methane, butane dll tidak bisa campur air

Listrik Peralatan yang dialiri Timbulkan sengatan


listrik listrik, konsleting

Logam Kalium, litium, Bertemperatur Tinggi


magnesium

Di Inggris : Kebakaran gas masuk Klas C dan Listrik masuk Klas E


Kecocokan Media Pemadam denganKlasifikasi
Kebakarannya

MEDIA PEMADAM Klas. A Klas. B Klas. C Klas. D

Air O X X X

Foam O O X X

CO2 X O O X

Dry Chemical Powder O O O X

DP (Metal) X X X O
CARA MEMADAMKAN KEBAKARAN
 Prinsip COOLING
Mengurangi panas (mendinginkan)
 Prinsip STARVATION
Mengurangi bahan yang terbakar
 Prinsip SMOOTHERING
Menutupi bahan yang terbakar shg tidak kontak dengan
Oksigen
 Prinsip DILUSION
Mengurangi oksigen
 Prinsip BREAKING CHAIN REACTION
Memutus rantai reaksi api
Mengambil bahan bakar
(Starvation)
 Efektif, praktis dan berhasil
 Metode mengambil bahan bakar meliputi;
 menutup kerangan supply minyak,

 memompa keluar minyak yang terbakar dalam suatu


tanki,
 atau memindahkan benda yang belum terbakar

 Dapat juga diselesaikan dengan pengenceran bahan cair,


seperti ethyl alkohol yang larut dalam air
Memisahkan oksigen (Smoothering)

 Smothering memadamkan kebakaran dengan pemisahan


oksigen dari unsur lain yang menyebabkan kebakaran
 Contoh umum adalah pemadaman kebakaran kompor
dengan menutupkan karung goni yang dibasahi
 Beberapa jenis kebakaran tak dapat dengan mudah
dipadamkan dengan smothering. Contohnya; beberapa
kebakaran plastik (cellulose nitrate), logam (titanium) dan
bahan bakar tertentu yang terbakarnya tidak tergantung
pada adanya oksigen dari luar
Pengurangan panas (Cooling)

 Pengendalian suhu kebakaran dengan maksud agar bahan


bakar tidak cukup panas untuk mengeluarkan gas/uap
yang diperlukan dalam pembakaran
 Pendinginan merupakan bentuk nyata perpindahan panas,
panas diserap oleh sarana pendingin (biasanya air)
 Dari semua media pemadam, air menyerap panas per
volumenya lebih banyak dari media pemadam lainnya
 Banyak tersedia dan mudah didapat
F Sistem Proteksi
1. Proteksi Pasif
2. Proteksi Aktif
 PROTEKSI PASIF
Suatu tehnik design tempat kerja untuk membatasi atau menghambat
penyebaran, panas, asap dan gas baik secara vertikal atau horizontal

 Mengatur jarak antar bangunan


 Sistem Kompartemensi
 Memasang dinding tahan api  Treatment atau Clotting
fire retardant
 Sarana pengendalian asap
 Menutup setiap bukaan dengan dan api(Smoke Control
media tahan api atau dengan system)
mekanisasi tertentu  Sarana Evakuasi
 Alat bantu evakuasi dan
rescue
 Asembly Point
Proteksi Aktif
Penerapan suatu design sistem atau instalasi deteksi, alarm dan
pemadam kebakaran pada suatau bangunan tempat kerja yang sesuai
dan handal sehingga pada bangunan tempat kerja tersebut mandiri
dalam hal sarana untuk menghadapi bahaya kebakaran

