You are on page 1of 31

METODE PEMBELA-

JARAN KLINIK

Sofia Mawaddah, SST., M. Keb


MODELING
Con
ten
H ts
Con ere
ten
Her ts
Con e
ten
Her ts
Con e

Pengertian
ten
H ts
Con ere
ten
Her ts
e

Perry dan Furukawa (dalam Abimanyu dan Manrihu 1996) mendefinisikan


modeling sebagai proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari
seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai rangsangan
bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku sebagai bagian dari individu
yang lain yang mengobservasi model yang ditampilkan. Teknik modeling ini
adalah suatu komponen dari suatu strategi dimana konselor menyediakan
demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan. Model dapat berupa
model sesungguhnya (langsung) dan dapat pula simbolis. Model sesungguhnya
adalah orang, yaitu konselor, guru, atau teman sebaya. Di sini konselor bisa
menjadi model langsung dengan mendemonstrasikan tingkah laku yang
dikehendaki dan mengatur kondisi optimal bagi konseli untuk menirunya.
Tujuan Modeling
Untuk perolehan tingkah laku
1 sosial yang lebih adaptif.

Membantu konseli untuk merespon


3
hal- hal yang baru

Agar konseli bisa belajar sendiri menunjukkan


2 perbuatan yang dikehendaki tanpa harus be-
lajar lewat trial and error.

Melaksanakan tekun respon- respon


4
yang semula terhambat/ terhalang
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan
dapat
dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa ditunjuk untuk memod-
elkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.
Beberapa contoh praktik modeling (Pemodelan) diantaranya :
1) Pembimbing praktik mendemonstrsikan cara menolong persalinan
2) Ahli gizi mendemonstrasikan cara memasak dan menghitung gizi pada
menu makanan
Langkah-langkah Pembelajaran Modeling
 Modeling (Pemodelan) perlu dilakukan dengan cara:
 1) Berpikir sambil mengucapkan bagaimana proses berpikir anda.
 2) Mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan peserta didik belajar.
3) Melakukan yang pembimbing inginkan agar peserta didik juga melakukan
hal yang serupa
 
Peranan pembimbing
1. Sebagai Pamong Belajar
Pamong belajar berarti orientasi pembelajaran berpusat pada peserta didik (learner
centered), akan tetapi ini tidak berarti bahwa di dalam penerapan proses pembelajaran
sesuai
dengan segala keinginan peserta didik. Oleh sebab itu, sebagai pendidik mempunyai
Tanggung jawab menyediakan suatu pola kegiatanbelajar, dimana pendidik mempunyai
dua peran, yaitu:
·      Pamong bertindak sebagai warga kelompok belajar,
·      Pamong bertindak sebagai pemimpin kelompok belajar
Tugas pendidik dalam peranannya sebagai pemimpin kegiatan belajar antara lain ialah
melakukan motivasi terhadap peserta didik, sehingga menumbuhkan partisipasi secara
maksimal dalam diri peserta didik.. Peranan pendidik ialah sebagai pengatur dan
menciptakan suasana yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan
pemikiran dan tindakannya sesuai dengan hasil pemikiran mereka. Di samping itu,
pendidik berperan sebagai penunjuk jalan bagi peserta didik dan membekalinya dengan
Teknik teknik belajar yang cocok bagi diri si pelajar.
2. Sebagai Penyuluh
Istilah ini sering dipakai pada kegiatan penyuluhan kesehatan, pendidikan dan
pertanian. Penyuluhan berasal dari kata suluh, yang artinya kegiatan yang
dilakukan, sehinggan menjadikan seseorang / kelompok terang (memahami)
informasi-informasi yang disampaikan penyuluh tersebut.
Penyuluhan adalah usaha yang dilakukan seseorang / kelompok kepada orang lain
dalam rangka memberikan informasi, penjelasan sehingga orang lain tersebut
menjadi paham tentang materi-materi yang disampaikan. Misalnya; dikalangan
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana, pamong belajar dalam rangka
melakukan penyuluhan tentang imunisasi, penimbangan bayi, dan lain-lain. Pada
penyuluhan, penyuluh berfungsi sebagai orang yang aktif memberikan informasi,
penjelasan kepada orang lain.
3. Sebagai Fasilitator

