You are on page 1of 43

Penyakit Akibat

Kerja
dr. Muhammad Lazen Zulfikar
• PENDAHULUAN

• PENGERTIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

RUANG • REGULASI MENGENAI PENYAKIT AKIBAT KERJA


LINGKUP
• TUJUH LANGKAH DIAGNOSIS PAK

• PENENTUAN PENYAKIT AKIBAT KERJA


Pendahuluan
Data BPS Agustus tahun 2022 Jumlah Penduduk
Usia kerja 143,7 Juta per 275,4 juta penduduk ( 52%)
bekerja 135,3 Juta ( 49,1%)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi


Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan pada 2016
ada 1,9 juta orang yang meninggal karena penyakit dan
cedera akibat pekerjaan mereka.

Kasus PAK di Indonesia masih sedikit sekali yang terlaporkan


PENDAHULU
AN

Pekerja Selama bekerja, Perusahaan Pencegaahan


menghabiska terpajan oleh memerlukan penyakit dan
n
± 1/3
kehidupan
.
berbagai potensi
bahaya terhadap
Kesehatan mau
pekerja

dapat
.
sehat, agar
Indentifikasi
Penyakit akibat
Kerja menjadi
dewasanya di pun keselamatan penting
tempat kerja
produktif
PERMASALAH
AN:
Risiko Penyakit Akibat Kerja ada
dan banyak pekerja yang terkena
PAK, namun penegakan diagnosis
PAK masih rendah
PENGERTIAN PENYAKIT
AKIBAT KERJA
PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)- Occupational Disease
Adalah Penyakit yang mempunyai penyebab
spesifik atau asosiasi kuat dengan pekerjaan di
mana penyebab utamanya terdiri dari satu agen
penyebab yang sudah diakui (evidence Based)

PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA (PAHK) -Work Releated Disease


Adalah Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab
dimana faktor pekerjaan memegang peranan penting bersama
dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit.
PENYAKIT YANG MENGENAI POPULASI
PEKERJA
Disease affecting working population
Adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja
tanpa adanya agen penyebab dari pekerjaan, namun
dapat diperberat oleh kondisi lingkungan pekerjaan
yang buruk bagi kesehatan
Diseases at the workplace
Workplace

Disease affecting
working population
Work
Related
Diseases Occupational
Diseases
ILO (1983):
Pengertian Occupational Disease & Work Related Disease masih dipisah

1989 JoinILO/WHO Committee on Occupational Health

Work Related disease dapat digunakan untuk Penyakit Akibat


Kerja yang sudah diakui, dimana lingkungan kerja dan proses
kerja merupakan salah satu faktor penyebab bermakna
PERPRES RI No. 07/2019
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah Penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja.

Pasal 2

Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja
berhak mendapatkan jaminan kecelakaan kerja (JKK) baik pada saat masih dalam
hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir 31 PAHK
Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan
Kerja Berhubungan dengan pekerjaan

PA PENY. BERHUBUNGAN DGN PEKERJAAN NON -PAK


K

FAKTOR
PEKERJAAN BUKAN FAKTOR
PEKERJAAN
Kriteria Umum Penyakit Akibat Kerja
• Adanya hubungan antara pajanan kerja yang spesifik dengan penyakit
yang didapat. Terkait dengan timbulnya gejala & lama waktu bekerja
• Adanya fakta bahwa frekwensi kejadian penyakit pada populasi pekerja
lebih tinggi dari pada pada masyarakat umum
• Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan preventif ditempat
kerja
• Penyakit Akibat Kerja adalah suatu diagnosis ETIOGNOSIS dan
mempunyai aspek LEGAL
• PAK merupakan “Man Made Diesease”
TERDIAGNOSIS
PAK

