You are on page 1of 28

Seorang perempuan 29 tahun

dengan angioedema et causa


allergic drug eruption

dr. Sarah Disa Khoirunisa


RSA UGM
Kamis, 22 Februari 2023
BAB I
Laporan Kasus

2
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. JB
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tanggal Lahir : 27 Juni 1995
Alamat : Krapyak 02/03, Matesih,
Karanganyar
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Pembiayaan : BPJS

3
Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri panas ketika buang air kecil sejak 7 hari sebelum periksa ke Puskesmas.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien laki-laki usia 27 tahun datang sendiri ke Poli Umum Puskesmas Matesih dengan
keluhan berupa nyeri panas ketika buang air kecil sejak 7 hari sebelum periksa ke Puskesmas.
Pasien juga mengeluhkan keluarnya cairan dari alat kelamin berwarna putih kekuningan. Pasien
memiliki riwayat hubungan seksual dengan teman wanitanya dengan kontak terakhir 7 hari
sebelum periksa Puskesmas.
Keluhan demam, nyeri perut bagian bawah, nyeri pinggang, nyeri pada buah zakar
disangkal. Riwayat berhubungan sesama jenis, Wanita penjaja seks, waria disangkal. Riwayat
penggunaan alat suntik disangkal.
4
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat Personal Sosial:
• Terdapat riwayat keluhan serupa sejak • Pasien adalah seorang pengangguran. Biaya

3 tahun yang lalu perawatan menggunakan BPJS. Kesan sosial


ekonomi kurang. Pasien tinggal bersama kedua
• Riwayat HIV disangkal.
orang tua pasien.
• Riwayat Penyakit kronis DM,
Hipertensi, Jantung disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat Pengobatan:


Tidak ada anggota keluarga dengan Pasien belum mengkonsumsi obat
keluhan serupa

5
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: Tanda-tanda vital:


Kesadaran kompos mentis Tekanan darah : 120/80 mmHg
TB: 170 cm
Nadi : 90 x/menit, reguler, isi tegangan
BB: 62 kg
cukup
IMT = 21,4 (Status gizi baik)
Frekuensi nafas : 20 x/menit, adekuat

Temperatur : 36,10 C

6
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesosefal Thoraks : Simetris statis dan dinamis,

Mata : Konjungtiva bentuk normal, retraksi (-).

palpebra pucat (-/-), Pulmo


injeksi konjungtiva (-/-),
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis,
sklera ikterik (-/-)
Hidung : Nafas cuping retraksi (-)
hidung (-), epistaksis (-), discharge(-)
Palpasi : Stem fremitus simetris kanan dan kiri,
Mulut : Bibir dan mukosa
pengembangan dada simteris kanan
tidak ada kelainan,
faring hiperemis (-), dan kiri
sariawan (-), lidah putih (-).Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Leher dan aksilla : Pembesaran limfonodi
(-) Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+) normal,
ronkhi (+/+) minimal pada basal paru, 7
Pemeriksaan Fisik
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, kuat angkat


(-) Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas
normal Auskultasi : BJ I-II murni, reguler, bising (-), gallop
(-)
 
Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar


Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih


(-) Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
8
Pemeriksaan Fisik

Ekstremitas

  Superior Inferior
Akral hangat +/+ +/+
Capillary Refill Time < 2”/< 2” < 2”/< 2”
Edema -/- -/-

9
Status Lokalis
Regio genitalia
UKK : Tidak tampak lesi ulkus, plak,
ataupun masa.
Inspeksi : Duh tubuh (+) mukopurulen keluar
dari orificium uretra externa.
Palpasi : Pembesaran limfonodi inguinal (-),
nyeri skrotum (-), edema testis (-)

10
Pemeriksaan Penunjang
Pengecatan Gram/Sederhana IMS sekret uretra, Sifilis dan HIV
Sabtu, 19 November 2022

Jenis Pemeriksaan Satuan Nilai Rujukan Hasil


1. Pengecatan      
gram/sederhana
IMS secret uretra
PMN PMN/LPB Pria: Negatif/ <5 Positif
Diplococcus   Negatif Positif
Intraseluler
1. Siphilis   Non Reaktif Non Reaktif
1. Anti-HIV   Non Reaktif Non Reaktif
Resume

