You are on page 1of 17

WEAVING TECHNOLOGY

Sejak pertama kali benang menjadi bahan baku kain, suatu pertanyaan muncul
mengapa proses pembuatan benang tidak segera diikuti langsung dengan proses
pembuatan kain dan mengapa prosesnya tidak langsung dihubungkan.

Dalam hal ini pembuatan benang dan proses menenun secara mekanik tidak
dapat digabungkan. Keduanya secara fisik tidak dapat dihubungkan, sebab
kecepatan pembuatan benang sedikit diatas kecepatan konsumsi benang lusi dan
sedikit dibawah konsumsi benang pakan.
PRINSIP – PRINSIP DASAR PERTENUNAN
• Dalam hal ini yang perlu kita ketahui adalah sebagai berikut
* Gerakan pokok pada mesin tenun
1. Penguluran Benang Lusi ( Warp Let Off )
2. Pembentukan Mulut Lusi ( Shedding )
3. Penyisipan Benang Pakan ( Filling Insertion )
4. Pengetekan ( Beat Up )
5. Penarikan Kain ( Fabric Take-Up )
* Fungsi – Fungsi Tambahan
* Kontrol Kain
1. Lebar Kain
2. Pinggiran Kain
PENGULURAN BENANG LUSI
• Mengulur benang lusi dari beam tenun ketika benang – benang tersebut
ditenun menjadi sehelai kain.
Mekanismenya adalah penguluran ini berfungsi mengontrol tegangan
benang lusi dengan cara mengatur penguluran. Dalam hal ini harus menjaga
tegangan lusi supaya tetap konstan dengan cara mengontrol besar mengkeret
benang lusi terhadap benang pakan.
Dalam hal ini ada dua mekanisme penguluran lusi :
- Penguluran Negatif adalah tegangan pada benang lusi memberikan
kekuatan penarikan ( Driving Force) melawan kekuatan pengereman ( Friction
Force ) dalam gerakan penguluran, dalam hal ini benang lusi diatur dengan cara
memberikan friksi dengan menggunakan rantai atau tali yang dililitkan pada
cakram rem yang terpasang pada poros beam tenun.
- Penguluran Positif adalah beam tenun diputar dengan kecepatan yang
tergantung kepada panjang benang lusi antara beam tenun dengan ujung kain.
Mekanisme penguluran lusi juga dapat diklasifikasikan kedalam mekanisme
penguluran lusi mekanik dan elektronik, pada umumnya proses ini terdapat pada
mesin – mesin tenun modern. Sistem penguluran ini bekerja secara positif dan
mengontrol penguluran lusi mulai dari beam tenun masih penuh berisi benang
lusi sampai beam tenun kosong dengan tegangan lusi yang konstan. Sistem
penguluran ini dapat menghindari terjadinya cacat kain berupa variasi tetal pakan
dan stop marks. Tegangan yang terjadi pada saat petenunan berlangsung harus
sekecil mungkin agar menghasilkan kinerja pertenunan yang baik.
PEMBENTUKAN MULUT LUSI

• Pembentukan mulut lusi adalah proses memisahkan benang – benang lusi menjadi dua bagian keatas
dan kebawah sehingga terbentuk rongga menyudut dimana benang pakan diluncurkan ke dalam nya.
Rongga tersebut dinamakan mulut lusi “ Shed “. Sebelum benang pakan diluncurkan, lapisan mulut lusi
tersebut harus bergantian kedudukan nya yang pengaturan nya bergantung kepada pola desain
anyaman kain yang sudah ditentukan sehingga terbentuk struktur kain yang diinginkan.
BENTUK MULUT LUSI

GAMBAR DISAMPING ADALAH GAMBAR BENTUK MULUT LUSI SIMETRIS.


PERSYARATAN PEMBENTUKAN MULUT LUSI DITENTUKAN OLEH PELUNCURAN BENANG PAKAN DAN
PENGETEKAN.

H= B tan α
PENCUCUKAN

Pencucukan/reaching in merupakan proses memasukkan tiap-tiap benang lusi pada lubang dropper mata gun yang  ada pada
masing-masing gun serta sisir tenun yang sesuai dengan rencana desain kain tenun yang akan dibuat yang selanjutnya
dicucuk pada lubang kain sisir. Proses pemasukan benang lusi pada lubang dropper,mata gun,dan sisir dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan cara manual menggunakan tangan dan dengan menggunakan mesin cucuk(drawing in 
machine).