FENOMENA
BEROBAT TIDAK
GUNUNG ES TERDIAGNOSIS PAK

PENYAKIT AKIBAT
KERJA
ADA GEJALA, TIDAK BEROBAT

TIDAK ADA GEJALA


Karakteristik Pekerja di
Negara Berkembang
1. Angka Pengangguran Tinggi ≥ 25%
∞ Bekerja tidak boleh mengeluh
∞Menerima lingkungan kerja seperti apapun juga
2. Level Pendidikan Rendah
3. Kurang Pelatihan
4. Prevalensi Penyakit Umum Masih Tinggi
∞ Penyakit Menular (TBC, Diare, Hepatitis A)
∞Malnutrisi (Makan dengan menu seadanya)
REGULASI
TERKAIT PAK 01/1981
PERMENAKER
Pasal 2
(1) Apabila dalam pemeriksaan Kesehatan bekerja dan pemeriksaan
Kesehatan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No.Per.02/Men/1980 ditemukan penyakit kerja
yang diderita oleh tenaga kerja, pengurus dan Badan yang ditunjuk
wajib melaporkan secara tertulis kepada Kantor Direktorat Jendral
Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja
setempat.
(2) Penyakit akibat kerja yang wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud
pada pasal(1) adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran
Peraturan Menteri ini.
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja

Penyakit akibat kerja dibagi atas:

PERATURA 1. Penyakit yang disababkan Pajanan Faktor yang timbul


dari aktifitas pekerjaan
N
PRESIDEN 2. Penyakit berdasarkan target Sistem Organ

NO 7/2019 3. Kanker Akibat Kerja

4. Penyakit Spesifik lain nya


Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud :

1. Penyakit Akibat Kerja adalah Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan


dan / atau lingkungan kerja
2. Pekerja yang sakit PAK mendapat jaminan KK/PAK dari BP
JAMSOSTEK
3. Jaminan Kecelakaan kerja atau PAK adalah manfaat berupa uang tunai
dan/ atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta
mengalami kecelakaan kerja atau Penyakit Akibat Kerja yang
didapatkan dari lingkungan kerja
PASIEN

Anamnesa dan Pemeriksaan

Ragu Konsul Spesialis Klinik Terkait


Diagnosis Klinis Rujuk Ke RS

Ragu
-Konsul Spesialis Kedokteran
Diagnosis Okupasi Okupasi / BKKM / RS
-Pemeriksaan Lingkungan
& Biomarker

Penatalaksanaan Kasus

Penatalaksanaan Klinik/ Medis Penatalaksanaan Okupasi


Pasal 2
Perpres nomor 7 tahun 2019
(1) Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja
berdasarkan surat keterangan dokter berhak atas manfaat JKK
meskipun hubungan kerja telah berakhir
(2) Hak atas manfaat JKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan apabila Penyakit Akibat Kerja timbul dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja berakhir
Diagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja
berdasarkan surat keterangan dokter

PERATURAN Diagnosis jenis Penyakit Akibat Kerja yang


PRESIDEN dilakukan oleh:
No 7 TAHUN >Dokter
2019
>Dokter spesialis
Yang berkompetensi dibidang Kesehatan Kerja
Pengaturan penyelenggaraan pelayanan
penyakit akibat kerja bertujuan untuk :
PERMENKES  Memberikan acuan dalam melakukan
diagnosis, tata cara dan pemberian
No. 56 pelayanan penyakit akibat kerja yang
TAHUN 2016 bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan
 Memberikan perlindungan dan kepastian
hukum bagi pemberi kerja dan penerima
pelayanan penyakit akibat kerja
Diagnosis penyakit akibat kerja dilaksanakan dengan pendekatan 7
(Tujuh) Langkah yang meliputi :
1. Penegakan diagnosis klinis
Permenke 2. Penentuan pajanan yang dialami pekerja ditempat kerja
3. Penentuan hubungan antara pajanan dengan penyakit
s Nomor 4. Penentuan kecukupan pajanan
56 5. Penentuan faktor individu yang berperan
6. Penentuan faktor lain diluar tempat kerja
Tahun 2016 7. Penentuan diagnosis okupasi
Diagnosis penyakit akibat kerja dilakukan untuk
menentukan apakah seseorang pekerja terkena penyakit
akibat kerja & apa jenis penyakit akibat kerja nya
Dampak apabila tidak
dilakukan penegakan
diagnosis PAK

TIDAK KECACATAN &


KERUGIAN
DILAKUKAN KEMATIAN
MATERIAL
PENGENDALIAN AKIBAT KERJA
PEKERJA
DI PERUSAHAAN MENINGKAT
Penentuan Penyakit Akibat Kerja

1. Ditegakan dengan 7 Langkah penegakan diagnosis okupasi


2. Laporan ke BPJS TK/ BP JAMSOSTEK dan Dinas Tenaga Kerja
3.Jaminan yang di dapat dari JKK (BP Jamsostek/Taspen/Asabri) adalah
santunan berupa uang (santunan sementara tidak mampu kerja, santunan
cacat, biaya rehabilitasi, beasiswa anak, uang duka, santuan kematian)
dan tunjangan cacat
7 Langkah penegakan diagnosis Penyakit Akibat
Kerja
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3