Pasien laki-laki usia 27 tahun datang sendiri ke Poli Umum Puskesmas


Matesih dengan keluhan berupa nyeri panas ketika buang air kecil sejak 7 hari
sebelum periksa ke Puskesmas. Pasien juga mengeluhkan keluarnya cairan
dari alat kelamin berwarna putih kekuningan. Pasien mengaku memiliki
riwayat hubungan seksual dengan teman wanitanya dengan kontak terakhir 7
hari sebelum periksa Puskesmas. Pemeriksaan fisik didapatkan duh tubuh
uretra berwarna mukopurulen. Hasil laboratorium didapatkan hasil positif
diplokokus gram negatif dan leukosit polimorfonuklear pada pemeriksaan duh
tubuh uretra.
12
Diagnosa Kerja Diagnosa Banding

• Uretritis gonore non • Uretritis non gonore


komplikata • Infeksi saluran kemih

13
Tatalaksana
1) Terapi medikamentosa :

 Cefixim 400 mg dosis tunggal

 Azitromisin 1 gram dosis tunggal

 Paracetamol 3x500mg

14
Tatalaksana
Terapi non-medikamentosa (KIE) :
 Bila memungkinkan, periksa dan obati pasangan seksual tetapnya.
 Anjurkan abstinensia sampai terbukti sembuh secara klinis dan laboratoris, dan bila
tidak dapat menahan diri supaya memakai kondom.
 Kunjungan ulang pada hari ke-7
 Konseling: Mengenai penyakit gonore, komplikasi, cara penularan dan pentingnya
penanganan pasangan seksual tetapnya.

15
Tatalaksana
Terapi non-medikamentosa (KIE) :
1. Mengobati sendiri cukup berbahaya.
2. IMS umumnya ditularkan melalui hubungan seksual.
3. IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularan HIV.
4. IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas.
5. Pasangan seksual perlu diperiksa dan diobati.
6. Kondom dapat melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV.
7. Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS dengan obat.
8. Komplikasi IMS dapat membahayakan pasien.

16
BAB II
Analisa Kasus

17
Anamnesis
Keluhan berupa nyeri panas ketika buang air kecil sejak 7 hari sebelum
periksa ke Puskesmas. Keluarnya cairan dari alat kelamin berwarna putih
kekuningan.

“Gejala urethritis gonorhea pada pria berupa peradangan uretra berupa


keluarnya cairan putih kekuningan, disuria, rasa terbakar saat buang air kecil
dan gatal pada ujung kemaluan. Beberapa hari kemudian, sangat mungkin
muncul cairan bernanah dan berdarah dari uretra.“

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis (2017). Jakarta Pusat. Perhimpunan Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin (PERDOSKI);2017 18
Anamnesis
Pasien mengaku memiliki riwayat hubungan seksual dengan teman
wanitanya dengan kontak terakhir 7 hari sebelum periksa Puskesmas.

“Faktor risiko adalah usia muda saat pertama kali berhubungan seks,
pasangan seks baru, pasangan seks lebih dari satu, pasangan seks yang
memiliki pasangan lain, pasangan seks penderita IMS, penggunaan kondom
tidak konsisten, dan riwayat atau sedang menderita IMS.”

Ison C. Biology of Neisseria gonorrhoeae and the clinical picture of infection. In: Gross GE, Tyring SK, editors. Sexually Transmitted Infections
and Sexually Transmitted Diseases. Berlin, Heidelberg: Springer; (2011). p. 77–90.3. 19
Pemeriksaan Fisik
Regio genitalia
UKK : Tidak tampak lesi ulkus, plak, ataupun masa.
Inspeksi : Duh tubuh (+) mukopurulen keluar dari orificium uretra
externa.
Palpasi : Pembesaran limfonodi inguinal (-), nyeri skrotum (-), edema
testis (-)

“Temuan fisik yang dapat ditemukan diantaranya orifisium uretra


hiperemis, edema, duh tubuh uretra mukopurulen, duh tubuh anal ataupun
rasa tidak nyaman di anus/perianal pada homoseksual. “
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis (2017). Jakarta Pusat.
20
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI);2017
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium didapatkan hasil positif diplokokus gram negatif dan
leukosit polimorfonuklear pada pemeriksaan duh tubuh uretra.