JENIS MEDIA PEMADAM


 JENIS PADAT, misalnya pasir, tanah, selimut api,
tepung kimia
 JENIS CAIR, misalnya air ,busa, cairan mudah
menguap
 JENIS GAS, misalnya Gas CO2,gas lemas (N2),
argon dan sebagainya
Instalasi Deteksi & Alarm Tanda
Bahaya Kebakaran
TUJUAN :
Untuk mendeteksi kebakaran sedini mungkin,
sehingga tindakan pengamanan yang diperlukan dapat
segera dilakukan guna mencegah kebakaran yg lebih
besar.
Tindakan pengamanan / pemadaman harus sudah
berhasil diatasi sebelum waktu 10 menit sejak
penyalaan.
Jenis/tipe Alat Deteksi Kebakaran
 Nyala / Cahaya : mendeteksi intensitas
cahaya/nyala api
dalam satu area
 Ultra Violet
 Infra Merah
 Panas : mendeteksi suhu ruangan
 Fixed Temperature
 Rate of Rise
 Asap/gas : mendeteksi intensitas/kepadatan
asap
 Ionization
 Optic
 Manual : dilakukan oleh operator/orang
 Push Bottom
Jenis/tipe Alat Deteksi Kebakaran

Infra Red Smoke Ionization Smoke Fixed Heat


Detector Detector Detector

Ultra Violet Optical Smoke Rate of Rise Heat


Smoke Detector Detector Detector
Jenis Alat Pemadam Kebakaran
 Sprinkler :
Alat pemadam api yang secara otomatis memancarkan
air setelah alat pendeteksinya pecah.

 Hydrant :
Instalasi pemadam kebakaran yg didesign untuk
memadamkan api dalam skala besar.
Terdiri dari ; unit penampung air, pompa air
bertekanan , instalasi perpipaan, selang dan nozzle
hydrant.
Dibutuhkan tim terlatih untuk mengoperasikannya.

 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)


Alat pemadam api skala kecil yg mudah dibawa dan
dioperasikan oleh satu orang.
Jenis/tipe Sprinkler
Berdasarkan bentuk kepala sprinkler :
1. Type Pendent
Biasa digunakan pada instalasi sprinkler dalam-
ruangan dengan atau tanpa plafond.
2. Type Upright
Biasa digunakan pada instalasi di basement atau di
atas plafond.

3. Type Sidewall
Biasa digunakan pada instalasi di ruangan hotel.
4. Type Concealed
Digunakan pada ruangan yg memerlukan nilai
estika.
Jenis/tipe Sprinkler Pendent
Jenis/tipe Sprinkler Upright
Jenis/tipe Sprinkler Sidewall
Jenis/tipe Sprinkler Concealed
Jenis/tipe Sprinkler
Jenis/tipe Hydrant
Berdasarkan kode warna

Kode Tekanan Keterangan


Warna
BIRU 1500 GPM - Very good flows
lebih
HIJAU 1000-1499 Good for residential
GPM area
ORANYE 500-999 GPM Marginally adequate
MERAH < 500 GPM Inadequate
Hydran
t

Pompa Utama

Perlengkapan Hydrant
Jockey Pump
Warna Pipa dan Arah Panah
Cara Kerja Alat Detektor (Alarm) &
Sprinkler
Detektor
Fire
Nyala Sprinkler
ANN Audible
Panas Alarm

AC
Gas/Asap off
HYDRANT
Lift
off

Press
MCFA
Fan
ON
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

• Mudah dibawa dan digunakan oleh satu orang

• Beratnya berkisar antara 1 sampai 15 kg

• Untuk memadamkan kebakaran tingkat awal

• Lama kerjanya berkisar antara 8 sampai 30 detik


JENIS MEDIA PEMADAM
JENIS BASAH JENIS KERING
- AIR - DRY POWDER
- BUSA - CO2
- CLEANT AGENT

APAR gas CO
KRITERIA PEMILIHAN APAR
• Sifat barang yang terbakar
• Potensi keparahan (ukuran, intensitas dan kecepatan
menyebarnya) dari akibat kebakaran
• Keefektifan alat pemadam pada bahaya tersebut
• Kemudahan penggunaan alat pemadam
• Adanya orang untuk menggunakannya dan kemampuan fisik dan
reaksinya
• Kondisi suhu dan kondisi lingkungan
• Antisipasi terhadap reaksi kimia antara bahan yang terbakar dan
media pemadam
• Kesehatan dan keselamatan operasional yang terkait
• Pemeliharaan alat pemadam
PEMILIHAN MENURUT
BAHAYANYA
• APAR untuk perlindungan bahaya klas A harus dipilih dari salah satu
diantara : jenis air, busa dan tepung kering multipurpose

