You are on page 1of 44

IMUNISASI

Disajikan oleh:
Ahmad Nuryahdi Alfathi
12310016

Pembimbing :
dr. Sri Alemina Br Ginting, Sp.A
Di Indonesia, program imunisasi nasional dikenal
sebagai Pengembangan Program Imunisasi (PPI) yang
dilaksanakan sejak tahun 1977. Imunisasi yang
termasuk dalam PPI tahun 2016 adalah Hep.B, BCG,
polio, DTP, Hib, dan campak. 1
Program imunisasi nasional disusun berdasarkan
keadaan epidemiologi penyakit yang terjadi saat itu.
Maka jadwal program imunisasi nasional dapat
berubah dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penting
untuk mengetahui jadwal program imunisasi nasional
yang terbaru yakni tahun 2016. 1
Imunitas (kekebalan tubuh)
Alami

Pasif

Buatan

Kekebalan
tubuh

Alami

Aktif

Buatan
PASIF : Suatu IMUNISASI VAKSINASI : imunisasi
pemindahan aktif dengan pemberian
vaksin (antigen) yang
atau transfer dapat merangsang
pembentukan imunitas
antibodi secara (antibodi) oleh sistem imun
tubuh
pasif
Tujuan Imunisasi

Melindungi seseorang terhadap


penyakit tertentu (intermediate goal)

Menurunkan prevalensi penyakit


(mengubah epidemiologi penyakit)

Eradikasi penyakit (final goal)


Eradikasi Penyakit
Vaksin mencegah infeksi
Mencegah penyakit
Mencegah transmisi
penularan di masyarakat
Cakupan
imunisasi
> 80%

Herd immunity
(kekebalan komunitas)
JENIS VAKSIN

Pada dasarnya, vaksin dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :


• Live attenuated ( bakteri atau virus hidup yang
dilemahkan )
• Inactivate ( bakteri, virus atau komponennya dibuat
tidak aktif )
Vaksin Bakteri Vaksin Virus

•Campak
• BCG • Parotitis
Vaksin • OPV
• Rubela
Hidup • Yellow
• Varisela
Fever
• rotavirus
• Difteria • Meningo • Influenza
Vaksi • Tetanus • Pneumo • IPV
• Pertusis • Hib • Dangue
n • Rabies
• Kolera • Typhoid
Inaktif • Hepatitis B
Vi
• Hepatitis A
Kelebihan dari vaksin hidup attenuated adalah:
 Vaksin merangsang respon seluler dan antibodi yang kuat sehingga
dapat bertahan seumur hidup dengan hanya satu atau dua dosis
pemberian.
 Untuk beberapa jenis vaksin virus mudah diproduksi.
 
Kekurangan dari vaksin hidup attenuated adalah6:
 Vaksin bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila terkena
panas atau sinar.
 Vaksin dapat menyebabkan penyakit yang umumnya bersifat
ringan dan dianggap sebagai kejadian ikutan (adverse event).
 Vaksin dapat berubah menjadi bentuk patogenik seperti semula
(hanya terjadi pada vaksin polio hidup).
Kelebihan dari vaksin inactivated adalah6 :
 Vaksin tidak menyebabkan penyakit (walaupun pada orang dengan
defisiensi imun).
 Vaksin tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik.

Kekurangan dari vaksin inactivated adalah6 :


 Vaksin selalu membutuhkan dosis multipel untuk membentuk respon
imun protektif.
 Respon imun terhadap vaksin inactivated sebagian besar humoral,
hanya sedikit atau tak menimbulkan imunitas seluler.
Sistem imunitas (kekebalan tubuh)

Sistem imun non- • Bekerja otomatis


spesific (innate • Tidak spesifik thd penyakit tertentu
immunity)
bawaan • Tidak punya memori

Sistem imun • Perlu waktu


spesific (adaptive • Spesifik thd penyakit tertentu
immunity) • Punya memori
Bakteri Biasa
Respon Imun
Indikasi : untuk  mencegah infeksi yang  disebabkan
oleh  virus Hepatitis  B, 