1. Pemeriksaan Gram dari sediaan apus duh tubuh uretra atau serviks ditemukan diplokokus
Gram negatif intraselular. Sensitivitas >95% dan spesifisitas >99% (pada laki-laki).
2. Kultur menggunakan media selektif Thayer-Martin atau modifikasi ThayerMartin dan agar
coklat McLeod (jika tersedia).
3. Tes definitif (dilakukan pada hasil kultur yang positif) (jika tersedia)  Tes oksidasi  Tes
fermentasi  Tes beta-lactamase.
4. Tes resistensi/sensitivitas: kerja sama dengan bagian Mikrobiologi
5. Untuk kecurigaan infeksi pada faring dan anus dapat dilakukan pemeriksaan dari bahan duh
dengan kultur Thayer Martin atau polymerase chain reaction (PCR) dan nucleic acid
amplification tests (NAATs) terhadap N. gonorrhoeae dan C. Trachomatis
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis (2017). Jakarta Pusat.
21
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI);2017
Tatalaksana
Pengobatan yang diberikan pada pasien adalah antibiotik cefixime
dengan 400 miligram dosis tunggal peroral, azitromisin 1 gram dosis
tunggal peroral dan parasetamol 500 miligram tiga kali sehari.

1. Obat pilihan: Cefixim 400mg per oral dosis tunggal


2. Obat alternatif:
a. Ceftriaxon 250mg injeksi intramuskuler dosis tunggal
b. Kanamisin 2 gram injeksi intramuskuler dosis tunggal.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis (2017). Jakarta Pusat.
22
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI);2017
Tatalaksana
Pengobatan yang diberikan pada pasien adalah antibiotik cefixime
dengan 400 miligram dosis tunggal peroral, azitromisin 1 gram dosis
tunggal peroral dan parasetamol 500 miligram tiga kali sehari.

Apabila sudah terjadi komplikasi;


1. Obat pilihan: Cefixim 400mg per oral selama 5 hari.
2. Obat alternatif:
a. Levofloksasin 500mg per oral 5 hari atau
b. Kanamisin 2 gram injeksi intramuskuler 3 hari atau
c. Ceftriaxon 250mg injeksi intramuskuler 3 hari.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis (2017). Jakarta Pusat.
23
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI);2017
Tatalaksana
Pengobatan yang diberikan pada pasien adalah antibiotik cefixime
dengan 400 miligram dosis tunggal peroral, azitromisin 1 gram dosis
tunggal peroral dan parasetamol 500 miligram tiga kali sehari.
Karena infeksi gonokokus dan infeksi Chlamydia trachomatis hampir selalu bersamaan
maka dalam pengobatan infeksi gonokokus sebaiknya diberikan juga pengobatan untuk
infeksi Chlamydia berupa:
1. Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal atau
2. Doksisiklin 2x100mg/hari per oral selama 7 hari, atau
3. Eritromisin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis (2017). Jakarta Pusat.
24
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI);2017
Prognosis

Gonore akut tanpa komplikasi:


• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad functionam : bonam
• Quo ad sanationam : bonam

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis (2017). Jakarta Pusat.
25
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI);2017
PENUTUP

1) Uretritis gonore adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum.
Hal ini diakui sebagai infeksi bakteri akut, yang umumnya ditularkan melalui
kontak seksual atau perinatal.

2) Penyakit ini ditandai dengan gejala peradangan uretra berupa keluarnya cairan
putih kekuningan, disuria, rasa terbakar saat buang air kecil dan gatal pada ujung
kemaluan. Beberapa hari kemudian, sangat mungkin muncul cairan bernanah dan
berdarah dari uretra.
PENUTUP

Hubungan seksual yang tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup


berdampak pada meningkatnya resiko terjadi infeksi menular seksual (IMS).
Pengendalian dan pencegahan IMS harus menjadi perhatian khusus dengan
memberikan informasi terkait dengan sistem reproduksi, hubungan seksual yang
sehat dan dampak negatif dari penyimpangan seksual. Dengan memiliki pengetahuan
reproduksi yang baik diharapkan mampu menurunkan angka kejadian serta
komplikasi dari infeksi menular seksual.
TERIMA KASIH

You might also like