Professional Documents
Culture Documents
Teater Indonesia, Isbi, SMT Iii, 2019.
Teater Indonesia, Isbi, SMT Iii, 2019.
A. Teater Tradisional
Latar Belakang
Sekurang-kurangnya permulaan abab 17 di
lingkungan masyarakat Belanda-Eropa di Batavia dan
kota-kota besar lain, dan akhir abad 19 di lingkungan
masyarakat Indonesia di kota-kota, telah jauh lama
berkembang apa yang disebut “teater tradisional”.
Dasar teater tradisional, juga jenis-jenis kesenian
tradisional yang lain, adalah masyarakat agraria.
Sedangkan dasar pokok estetika keseniannya adalah
religi. (siklus semesta; musim, matahari, bintang-
bintang dsb).
Pertunjukan teater tradisional tidak dapat
sembarangan waktu diadakan.
Pertunjukan tidak dapat dikemas menurut
kehendak penonton atau penyelenggara
tontonan.
Teater tidak otonom, ia terikat oleh sistem.
Pada garis besarnya dapat ditelusuri adanya
teater dengan religi asli, teater dengan dasar
religi Hindu-Budha, dan Islam. Yang pertama
dapat dimasukkan sebagai teater primitif atau
sederhana. Yang kedua adalah teater klasik.
Namun Teater Klasik, untuk menyebut teater istana-
istana Hindu-Budha dan Islam. Sementara berkembang
teater rakyat di pedesaan yang seringkali membawa
kelangsungan teater primitif dan pengaruh teater
istana.
Berdasarkan pemahaman terhadap religi asli, Hindu-
Budha, dan Islam, unsur-unsur suatu teater dapat
dikenal dasar-dasar estetikanya.
Tidak berarti semua teater tradisional bersifat sakral.
Ada pula yang bersifat profan, manakala fungsi
religinya telah dilupakan, atau tidak sesuai dengan
religi baru tetapi unsur estetikanya masih tetap
digemari.
D. Djajakusumah membagi teater tradisional
menjadi dua kategori, yakni Teater Orang dan
Teater Boneka. Masing-masing kelompok
teater tadi dibagi lagi menjadi Teater Istana
dan Teater Rakyat.
Kelompok teater Istana dikenal setelah
masuknya agama Hindu-Budha dan Islam.
Sedangkan pada kelompok teater rakyat di
pedesaan kemungkinan besar masih
menyimpan dasar-dasar religi asli.
Teater Tradisional Kraton
Mulai masuk ketika sistem monarki dianut di Indonesia dan
itu baru terjadi pada zaman pengaruh India Selatan (Hindu-
Budha) pada tahun 400 masehi dan pengaruh Islam pada
akhir abad 13. Dari pusat pemerintahan, berangsur masuk
ke kebudayaan rakyat di desa-desa.
Bersifat profesional. Seniman yang dihidupi oleh raja.
Profesional akhirnya melahirkan pembakuan-pembakuan.
Aturan-aturan sebagai standar mutu seni yang diakui.
Nilai artistik menjadi ukuran utama, bukan hanya sekedar
hiburan.
Seni kraton tingkat tinggi yang baku mencapai puncak-
puncak prestasinya sehingga dapat mengakibatkan adanya
seni baku yang mandeg.
Tiga fungsi utama teater kraton; sebagai ritus, pelengkap
kebesaran raja, dan hiburan dengan selera tinggi.
Teater Tradisional Rakyat
Sulit membedakan mana teateryang berasal dari
religi asli, Hindu-Budha, dan Islam.
Dalam Bentuknya yang terakhir berkembang di
pedesaan. Dan ketika kota-kota dagang dan
pemerintahan modern tumbuh, maka kaum urbanis
yang berasal dari desa, masih membawa tradisi ini
ke kota.
Lahir di tengah-tengah rakyat.
Masih menunjukkan kaitan dengan upacara adat
dan keagamaan. Khitanan, perkawinan dsb.
Bersifat hiburan. Gratis.
Tempat pertunjukkan dapat dimana saja.
Para pemain merupakan tenaga amatur.
Bentuk pementasan sederhana dan spontan.
Berkembang sesuai dengan perubahan masyarakat.
Unsur-unsur pokok adalah cerita, pelaku, dan
penonton.
Cerita dapat diperpanjang atau dipependek menurut
respons dan suasana penontonnya.
Cerita dibawakan dengan akting (pemeranan) atau
dengan menari dan menyanyi.
Para pelaku berkostum sesuai dengan referensi
budaya masyarakatnya, meskipun tetap ada acuan
terhadap tradisi lama.