Fasilitator adalah orang yang memberikan kesempatan kepada peserta didik atau
memfasilitasi mereka sehingga mereka akan aktif mengarahkan diri sendiri. Contoh
dalam membangkitkan peran serta peserta didik dalam mempelajari pesan-pesan
pembangunan, digunakan permainan simulasi. Kegiatan belajarnya dilakukan melalui
kelompok belajar. Untuk menggerakkan kegiatan belajar, permainan simulasi tersebut
keberadaan dan berfungsi sebagai fasilitator.
Fasilitator warga masyarakat di desa/wilayah dimana ia tinggal, dilatih sebagai
pemimpin kegiatan belajar pada kelompok belajar, permainan simulasi untuk
menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat.
4. Sebagai Tutor

Pembelajaran masyarakat melalui kegiatan pendidikan luar


sekolah, misalnya program Paket A, B, dan C, dan dibimbing
oleh seorang tutor. Sebagai pendidik , maka tutor memiliki
peranan dan fungsi yang hampir bersamaan dengan
peranan dan fungsi pada pendidikan sekolah (formal).
Secara umum, tugas dan fungsi tutor adalah merencanakan
kegiatan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan
mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
Kelebihan model pembelajaran modeling
a) Mampu mengubah tingkah laku siswa dengan
cara belajar langsung mengobservasi tingkah
laku orang lain melalui model.
b) Memudahkan siswa dalam pembentukan tingkah
laku yang diharapkan melalui umpan balik yang
positif dari tingkah laku model.
c) Siswa lebih mudah mempelajari tingkah laku
baru dari model
Kelemahan model pembelajaran modeling
a)Ketidaksesuaian karakteristik dan permasalahan

yang dihadapi siswa menghambat proses


interaksi belajar mengajar.
b) Terkadang tingkah laku model tidak bisa
dikontrol atau diulang.
Hambatan
a. Keberhasilan teknik modeling tergantung persepsi konseli
terhadap model. Jika konseli tidak menaruh kepercayaan
pada model, maka konseli akan kurang mencontoh
tingkah laku model tersebut.
b.   Jika model kurang bisa memerankan tingkah laku yang di
harapkan, maka tujuan tingkah laku yang didapat konseli
bisa jadi kurang tepat.
c.   Bisa jadi konseli menganggap modeling ini sebagai
keputusan tingkah laku yang harus ia lakukan, sehingga
konseli akhirnya kurang begitu bisa mengadaptasi model
tersebut sesuai dengan gayanya sendiri.
COACHING
Pengertian

Coaching atau Bimbingan adalah suatu proses


pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada
peserta baik perorangan atau kelompok untuk memecahkan
permasalahannya sendiri dan didampingi oleh fasilitator.
Bimbingan melibatkan peserta dan fasilitator dalam dialog
satu lawan satu dan mengikuti suatu proses yang tersusun
Tujuan Coaching

01 Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual.

Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman


02 pembelajaran dengan bimbingan dan mengembangkan professional
peserta.

Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan yang


03 diberikan fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan
keterampilan peserta dalam mengambil tanggung jawab dan pekerjaan
mendatang.

Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan


04 mengatasi permasalahan yang dihadapi mereka. .
Keuntungan Coaching

Dapat mendorong kemampuan Coaching/Bimbingan lebih pada


masing-masing individu sesuai pendekatan personal dibanding
dengan minatnya dengan training kelompok

Dapat menilai masing-masing


peserta dengan berbagai Peserta merasa lebih
metode penilaian termotivasi dan bertanggung
jawab untuk melakukan
keterampilan yang baru
dipelajari karena bimbingan
Dapat mengikuti lebih dekat berlangsung terus menerus
setiap perkembangan peserta dan personal
Hambatan Coaching
1. Peran yang kurang jelas