Proses pencucukan ini Proses  yang sangat penting dalam persiapan pertenunan.Pencucukan akan menentukan kenampakan
kain tenunnya.Proses  mencucuk akan mempengaruhi jenis anyaman yang akan dibuat,banyak gun yang dipakai,tetal
lusi,dan alat pembentuk mulut lusi yang digunakan. Alat untuk mencucuk benang secara manual menggunakan kawat cucuk
(drafting hook)

Pada proses pencucukan dipengaruhi oleh:


1. anyaman kain yang akan dibuat
2. alat pembentuk mulut lusi pada mesin tenun
3. macam mesin tenun yang akan digunakan

              Pada proses pencucukan meliputi:


•memasukkan(mencucuk) benang lusi pada dropper
•memasukkan(mencucuk) benang lusi pada gun
•memasukkan(mencucuk) benang lusi pada sisir
PENYISIPAN BENANG PAKAN

Setelah mulut lusi terbentuk, benang pakan disisipkan ke dalam mulut tersebut. Penyisipan benang pakan
dapat dilakukan secara bergantian dengan warna benang, nomor benang, dan berat benang yang berbeda-
beda. Atau biasa disebut juga Proses penyisipan benang pakan dalam proses pertenunan dapat dilakukan
dengan beberapa cara tergantung dari mesin tenun yang digunakan, yaitu :
• Dengan sistem teropong
• Dengan sistem rapier
• Dengan sistem fluida (air dan water) jet
• Dengan sistem projectile Pada perancangan pabrik ini sistem penyisipan pakan menggunakan sistem
rapier.
PENGETEKAN

Ketika benang pakan disisipkan kedalam mulut lusi, benang tersebut belum dirapatkan ke ujung kain.
Proses perapatan tersebut yaitu dinamakan pengetekan dengan cara mendorong benang tersebut
menggunakan sisir tenun.
Selama pengetekan, benang pakan didorong melawan gesekan lusi.
PENARIKAN KAIN (TAKE UP)

Setelah kain ditenun, kain tersebut harus ditarik dan digulung. Proses penarikan tersebut dinamakan
Gerakan penggulungan kain (take up motion). Penggulungan kain menarik kain dengan kecepatan yang
mengacu pada pengendalian tetal pakan pick per inch (PPI) atau pick per centimeter(PPC).

Perlu ditekankan bahwa baik benang lusi maupun pakan mengalami pemendekan (constraction)
disebabkan karena adanya silangan antar benang yang menyebabkan konstruksi kain diatas mesin tenun
menjadi berbeda. Proses – proses pemyempuranaan kain juga dapat mempengaruhi konstruksi kain
sehingga perlu dipertimbangkan dalam penyetelan spesifikasi mesin tenun.
FUNGSI TAMBAHAN

• Pemasangan penjaga lusi putus, setiap benang lusi dikontrol oleh satu drop wire untuk memberhentikan
jalanya mesin bila ada benang lusi putus atau kendor.
• Pemasangan sensor tegangan benang dan compensating whip roll untuk menjaga tegangan benang lusi.
• Mekanisme penjaga benang pakan putus untuk memberhentikan mesin bila ada benang pakan putus.
• Peralatan pencari pakan otomatis untuk mengurangi waktu berhenti mesin pada saat melakukan
perbaikan akibat benang pakan putus.
• Pick mixer untuk mengatur pergantian pakan dari dua atau lebih gulungan benang.
• DLL.
KONTROL KAIN

• Lebar Kain
pada saat terjadi pertenunan antara benang lusi dan pakan, lebar kain pada penjaga lebar kain
(temple) sama dengan lebar sisir. Setelah proses pertenunan, kain tenun dijauhkan dari sisir tenun
(digulung), kain mulai menyempit lebarnya disebabkan beberapa faktor (namun ada beberapa kain yg
tidak menyempit lebar nya seperti yang terbuat dengan serat gelas) .
Hal ini disebabkan antara lain oleh anyaman kain tenun, konstruksi kain dan tegangan benang. Disain
anyaman yang membentuk pola silangan mempengaruhi besar mengkeret pada kain dan mengkeret
benang pakan menyebabkan kain menyempit ke arah lebar.
• Pinggiran Kain (Selvage)
Pinggiran kain disebut juga selvage berfungsi memberikan kekuatan pada kain pada saat proses
penyempurnaan kain tersebut . Pinggiran kain mempunyai perbedaan disetiap mesin yang dipakai.
1. Shuttle Selvage
setelah proses penyisipan, benang pakan dipotong sehingga pinggiran kainya berekor pada kedua sisinya.
2. Tucked-in Selvage
pada pinggiran kain tucked-in menggunakan metode tucked-in, ekor-ekor benang yang keluar dari pinggir
ditekuk dan dimasukan kembali kedalam mulut lusi hingga teranyam.
3. Leno Selvage
Anyaman leno pada ujung kain mengikat benang-benang lusi sehingga tidak mudah terurai

Shuttle Tucked-In Leno


INSPEKSI KAIN

Setelah kain ditenun, kain tersebut menjalani proses inspeksi untuk tujuan pemeriksaan kualitas. Saat
ini pemeriksaan tersebut bisa langsung di mesin tenun. Kecepatan pemeriksaan dapat dilakukan dengan
variasi kecepatan mulai dari 0 hingga 100 meter permenit. Mesin-mesin inspeksi dilenkapi dengan screen
yang memancarkan cahaya. Pemeriksaan kain dikendalikan oleh trolley yang digerakan oleh photocell
untuk meraba kain yang di inspeksi.
THANK YOU!

You might also like