Dosis             : 0,5 ml sebanyak 3 kali pemberian ,0,2,6


bulan (intramuscular) antero lateral musculus
femoralis/ musculus deltoideus

Reaksi imunisasi  : Nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin /


efek samping disertai rasa panas atau pembengkakan
akan menghilang dalam 2 hari.
Vaksin Hepatitis B (HB). Vaksin HB pertama paling baik
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului
pemberian injeksi vitamin K sekitar 30 menit sebelumnya.
Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan vaksin
hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi. Jika diberikan vaksin
kombinasi DTP-HB-Hib, vaksin usia 1 bulan tidak perlu diberikan.
Jika diberikan vaksin HB monovalent, maka jadwal pemberian
adalah 0,1, dan 6 bulan.
• Indikasi               : Vaksin digunakan  untuk pencegahan
terhadap Poliomyelitis

• Dosis                  :  OPV 2 tetes per-oral = 0,1 mL, IPV 0,5


mL intramuskular M.deltoid

• Reaksi imunisasi  : biasanya tidak ada, mungkin pada /efek


samping bayi ada BAB ringan, Sangat jarang terjadi
kelumpuhan (paralytic poliomyelitis),
Vaksin Polio : Pada saat bayi lahir atau saat dipulangkan harus
diberikan vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1,
polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin polio
oral (OPV) atau (IPV) inaktivasi, namun sebaiknya paling sedikit
mendapat satu dosis vaksin IPV.
• Indikasi : Pencegahan terhadap penyakit tuberkulosa

• Dosis               :   0.05 mL (Intrakutan di daerah lengan kanan atas


pada insersio m. deltoideus sesuai anjuran WHO)

• Reaksi imunisasi :  biasanya tidak demam, Suatu pembengkakan


/efeksamping kecil, merah, lembut biasanya timbul pada
daerah bekas suntikan, yang kemudian berubah
menjadi vesikel kecil – ulkus - jaringan parut
Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan,
optimal diberikan pada umur 2 bulan. Apabila diberikan
sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji  tuberculin
terlebih dahulu.
• Indikasi               : Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,
tetanus dan pertusis (batuk rejan) secara simultan pada bayi
dan anak-anak.

• Dosis                : 0,5mL diberikan secara intramuskular, baik


untuk imunisasi dasar maupun ulangan

• Reaksi imunisasi :  demam ringan, kadang demam tinggi timbul /efek


samping kejang ,pembengkakan dan nyeri di tempat
suntikan selama 1-2 hari
• Vaksin DTP, pertama diberikan paling cepat pada umur 6 minggu.
Dapat diberikan vaksin DTwP atau DtaP atau kombinasi dengan
vaksin lain.
Apabila di berikan vaksin DTaP maka interval mengikuti
rekomendasi vaksin tersebut yaitu usia 2,4 dan 6 bulan. Vaksin
DTPw-HB-Hib dapat pula di berikan pada usia 2,4 dan 6 bulan.
Untuk anak usia lebih dari 7 tahun DTP yang diberikan harus
vaksin Td atau Tdap, di booster setiap 10 tahun.
• Indikasi : imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal
kuman HiB (Haemophyllus influenzae type B). Kuman
ini menyerang selaput otak sehingga terjadilah radang
selaput otak yang disebut meningitis.

• Dosis                    : 0,5mL, intramuskular.

• Reaksi imun : demam ringan, nyeri ,bengkak dan kemerahan di area


suntik
• Vaksin Hib diberikan umur 2,4, dan 6 bulan
• Vaksin Hib dapat diberikan dalam bentuk vaksin
kombinasi (DTwP/HB/Hib, DTaP/Hib/IPV)
• Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya
diberikan satu kali.
A B
• Indikasi .A              : Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap penyakit
campak
• Indikasi. B : Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit
Mumps (gondongan/parotitis), Measles (campak), dan Rubella
(campak Jerman)
• Dosis                 : setelah dilarutkan, diberikan dalam satu dosis 0.5 mL secara
subkutan
• Reaksi imunisasi :  biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan
dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8
setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat penyuntikan, 5-15
% kasus terjadi demam (selama 1-2 hari), biasanya 8-10 hari setelah
vaksinasi.
• Vaksin Campak dan MMR. Vaksin campak
diberikan pada umur 9 bulan, Vaksin MMR usia 12
bulan,Apabila MMR sudah di berikan pada usia 12
Bulan ,maka vaksin campak ke 2 tidak perlu di
berikan pada usia 18 bulan. Vaksin campak ke 3tidak
perlu di berikan apabila sudah mendapat MMR ke 2.
• Indikasi :PCV atau pneumokokus memberikan kekebalan terhadap
serangan penyakit IPD (Invasive Pneumococcal Diseases), yakni meningitis
(radang selaput otak), bakteremia (infeksi darah), dan pneumonia (radang
paru). Ketiga penyakit ini disebabkan kuman Streptococcus Pneumoniae
atau Pneumokokus yang penularannya lewat udara

• Dosis : 0,5 ml diberikan intramuskular.