Diagnosis Klinis: Menentukan hubungan antara pajanan di


Diagnosis Klinik Menentukan pajanan yang ada di lingkungan kerja dengan penyakitnya.
sudah tegak di lingkungan kerja dan dari pekerjaan yang Mencari hubungan pekerjaan-pajanan-
curigai PAK dilakukan. sakit yang diderita pekerja berdasarkan
Membuat uraian tugas pekerjaan pekerja eviden based/penelitian atau teks book
yang di duga PAK

Langkah 4
Langkah 6 Langkah 5
Menentukan dosis pajanan :
Menentukan faktor individu: Menghitung besaran pajanan kerja atau
Menentuan Faktor lain diluar Menganalisa adanya faktor lain pajanan dari lingkungan kerja pada pekerja
tempat kerja: secara individu pada si pekerja yang di duga PAK
Mencari adanya faktor lain
dari lingkungan diluar dari Langkah 7
lingkungan tempat kerja
Diagnosis PAK: Setelah semua data lengkap, baru bisa di simpulkan PAK/Non PAK

Permenkes Nomor 56Tahun 2016


Telaah Kasus Penyakit Akibat Kerja
Langkah 1
1 Langkah 2 Langkah 3
Menentukan hubungan antara pajanan di
Diagnosis Klinis: Menentukan pajanan yang ada di
lingkungan kerja dengan penyakitnya.
Konfirmasi TB lingkungan kerja dan dari pekerjaan yang
Perawat Tsb bekerja di bangsal TBC sudah
Paru /Kasus Baru dilakukan. (Uraian tugas sebagai perawat
6
dari dokter Paru di bangsal TBC ): Tugas mandikan pasien
bulan ( Syarat> minimal 1 bulan ).
yg lemah/ membersihkan cairan tubuh
Pajanan Mycobacterium Tuberculosis di
(sputum/ darah/muntah) dari badan
ruang rawat inap pasien positif.
pasien, menginfus/menyuntikan obat
Langkah 4
Langkah 6 Langkah 5
Menentuan Faktor lain diluar Menentukan faktor individu: Menentukan dosis pajanan : Tidak ada
tempat kerja: Tidak ada Tidak ada faktor individu yang dosis minimal pajanan biologi  Dosis tidak
kontak erat dengan orang berperan karena semua diperlukan
yang terkonfirmasi TB Paru di berisiko tertular
tempat tinggal nya dalam
waktu 6 bulan terakhir (pada Langkah 7
saat tidak sedang kerja). PP Diagnosis PAK: Tuberculosis Paru akibat kerja
kerja naik kendaraan pribadi
Permenkes Nomor 56Tahun 2016
Telaah Kasus Penyakit Akibat Kerja 2 Contoh 2

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3

Diagnosis Klinis: Menentukan pajanan yang ada di


Gangguan lingkungan kerja dan dari pekerjaan yang Menentukan hubungan antara pajanan di
Pendengaran Sensori dilakukan. Uraian tugas. Bekerja sebagai lingkungan kerja dengan penyakitnya:
Neural Bilateral operator mesin Boiler di Pabrik Kelapa
Berat,laki-laki, 45 Sawit sudah 12 tahun. Di rolling pekerjaan 1. Lama kerja di Pabrik 12 tahun
tahun. Hasil sudah 3 kali tapi semuanya di lingkungan 2. 1 hari kerja 8 jam + lembur 3-4 jam
Audiometri & pabrik (Power house, sterilizer, press) 3. 1 hari libur per minggu
konsultasi dr. THT

Langkah 6 Langkah 5 Langkah 4

Menentukan faktor individu: Alat Menentukan dosis pajanan :


Menentuan Faktor lain diluar Kebisingan ruang Boiler 99 dBA,
tempat kerja: Tempat tinggal Pelindung Telinga ear plug ( kadang
di pakai kadang di lepas) , tidak Power House 94 dBA,
tenang, tidak bising, jarang Sterilizer 92 dBA,
yang setel musik sampai suara hobi dengar musik pakai earphone.
Tidak ada pekerjaan lain Press 96 dBA ( NAB Kebisingan
nya kemana mana. Kendaraan 85 dBA)
PP ke tempat kerja dengan Langkah 7 Diagnosis PAK: Ketulian akibat kerja Hitung kecacatan nya
motor di area perkebunan
Permenkes Nomor 56Tahun 2016
Telaah Kasus Penyakit Akibat Kerja
Langkah 1
3 Langkah 2 Langkah 3

