You are on page 1of 7

TEATER INDONESIA

A. Teater Tradisional
 Latar Belakang
Sekurang-kurangnya permulaan abab 17 di
lingkungan masyarakat Belanda-Eropa di Batavia dan
kota-kota besar lain, dan akhir abad 19 di lingkungan
masyarakat Indonesia di kota-kota, telah jauh lama
berkembang apa yang disebut “teater tradisional”.
 Dasar teater tradisional, juga jenis-jenis kesenian
tradisional yang lain, adalah masyarakat agraria.
Sedangkan dasar pokok estetika keseniannya adalah
religi. (siklus semesta; musim, matahari, bintang-
bintang dsb).
Pertunjukan teater tradisional tidak dapat
sembarangan waktu diadakan.
Pertunjukan tidak dapat dikemas menurut
kehendak penonton atau penyelenggara
tontonan.
Teater tidak otonom, ia terikat oleh sistem.
Pada garis besarnya dapat ditelusuri adanya
teater dengan religi asli, teater dengan dasar
religi Hindu-Budha, dan Islam. Yang pertama
dapat dimasukkan sebagai teater primitif atau
sederhana. Yang kedua adalah teater klasik.
Namun Teater Klasik, untuk menyebut teater istana-
istana Hindu-Budha dan Islam. Sementara berkembang
teater rakyat di pedesaan yang seringkali membawa
kelangsungan teater primitif dan pengaruh teater
istana.
Berdasarkan pemahaman terhadap religi asli, Hindu-
Budha, dan Islam, unsur-unsur suatu teater dapat
dikenal dasar-dasar estetikanya.
Tidak berarti semua teater tradisional bersifat sakral.
Ada pula yang bersifat profan, manakala fungsi
religinya telah dilupakan, atau tidak sesuai dengan
religi baru tetapi unsur estetikanya masih tetap
digemari.
D. Djajakusumah membagi teater tradisional
menjadi dua kategori, yakni Teater Orang dan
Teater Boneka. Masing-masing kelompok
teater tadi dibagi lagi menjadi Teater Istana
dan Teater Rakyat.
Kelompok teater Istana dikenal setelah
masuknya agama Hindu-Budha dan Islam.
Sedangkan pada kelompok teater rakyat di
pedesaan kemungkinan besar masih
menyimpan dasar-dasar religi asli.
Teater Tradisional Kraton
Mulai masuk ketika sistem monarki dianut di Indonesia dan
itu baru terjadi pada zaman pengaruh India Selatan (Hindu-
Budha) pada tahun 400 masehi dan pengaruh Islam pada
akhir abad 13. Dari pusat pemerintahan, berangsur masuk
ke kebudayaan rakyat di desa-desa.
Bersifat profesional. Seniman yang dihidupi oleh raja.
Profesional akhirnya melahirkan pembakuan-pembakuan.
Aturan-aturan sebagai standar mutu seni yang diakui.
Nilai artistik menjadi ukuran utama, bukan hanya sekedar
hiburan.
Seni kraton tingkat tinggi yang baku mencapai puncak-
puncak prestasinya sehingga dapat mengakibatkan adanya
seni baku yang mandeg.
Tiga fungsi utama teater kraton; sebagai ritus, pelengkap
kebesaran raja, dan hiburan dengan selera tinggi.
Teater Tradisional Rakyat
Sulit membedakan mana teateryang berasal dari
religi asli, Hindu-Budha, dan Islam.
Dalam Bentuknya yang terakhir berkembang di
pedesaan. Dan ketika kota-kota dagang dan
pemerintahan modern tumbuh, maka kaum urbanis
yang berasal dari desa, masih membawa tradisi ini
ke kota.
 Lahir di tengah-tengah rakyat.
Masih menunjukkan kaitan dengan upacara adat
dan keagamaan. Khitanan, perkawinan dsb.
Bersifat hiburan. Gratis.
Tempat pertunjukkan dapat dimana saja.
Para pemain merupakan tenaga amatur.
Bentuk pementasan sederhana dan spontan.
Berkembang sesuai dengan perubahan masyarakat.
Unsur-unsur pokok adalah cerita, pelaku, dan
penonton.
Cerita dapat diperpanjang atau dipependek menurut
respons dan suasana penontonnya.
 Cerita dibawakan dengan akting (pemeranan) atau
dengan menari dan menyanyi.
Para pelaku berkostum sesuai dengan referensi
budaya masyarakatnya, meskipun tetap ada acuan
terhadap tradisi lama.

You might also like