• Reaksi imunisasi : demam ringan, mengantuk, nafsu makan berkurang


reewel, bercak kemerahan pada
kulit,pembengkakan di area suntik
Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV
diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; dan pada usia lebih dari 1 tahun
diberikan 1 kali. Keduanya perlu dosis booster 1 kali pada umur lebih dari 12
bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2
tahun PCV diberikan cukup satu kali.
A B

• Indikasi: mencegah infeksi rotavirus (muntah


dan diare)
• Dosis: A. monovalen 2x per oral,B. pentavalen
3x peroral
• Efek samping: diare ringan,rewel
• Vaksin Rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2
kali, dosis ke 1 diberikan usia 6-14 minggu, dosis ke-2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu. harus selesai
diberikan sebelum 24. vaksin rotavirus pentavalen
diberikan 3 kali. dosis ke-1 diberikan umur 6-14 minggu,
interval dosis ke-2 dengan interval 4-10 minggu, dosis ke-3
diberikan pada umur kurang dari 32 minggu.
• Indikasi: pencegahan terhadap penyakit influenza
• Dosis: 0,5ml intramuscular
• Reaksi: Demam ringan, batuk, sakit tenggorokan,
bersin bersin, nyeri otot,gatal-gatal,
• Vaksin Influenza. Vaksin influenza diberikan pada umur
minimal 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi
pertama kali (primary immunization) pada anak umur kurang
dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu.
Untuk anak 6 – <36 bulan, dosis 0,25 mL.
• Indikasi: mencekal demam tifoid alias penyakit tifus,
yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri
Salmonella typhi
• Dosis : 0,5 ml ,intramuskular
• Reaksi imunitas:nyeri,bengkakdan merah pada area
suntik, demam ringan, sakit kepala, sakit perut, diare
• Vaksin Tifoid. Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin suntik
(polisakarida) dan oral. Vaksin capsular Vi polysaccharide diberikan
intramuskular atau subkutan pada umur lebih dari 2 tahun, ulangan di lakukan
setiap 3 tahun. Tifoid oral diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dikemas
dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3, dan 5). Imunisasi ulangan
dilakukan setiap 3-5 tahun. Vaksin oral pada umumnya diperlukan untuk turis
yang akan berkunjung ke daerah endemis tifoid.
• Vaksin Hepatitis A. Vaksin hep A diberikan pada umur 2
tahun. Dosis 720 U atau 0,5ml diberikan 2 kali dengan interval
6-12 bulan, intramuskular di daerah deltoid.
• Indikasi: Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox,
penyakit yang disebabkan virus varicella zooster
• Dosis 0,5 ml, subkutan, satu kali.
• Reaksi imunisasi: kemerahan dan nyeri di area suntik, ruang kulit jarang
• Vaksin Varisela. dapat diberikan usia 12 bulan,
namun terbaik pada umur sebelum masuk sekolah
dasar. Bila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun,
perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
• Indikasi: pencegahan penyakit yang di sebabkan HPV
(ca. servik ,condiloma acuminata)
• Dosis : 0,5 ml intramuscular
• Efek samping: sakit kepala, nyeri,bengkak,
gatal,memar,dan merah pada kulit yang di suntik,
demam ringan, nyeri tangan dan kaki,mual
• Vaksin Human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV
dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV
bivalen diberikan 3x dengan interval 0, 1, 6 bulan;
vaksin HPV tetravalent diberikan 3x dengan interval
0, 2, 6 bulan. Khusus pada remaja usia 10-13 tahun
cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan.
• Indikasi: Japanese ensefalitis
• Dosis : 0,5ml intramuscular
• Reaksi imun: sakit kepala,lemas, nyeri otot, demam
ringan,nyeri punggung
• Vaksin Japanese ensefalitis (JE). Vaksin JE yang di
lemahkan dapat diberikan mulai usai 12 bulan pada
daerah endemis dan bepergian ke daerah endemis
untuk pemberian jangka panjang dapat diberikan
booster 1-2 tahun berikutnya.
• Vaksin Dengue. Diberikan 3x pada usia 9-16 tahun dengan
interval 0,6, dan 12 bulan . 0,5ml subcutan,

• Respon imun: Demam ringan, nyeri otot, lemas, nyeri di


tempat suntikan

You might also like