Sering kali terjadi ketidak jelasan apa sesungguhnya yang


dilibatkan baik dari segi keterampilan maupun kegiatan.
Disamping itu kurangnya pemahaman tentang siapa yang
sesungguhnya bertanggung jawab dalam coaching, apa
yang harus dilakukan , kapan dan bagaimana melak-
ukannyaSelain itu terdapat ketidak pastian mengenai se-
berapa
banyak penyuluhan, pengarahan dan dukungan sosio-
emosional yang dibutuhan, apakah peserta siap, dan
bersedia menerima bantuan
2. Gaya manajemen kurang sesuai
Besarnya pengawasan atau kebebasan yang diberikan oleh
fasilitator kepada peserta sering kali tergantung pada
anggapan fasilitator terhadap peserta
Dilain pihak, sikap yang ditunjukkan oleh peserta sangat
tergantung pada harapan dan keinginan mereka, apakah
mereka menginginkan fasilitator dengan jiwa kepemimpinan
yang
kuat, apakah mereka menunjukkan kemandirian,
ketergantungan, inisiatif dan kreativitas.
3. Kesulitan dalam kontak pribadi secara langsung

Coaching melibatkan pengarahan dengan kontak


langsung, hal ini sering menimbulkan kesulitan
bagi fasilitator yang tidak terbiasa melakukan
hubungan tatap muka satu lawan satu dengan
peserta untuk jangka waktu tertentu .
Fasilitator merasa takut bahwa situasi ini akan
dapat membongkar kekurangannya, baik yang
berkaitan dengan pengetahuan teknis maupun
keahlian khususnya
4. Keterampilan komunikasi tidak memadai
Keterampilan komunikasi tulis dan lisan sangat penting
dalam situasi coaching. Keberhasilan dan kegagalan
fasilitator tergantung pada kemampuan mereka dalam
menyampaikan pikiran, perasaan dan kebutuhan .
Besar kemungkinan fasilitator juga gagal dan tidak berniat
mengungkapkan pengalamannya atau pengetahuan
pribadinya ,yang dapat membantu peserta untuk belajar
5. Kurangnya kesediaan atau kemauan

Seorang peserta harus siap dan bersedia menerima


fasilitator. Kedua belah pihak harus menganggap coaching
sebagai proses meraih kemajuan dan peningkatan yang
bertujuan mengembangkan keterampilan dalam suatu
lokasi kerja. Peserta yang menunjukkan sikap kurang
kemauan dan bekerja tidak sebagaimana mestinya dapat
menyulitkan dalam proses coaching.
6. Kurangnya motivasi

Sebagai fasilitator akan mempunyai tugas tambahan


untuk menciptakan lingkungan bermotivasi bagi
peserta . Oleh karenanya motivasipun lebih banyak
ditumpukan
pada keinginan menguasai pengetahuan keterampilan
baru dan mendapatkan kesempatan dalam mengambil
keputusan.
7. Tekanan dalam pekerjaan

Ada beberapa alasan mengapa fasilitator tidak termotivasi


dan ragu menjadi fasilitator, satu diantaranya karena
mereka menganggap organisasi menitik beratkan pada
sikap “ Lakukan sendiri tugasmu; untuk itu kamu dibayar”
Alasan lain pelatihan akan menyita banyak waktu,
kecemasan menghadapi kegagalan.
8. Melakukan kesalahan

Sekalipun orang tahu bahwa dari kesalahan kita dapat


memetik suatu pelajaran namun baik fasilitator maupun
peserta takut melakukan dan mengakui kesalahan dan
cenderung menyembunyikannya rapat-rapat. Padahal
seandainya kesalahan itu diakui lebih awal akan lebih
banyak waktu dan tenaga yang dapat diselamatkan .
Membangun kepercayaan dalam hubungan coaching
akan menyingkirkan situasi seperti ini .
9. Proses Coaching
Dalam praktek, fasilitator mengamati, membimbing, dan
memberikan umpan balik kepada peserta pada saat
mereka melaksanakan langkah-langkah/kegiatan termasuk
buku penuntun belajar.
Setelah praktek, umpan balik seharusnya diberikan
secepatnya. Dengan menggunakan penuntun belajar atau
checklist keterampilan, fasilitator berdiskusi tentang
kemampuan belajar peserta sesuai dengan kinerja mereka
dan memberi saran perbaikan.
10.Perbandingan pelatih yang efektif dan yang tidak efektif
Pembimbing yang efektif PP Pembimbing yang tidak efektif
1.         Memfokuskan perhatian pada praktek klinis 1.         Memfokuskan perhatian pada teori