• APAR untuk perlindungan bahaya klas B harus dipilih dari salah satu
diantara : Carbon Dioxide (CO2), busa dan tepung kering

• APAR untuk perlindungan bahaya klas C harus dipilih dari salah satu
diantara : Carbon Dioxide (CO2) dan tepung kering

• APAR untuk perlindungan bahaya klas D harus dari jenis yang telah
disetujui untuk digunakan pada bahaya metal khusus yang dapat terbakar
PENEMPATAN APAR
• Memberikan distribusi yang merata
• Mudah dicapai
• Bebas dari halangan karena penumpukan barang
• Dekat dengan jalan orang
• Dekat pintu keluar masuk
• Bebas dari potensi kerusakan fisik
• Mudah dilihat
• Dipasang dengan ketinggian + 1 meter dari lantai
Tabel Penempatan APAR
JENIS BERAT LUAS JARAK

BANGUNAN MINIMUM JANGKAUAN MAKSIMUM

Industri 2 kg 150 m2 15 m

Umum 2 kg 100 m2 20 m

Perumahan 2 kg 250 m2 25 m

Campuran 2 kg 100 m2 20 m

Parkir 2 kg 135 m2 25 m

Bangunan > 14 2 kg 100 m2 20 m

meter

(Sumber ; Kep. Men. PU. No. 02/KPTS/85)


Penempatan APAR
Klasifikasi Hunian
Ringan Sedang Berat
Rating Jarak Luas (s ft) Luas (s ft) Luas (s ft)
(ft)
1A 75 3000 X X
2A 75 6000 3000 X
3A 75 11250 4500 3000
4A 75 11250 6000 4500
6A 75 11250 9000 6000
10A 75 11250 11250 9000
20A 75 11250 11250 11250
40A 75 11250 11250 11250
TANDA PENEMPATAN APAR

ALAT PEMADAM
20 CM

120 CM
Kegagalan APAR
 Jenis APAR tidak sesuai dengan peruntukannya
 Ukuran tidak sesuai dengan volume kebakaran
 Macet/tidak berfungsi
 Tidak Bertekanan/bocor
 Menggumpal/kadaluarsa/menunda refill
 Salah penempatan
 SDM/Petugas
 Belum ditunjuk
 Tidak trampil
Refilling dan Testing
Ref : Permenaker no. Per04/Men/1980

Jenis Refilling Testing


Water 5 th 5 th
Mechanical Foam 3 th 5 th

Chemical Foam 2 th 5 th
Dry Powder 5 th 5 th
Halogen 5 th 5 th
CO2 5-10th 10-5-5 th
FIRE Rating Standart Uji
Rating
Klasifik (Nilai Deskripsi
asi Klas.
angka)
A Tumpukan kayu dg volume
A 1A 1B tertentu dibakar selama 10
menit
B 2A 2B
B Premium dg jumlah dan
C 3A 5B volume tertentu dibakar
selama 3 menit
D 4A 10B
C Sasaran bertegangan 10.000
6A 20B volt
10A 30B D Tidak dilakukan pengujian
20A 40B
40A 60B
Jika ada kebakaran dan cara memadamkannya
Fenomena Kebakaran
Yang harus diwaspadai

