You are on page 1of 21

MELAKUKAN PERTOLONGAN ELIMINASI ALVI FECAL (BAB)

BY : TIM KDTP
Tujuan Pembelajaran

Pengetahuan :
1.Peserta didik dapat menerapkan pertolongan eliminasi alvi fecal (BAB)
2.Peserta didik dapat menjelaskan pertolongan eliminasi alvi fecal (BAB)
3.Peserta didik dapat merumuskan pertolongan eliminasi alvi fecal (BAB)

Keterampilan :
4.Peserta didik dapat melakukan pertolongan eliminasi alvi fecal (BAB)
5.Peserta didik dapat menjalankan pertolongan eliminasi alvi fecal (BAB)
6.Peserta didik dapat menunjukan pertolongan eliminasi alvi fecal (BAB)
ELIMINASI

• Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel
(feses).
• Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel
movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali perminggu.
• Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltic mendorong feses
kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalamrektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Pengertian Eliminasi Alvi

Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran metabolisme berupa feses yang
berasal dari saluran pencernaan yang melalui anus. Manusia dapat melakukan buang air
besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan
yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali – kali dalam satu
hari, biasanya gangguan – gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar
dan jika dibiarkan dapat menjadi maslah yang lebih besar. (Hidayat, Uliyah;2009)
GANGGUAN ELIMINASI FEKAL / ETIOLOGI

1. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:


Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan
tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidak mampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan
feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat
mengganggu keteraturan pola defekasi.
Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu
keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola
aktivitas peristaltik di colon.
GANGGUAN ELIMINASI FEKAL / ETIOLOGI

2. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan
yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk
beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia
lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan
memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan
reabsorbsi cairan dari chyme

Chyme : air perut yang menghancurkan makanan


GANGGUAN ELIMINASI FEKAL / ETIOLOGI

3. Meningkatnya stress psikologi


Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit- penyakit tertentu
termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen
psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat
meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yang
depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi
GANGGUAN ELIMINASI FEKAL / ETIOLOGI

4. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.


Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak peristaltic dan dapat menyebabkan
melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses
mengeras

5. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa
menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur
pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi
eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan
ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride
(Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang- kadang digunakan untuk mengobati diare
GANGGUAN ELIMINASI FEKAL / ETIOLOGI

6. Usia
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-anak
tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya
antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasajuga mengalami perubahan pengalaman yang dapat
mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalahatony (berkurangnya tonus
otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya
peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut
yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa
juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak
pada proses defekasi.
GANGGUAN ELIMINASI FEKAL / ETIOLOGI

7. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan
tumor.
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus sensori untuk
defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap
keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan.
Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal
inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani.
Masalah Eliminasi Fakal Yang Sering Ditemukan

a. Konspirasi, merpakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunka ffrekuensi BAB disertai
dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat
menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama
sehingga lebih banyak air diserap.
b. Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang
keras di rectum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukanfeses sampai ada kolom
sigmoid.
c. Diare, merupakan BAB sering dengsn cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi
inntensinal melewati usus halus dan kolom sangat cepa. Iritasi di dalam kolom merupakan
faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses
menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menaha BAB.
Masalah Eliminasi Fakal Yang Sering Ditemukan

d. Incontinesial fecal, yaitu suatu keadan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spi ngter
anal, penyakit neuromuskular, trauma spinal cord dan tumor spingter anal external. Pada
situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara
fisik. Kebutuhan pasien tergantung pada perawat.
e. Flantulens, yaitu menumpuknya gas padaa lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar dari mulut (sendawa) atau
anus (flatus). Hal- hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan
makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang
mwnghasilkan CO2.
 
Lanjutan…..

f. Hemoroid, yaitu dilatasi pembekakan vena pada dinding raktum (bisa internal atau
external). Hal ini terjadi pad defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung, dan penyakit hati
menahun. Perdarahan dapat erjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika
terjadi imfla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB
dilupakan oleh pasien, karena saat BAB meninmbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami
konstipaso
Faktor Pencetus Gangguan Eliminasi

1.Respon awal untuk berkemih, beberapa orang sering mengabaikan respon awal untuk
berkemih akibatnya urin tertahan di kandung kemih
2.Gaya Hidup
3.Stres psikologi, meningkatnya setres seseorang dapat meningkatkan frekuensi dalam
berkemih
4.Tingkat perkembangan, pada usia hamil kapasitas kandung kemih akan menurun karna ada
tekanan dari fetus
5.Kondisi patologis, demam dapat menurunkan produksi urin
6.Obat – obatan,
Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Alvi

1. Tujuan
a. Kebutuhan Eliminasi Terpenuhi
b. Memberi rasa nyaman
c. Mengobservasi output
Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Alvi

2. Alat yang dibutuhkan


a. Pispot
b. Baskom berisi air bersih
c. Tissue atau kapas cebok
d. Perlak
e. Handscon
f. Apron
g. Masker
h. Selimut mandi
Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Alvi

3. Persiapan Pasien
a. Dekati klien dan beri salam terapeutik
b. Perkenalkan diri
c. Informasikan pada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Alvi

4. Pelaksanaan
a. Cuci tangan dan dekatkan alat
b. Lakukan persiapan
c. Pasang selimut mandi bagian bawah tubuh pasien
d. Membantu membuka pakaian dalam bagian bawah, lalu ditutup dengan selimut
e. Anjurkan pasien menekuk lutut dan mengangkat bokong (dengan posisi dorsal recumbent
f. Pasang perlak dibawah bokong pasien
g. Tempatkan pispot diatas pengalas tempat dibawah glutea dengan posisi tepat dibawah
anus, pada saat meletakan pispot, anjurkan pasien untuk mengangkat daerah glutea (bila
pasien mampu) untuk memudahkan meletakan pispot
Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Alvi

8. Beri penjelasan pada pasien untuk mulai BAB dan bila sudah selesai dapat memberi tahu
perawat
9. Bila sudah selesai, pasang apron, masker dan handscoon, lalu bilas genetalia dengan air
bersih lalu angkat pispot
10. Anjurkan pasien untuk miring
11. Bersihkan area anus dan bokong dengan menggunakn tissue atau kapas cebok
12. Pasang kembali pakaian , lalu rapihkan tempat tidur
13. Pispot dibawa ke wc, perhatikan konsistensi feses, warna dan bau, lalu bersihkan pispot
Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Alvi

5. Evaluasi
a. Mengucapkan salam
b. Cuci tangan
c. Dokumentasi
• Respon pasien
• Tindakan yang dilakukan keadaan umum pasien
• Hasil observasi output pasien
Thank you for attention…..

You might also like