Diagnosis Klinis: Menentukan pajanan yang ada di Menentukan hubungan antara pajanan di
Low Back Pain lingkungan kerja dan dari pekerjaan yang lingkungan kerja dengan penyakitnya.
( D/ LBP dari dilakukan. (Uraian tugas sebagai Kuli Lama bekerja sudah 6 bulan , mulai jam 5
Neurology) sudah Bongkar Muat /BM di pasar): Tugas pagi sampai jam 3 sore. Istirahat 1 jam di
2 mengangkat barang dari bawah ke atas jam 12.
minggu Truk atau menurunkan barang dari atas
truk ke bawah.
Langkah 4
Langkah 6 Langkah 5
Menentukan dosis pajanan :
Menentukan faktor individu: Tinggi Barang yang di angkat karung beras berat. 1
Menentuan Faktor lain diluar 150 cm, berat 50 kg (IMT 22,2). karung berat 50 kg. 1 truk 10 ton/ 200
tempat kerja: Tempat tinggal Tidak ada pekerjaan lain selain BM karung, di turunkan 2-3 orang BM. Dalam 1
dekat dengan lokasi kerja. di pasar. Hobi mancing kalau libur. hari bisa ada 3 s/d 10 truk yg turunkan
Bisa jalan kaki. Kalau lagi tidak barang ( ada juga barang lain selain Beras)
ada kerjaan bisa pulang Langkah 7
sebentar untuk berbaring. Diagnosis PAK: LBP akibat kerja Contoh 3

Permenkes Nomor 56Tahun 2016


Tatalaksana Penyakit Akibat
Kerja
KONSENSUS PAK, KEMENKES tahun 2019
 Asma pada pembuat roti, pekerja pabrik detergen
 Dermatitis kontak iritan pada pekerja semen, wet worker ,
serbuk kayu (Rengas)
 Simple LBP pada pekerja angkat-angkut
 Mesothelioma pada pekerja Industri asbes
 Dermatitis kontak alergi pada pekerja penyamak kulit,
pembuat sepatu
 Pneumokoniosis akibat debu silika pada pekerja konstruksi
Konsesus PAK tahun
2019
MANFAAT JAMINAN SOSIAL
BAGI PEKERJA DI INDONESIA

PEKERJA INDONESIA

PEKERJA SWASTA/ APARATUR TNI


MANDIRI/ INFORMAL SIPIL
NEGARA

BPJS BPJS KESEHATAN BPJS


KESEHATAN TASPEN KESEHATA
BPJS N ASABRI
JAMSOSTEK
Pelayanan Pelayanan Pelayanan
Kesehatan Kesehatan Kesehatan
JKK/JHT/JK JKK/PENSIUN JKK/PENSIUN
M
Kewajiban Menjadi Peserta
UU No. 24 tahun 2021
“ SETIAP ORANG, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia wajib menjadi
peserta program Jaminan Sosial”
Jaminan kecelakaan kerja dan jaminan
kematian
• PP No. 44 Tahun 2015 & PP No. 82 Tahun 2019
Instruksi Pres. Harus terdaftar
No. 2 - 2021 Ditujukan di BP Jamsostek
Jaminan Pensiun • Tentang • 19 Mentri • Pekerja
• PP No. 45 Tahun 2015 Optimalisasi • Jaksa Agung penerima upah
• 3 Kepala • Pekerja bukan
Jaminan Hari Tua Pelaksanaa Badan + DJSN penerima upah
• PP No. 46 Tahun 2015 & Perubahan PP 60 Tahun 2015 n Program Pusat • Pekerja Migran
Jaminan • 34 Gubernur • Pegawai
Jaminan Kehilangan Pekerjaan Pemerintah
Sosial • 416 Bupati
Ketenaga • 98 Wali Kota bukan ASN
• PP No. 37 tahun 2021
kerjaan • Penyelenga
ra
Pemilu
Upaya Percepatan Penegakan Kasus
PAK Spesifik Pada Pekerjaan Tertentu
• KONSENSUS PAK, KEMENKES tahun 2019
• SE Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan No. SE /12 / 042022
• Peraturan Menteri Kesehatan No 11 tahun 2022