BACK DRAFT

a
KEBAKARAN DALAM

ar
RUANG TERTUTUP
KEHABISAN OKSIGEN
Ud
BILA ADA KESEMPATAN
UDARA MASUK
AKAN TERJADI LEDAKAN
G
Menejemen
Penganggulangan
Kebakaran
Kebakaran besar disebabkan :
1. Kegagalan dalam upaya mencegah
terjadinya Kebakaran atau Peledakan
2. Kegagalan dalam Sistem tanggap darurat
3. Kelemahan manajemen K3
Definisi :
Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK)
atau Fire Safety Management (FSM) adalah segala
upaya :
• Memobilisasi personil,

• Pemanfaatan biaya,

• Penggunaan bahan,

• Peralatan dan metoda termasuk


informasi

untuk pencegahan dan penanggulangan terhadap


kebakaran dan bahaya terkait lainnya yang
sewaktu-waktu terjadi pada bangunan / unit
Penanggung Jawab Umum Jumlah Petugas
(Pengurus)
Penanggulangan
Kebakaran
Departemen K3

A1/300
C
Penanggung Jawab
Unit Penanggulangan Kebakaran

Koordinator
B1/100 Petugas Regu
1/50
Penanggulangan
Sub Unit Penanggulangan Kebakaran
Kebakaran

Petugas Peran Kebakaran


D 2/25
Ref : Kepmennaker no 186/1999
FIRE SAFETY MANAGEMENT

PRE FIRE IN CASE FIRE POST FIRE


CONTROL CONTROL CONTROL
Sebelum Selama Sesudah
(SEBELUM) (SELAMA) (SESUDAH)
PENGENDALIAN
ENERGI INVESTIGASI
SISTEM PROTEKSI DETEKSI ALARM
ANALISIS
• PASSIVE PEMADAMAN
KOMPARTEMENISASI REKOMENDASI
SARANA EVAKUASI LOKALISIR
• ACTIVE REHABILITASI
FIRE SAFETY EVAKUASI &
EQUIPMENT RESCUE

• FIRE EMERGENECY PENGAMANAN


RESPONS PLAN
• PEMBINAAN &
LATIHAN
Ref. Kepmennaker No 186/1999

PRE FIRE CONTROL

Identifikasi potensi bahaya kebakaran


Identifikasi tingkat ancaman bahaya kebakaran
Identifikasi skenario kebakaran
Perencanaan system proteksi kebakaran (Aktif/Pasif)
Perencanaan tanggap darurat (FEP)
Pembentukan organisasi ERT
Inspeksi Fire-safety
Organisasi, Personel, Pelatihan/Sertifikasi
Psl. 2 (1) (2) & (3)
Sarana Evakuasi
Syarat-syarat :
 Aman sementara, terjamin kedap asap dan
panas;
 Mudah dijangkau (pajang jarak tempuh
sependek mungkin)
 Lebar Unit Exit sesuai standar
 Tidak dikunci;
 Tidak terhalang oleh benda apapun;
 Memiliki lampu darurat;
 Bukaan pintu kearah pelarian;
 Ada petunjuk arah yang dapat dilihat dalam
keadaan gelap.
IN CASE FIRE CONTROL
Lapis II
Fire Men
Lapis IV
Fire Departement
Lapis III Bantuan
dari lingkungan
Lapis I
Pet. Peran
Kebakaran

POSKO
IN CASE FIRE CONTROL

Prosedur bila terjadi kebakaran


• TETAP TENANG !!! (hidari kata JANGAN PANIK). Beritahukan pimpinan
dan pihak-pihak terkait. Menghubungi MINTA BANTUAN Pasukan pemadam
kebakaran yang paling dekat,
• Berupaya memadamkan dengan sarana pemadam yang ada. Terutama mereka
yang telah ditunjuk dan telah terlatih dengan memperhitungkan keselamatan
dirinya.
• Jika api tidak terkendalikan, dengan segera mengintruksikan untuk
mengungsikan melalui jalan keluar, tangga atau pintu yang paling dekat dan
aman menuju area aman yang ditentukan.
• Menjamin rute penyelamatan tidak terhalang /tidak dikunci.
• Tidak meniinggalkan area yang aman tanpa memberitahu Pemimpin sampai api
dikendalikan dan dinyatakan aman.
• Sedapat mungkin membantu apa saja sebatas dalam kelompoknya.