2.         Mendorong kerja sama dan hubungan antar sejawat 2.         Menjaga jarak ( status diatas peserta)

3.         Berusaha mengurangi stress 3.         Sering membuat stress

4.         Mengadakan komunikasi dua arah 4.         Menggunakan komunikasi satu arah

5.         Melihat dirinya sebagai fasilitator 5.         Melihat dirinya sebagai penguasa atau satu
sumber pengetahuan
Experensial
Pengertian Experensial
Ialah suatu metode yang dipergunakan
pembimbing akademik dalam
membantu peserta didik dalam
Con
ten
t sH
er e
menyelesaikan masalah dan
Con
t ent
sH
er e
mengambil keputusan terhadap kasus
Con
ten
ts H
ere
yang terjadi dengan pasien atau
Con
t ent
sH
keluarga pasien.
ere

Con
t ent
sH
ere
Experensial
Metode eksperensial meliputi situasi
penyelesaian masalah (membantu
peserta didik meningkatkan sikap
profesional, mampu menerapkan
masalah konseptual keperawatan
dalam kurikulum berdasarkan masalah
aktual, menggambarkan secara tertulis
Con
ten
ts H
ere

kejadian atau peristiwa klinik) dan


Con
ten
ts H
ere

Con
t ent
sH
e re situasi pengambilan keputusan
Con
t ent
sH
er e
(pengujian data yang ada,
Con
ten
t sH
er e
pengidentifikasian alternatif tindakan,
penentuan prioritas tindakan,
pembuatan keputusan) (Nursalam,
2002).
Peran Pembimbing
Membantu menganalisa situasi klinik melalui
pengidentifikasian masalah.

Menentukan tindakan yang akan diambil

Mengimplementasikan pengetahuan dalam


masalah klinik

Menekankan hubungan antara


pengalaman belajar lalu dan
pengalaman terhadap masalalu lalu.
Keuntungan
1. Membantu menganalisis situasi klinik melalui
proses identifikasi 
masalah.
2. Menentukan tindakan yang akan diambil.
3. Mengimplementasikan pengetahuan ke dalam masalah klinik.
4. Menekankan hubungan antara pengalaman belajar lalu dan
pengalaman terhadap masa lalu.
5. Berasal dari teori kognitif yang dipadu padankan dengan teori
proses informasi dan teori pengambilan keputusan.
6. Kegiatan pada metode ini meliputi :
·  Situasi penyelesaian masalah.
·  Membantu peserta didik meningkatkan sikapprofessional.
·  Mampu menerapkan masalah konseptualkeperawatan 
dalam kurikulum berdasarkan masalah aktual
Keuntungan
7. Menggambarkan secara tertulis kejadian atauperistiwa dengan
tujuan :
• menanggulangi masalah yang terdapat diklinik ;
• mengidentifikasi data relevan yangmenunjang masalah ;
• mengajukan hipotesis yang relevan ;
• merencanakan tindakan keperawatan yang tepat ;
• menerapkan teori ke dalam praktek.
8. Situasi pengambilan keputusan.x.
9. Merupakan situasi penyelesaian masalah yangmemerlukan pengam
bilan keputusan.
Keuntungan
10. Peserta didik melakukan :
• Pengujian data yang ada.
•   Pengidentifikasian alternatif tindakan.
•   Penentuan prioritas tindakan.
• Pembuatan keputusan.
11.Melengkapi situasi pengambilan keputusan secara indidvidual
atau kelompok.
12. Berdiskusi dan menggali proses berpikir dalam menanggapi
situasi.
yo u
an k
Th

You might also like