SYARAT KASUS PAK SPESIFIK


1. Penyakit dengan penyebab yang jelas dan spesifik dari tempat kerja
2. Penyakit mempunyai hubungan waktu yang jelas dengan pajanan
3. Besaran pajanan dapat diterima secara umum/ tidak memerlukan
pengukuran besaran pajanan secara khusus
4. Pengaruh faktor Individu dan Lingkungan kerja dapat di singkirkan
dengan mudah
31 jenis penyakit akibat hubungan kerja:
1. Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silicosis, antrakosilikosis, asbestosis)
2. Penyakit paru bronkhopulmoner disebabkan debu logam keras. Keppres No.22 Tahun 1993
3. Penyakit paru bronkhopulmoner yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
5. Alveolitis allergika yang disebabkan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium
8. Penyakit yang disebabkan fosfor
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom .
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan
11. Penyakit yang disebabkan olehr arsen atau persenyawaan-nya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh air Raksa
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor beracun.
Perpres Nomor 7 Tahun
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida beracun. 2019 tentang PAK
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolog nya
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hydrogen sulfida
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang berkenaan lebih.
25. Penyakit disebabkan radiasi elektro magnetic & radiasi mengion.
26. Penyakit kulit dermatosis penyebab fisik, kimiawi atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasena
28. Kanker paru atau mesotelioma oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi/ rendah/ radiasi/kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lain bahan obat
PERMENAKER No. 05 Tahun 2021
Pasal 17 ,ayat (2)
Dalam Hal terdapat penetapan PAK:
Biaya Perawatan dan Pengobatan sebelumnya menjadi tanggung jawab
BPJS Ketenagakerjaan terhitung sejak penegakan diagnosis klinik atau
dugaan PAK

Penggantian biaya perawatan dan pengobatan tersebut dilakukan


setelah kasus tersebut ditetapkan sebagai kasus PAK
Manfaat Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat
Kerja PP Nomor 82 tahun 2019
Biaya Perawatan dan Pengobatan Ruang Lingkup

Kecelakaan Kerja
Biaya Perawatan dan Pengobatan tanpa Termasuk kecelakaan diperjalanan dari dan menuju tempat kerja
Batas Biaya (sesuai kebutuhan Medis) pada
faskes yang bekerja sama dengan BP
Penyakit Akibat Kerja
Jamsostek atau Reimbursment Meninggal mendadak di tempat kerja atau sudah di bawa
ke faskes meninggal < 1x24 jam
Alur Laporan Kasus PAK &
KK
Formulir Pelaporan Kasus
PAK
Tatalaksana
Medis Okupasi
Di terapi sesuai gejala Tatalaksana terkait
klinik pekerjaan
1. Individu : Penilaian Kelaikan kerja,
1. Medikamentosa Program Kembali kerja dan penilaian
2. Non medikamentosa kecatatan
2. Komunitas : Upaya
pengendalian transmisi,
pengendalian tekhnik,
administrasi dan APD
HIRARKI PENGENDALIAN
PAJANAN/HAZARD DI
TEMPAT KERJA
Menghilangkan sumber bahaya
secara fisik

Mengganti sumber bahaya

Menjauhkan orang dari sumber


bahaya
Mengatur pola kerja dan mengubah
kebiasaan kerja yang kurang baik

Melindungi tenaga kerja dengan


penggunaan Alat Pelindung diri
KESIMPULAN
Karyawan/ Pekerja mempunyai risiko terkena Penyakit Akibat Kerja
sesuai dengan Pajanan dari Pekerjaannya masing masing
Petugas Kesehatan yang terlibat dalam pelayanan pasien pekerja perlu melalukan
7 Langkah penegakan diagnosis okupasi pada pekerja yang dicurigai mengalami
Penyakit Akibat Kerja. Agar pekerja mendapatkan hak nya dan upaya pencegahan
di tingkat perusahaan
Peraturan dan regulasi mengenai Penyakit Akibat Kerja perlu
dipahami. Karena ada unsur kewajiban pemberi pelayanan kesehatan
untuk melaporkan kasus PAK
"Pengetahuan tidaklah cukup,
maka kita harus mengamalkannya.
Niat tidaklah cukup, maka kita
harus melakukannya."

You might also like