SEMUA KARYAWAN HARUS DIPASTIKAN


MENGETAHUI PROSEDUR INI
POST FIRE CONTROL

• INVESTIGASI
• ANALISIS
• REKOMENDASI
• REHABILITASI
Investigasi, Analisis, Rekomendasi, Rehabilitasi
 Kumpulkan berbagai informasi, keterangan, data, dokumen, fakta
dan dianalisa
 Susun kronologi kejadian dengan beberapa skenario dan dianalisa
 Lakukan analisa kegagalan-kegagalan,
 Bandingkan dengan fakta dan data dianalisis untuk menemukan :
 Faktor pemicu terjadinya kebakaran dan
 Kendala-kendala dalam operasi tanggap darurat
 Upaya perbaikan yang direkomendasikan
 Buat jadwal untuk merehabilitasi kerusakan gedung, peralatan
dan melakukan reschedule aktifitas organisasi.
H
Sistem Tanggap Darurat
Kebakaran
FIRE EMERGENCY PLAN
Lapis II
Fire Men
Lapis IV
Fire Departement
Lapis III Bantuan
dari lingkungan
Lapis I
Pet. Peran
Kebakaran

POSKO
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

(Lini I)
Petugas Peran Kebakaran (Klas D)
Tugas pokok sesuai jabatan utamanya

Tugas tambahan selain tugas pokoknya pada waktu jam


kerja
• Melaporkan kondisi bahaya dan keadaan sarana proteksi kebakaran
• Melakukan tindakan pemadaman awal bila terjadi kebakaran dan
memandu evakuasi
• Bertanggung jawab di unit kerja tertentu.
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
(Lini II)
Angg. Regu Pen. Kebakaran (Klas C)

TUGAS POKOK :
Tanggung jawab di seluruh tempat kerja
(Diatur sistem shift)

Tugas tambahan :
1. Melakukan patroli rutin ke seluruh area kerja memantau semua aspek
pencegahan kebakaran.
2. Memelihara, memeriksa dan menguji semua sarana proteksi kebakaran agar
selalu dalam keadaan siap pakai.
3. Siap siaga melakukan tindakan menghadapi keadaan darurat kebakaran
untuk pemadaman dan penyelamatan
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

Klas B :
Koordinator Sub Unit Pen. Kebakaran
Bertanggung jawab di unit/zona kerja tertentu

Tugas tambahan :
· Mengkoordinasikan program penanggulangan
kebakaran (inspeksi & latihan)
• Memimpin operasi penanggulangan kebakaran
I
Teknik Pemeriksaan dan
Pengujian Sistem Proteksi
Kebakaran
Sesuai dengan Instruksi
Kepmenaker no. Inst
11/M/BW/1997, Uji riksa
sistem proteksi oleh pegawai
pengawas spesialis
Beberapa Video Praktis
1. Bola Apar 8. Kebakaran Motor Saat Isi
BBM (HP)
2. Panci Terbakar 9. Kebakaran Saat Buka Palka
Tangki (HP)
3. Percobaan Sinyal HP Pem 10. Mobil Terbakar Saat isi BB
icu Kebakaran. M (HP)
4. Pria Terbakar Gara2 HP. 11. Flash Fire-Electric Statis
5. HP Panas Meledak di sak 12. Mobil Meledak Saat Isi BB
u M (HP)
. 13. Kebakaran Gas LPG (HP)
6. Operator Pakai HP Saat Is 14. Tangki bensin disulut api.
i BBM
7. Percobaan Bateray Hp dip
anasi.

You might also like