You are on page 1of 20

ASUHAN POST NATAL BERDASARKAN EVIDENCE

BASED
 

KELOMPOK 8 :
1. Yuli Gustinawati
2. Miftahul Jannah
1. Mekanisme dan pengelolaan cemas pada masa nifas dan menyusui
 Kecemasan adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom
dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik.

 Penyebab Kecemasan Masa Nifas Penyebab kecemasan menurut Menurut


Andaners (2009), penyebab rasa cemas dapat dikelompokan pula menjadi
3 faktor, yaitu

 Faktor biologis atau fisiologis, berupa ancaman akan kekurangan


makanan, minuman, perlindungan dan keamanan.
 Faktor psikososial, ancaman terhadap konsep diri, kehilangan benda
atau orang yang dicintai, perubahan status sosial ekonomi.
 Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada masa bayi, anak, remaja.
JURNAL GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU POST PARTUM
OLEH ALFYA LAILATUL ISTIQOMAH1*, NURYA VIANDIKA1, SHOFIA MAHARANI
KHOIRUN NISA1 AVAILABLE ONLINE AT:
HTTP://E-JOURNAL.UNAIR.AC.ID/INDEX.PHP/IMHSJ

 Berdasarkan dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa


seluruh ibu post partum 38 ibu post partum (100%)
mengalami kecemasan dengan kategori setengahnya
yaitu 19 orang ( 50,0%) mengalami kecemasan ringan,
hampir setengahnya mengalami kecemasan sedang 14
orang (36,84%) dan sebagian kecil mengalami cemas
berat 5 orang (13,16%).
2. Konsep Laktasi dan Upaya Peningkatan Produksi

 Konsep Laktasi
1. Anatomi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit,
diatas otot dada dan fungsinya memperoduksi susu untuk nutrisi bayi.

2. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan
pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu,
dan baru selesai ketika mulai menstruasi

3. Refleks Fisiologis Bayi pada Masa Laktasi


  Refleks Menangkap (Rooting Reflex)
Refleks ini muncul saat bayi baru lahir. Ketika bayi tersentuh pipinya, maka
bayi akan menoleh ke arah sentuhan

 Refleks Menghisap (Sucking Reflex)


Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting
mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi.
 
 Refleks Menelan (Swallowing Reflex)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya (Rejeki,
2019)
Upaya Memperbanyak ASI

Menurut (Khasanah, 2016) upaya memperbanyak ASI adalah sebagai berikut:


 Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk merangsang
produksinya.
 Berikan bayi, kedua buah dada ibu tiap kali menyusui, juga untuk merangsang
produksinya.
 Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada. Makin banyak dihisap makin
banyak rangsangannya.
 Jangan terburu-buru memberi susu formula pada bayi sebagai tambahan. Perlahan-
lahan ASI akan cukup diproduksi.
 Ibu dianjurkan minum yang banyak (8-10 gelas/hari) baik berupa susu maupun air
putih. Karena ASI yang diberikan pada bayi mengandung banyak air.
 Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas, baik untuk menunjang
pertumbuhan dan menjaga kesehatan bayinya. Ibu yang sedang menyusui harus
dapat tambahan energi, protein, maupun vitamin, dan mineral.
 Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan kurang tidur dapat
menurunkan produksi ASI.
 Bilamana jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup, maka dapat dicoba dengan
pemberian obat pada ibu, seperti tablet Moloco B12 untuk menambah produksi
ASInya
JURNAL KEBIDANAN. VOL. 12 NO.1BULAN MARET TAHUN 2022 HAL 65-72
UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI ASI MELALUI PIJAT WOOLWICH DAN
MASSAGE ROLLING PADA IBU NIFAS 1 MINGGU POST PARTUM OLEH
NURLIA ISTI MALATUZZULFA 1*, LUSIANAH MEINAWATI 2 , HIDAYATUN NUFUS
 Hasil penelitian Yuniarti, (2018) yang menyebutkan bahwa salah satu upaya yang bisa
dilakukan untuk merangsang hormone prolactin dan oksitosin pada ibu nifas dengan
memberikan sensasi rileks pada ibu yaitu dengan melakukan massage woolwich.
Selain itu, dalam hasil menelitiannya menyebutkan bahwa ada peningkatan produksi
ASI setelah diberikan intervensi Massage rolling.
3. Mekanisme dan pengelolaan gangguan psikologi lain pada masa nifas dan menyusui

1.Bounding attachment disorder


Menurut Brazelton (1978), bonding merupakan suatu ketertarikan
mutual pertama antara individu, misalnya antara orang tua dan anak,
saat pertama kali mereka bertemu. Attachment adalah suatu perasaan
menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan individu lain

Dampak positif bounding attachment :


 Bayi merasa di cintai dan diperhatikan
 Bayi akan merasa aman karena mendapat dekapan dari ibunya
 Menumbuhkan sikap sosial
 Merupakan langkah awal dalam menciptakan dasar-dasar
 kepribadian yang positif anak.
JURNAL, PENGARUH DUKUNGAN SUAMI DAN BOUNDING ATTACHMENT
DENGAN KONDISI PSIKOLOGI IBU POSTPARTUM LASTRI MEI WINARNI1),
ESTY WINARNI2), MARTHIA IKHLASIAH3)

 Ada pengaruh antara dukungan suami dengan kondisi psikologi


ibu postpartum, sedangkan bounding attachment tidak
mempengaruhi kondisi psikologi ibu postpartum.
 Bidan perlu memberdayakan suami untuk memberikan
dukungan kepada ibu untuk membantu mekanisme koping
dalam mengatasi gangguan psikologis yang dialami ibu selama
postpartum. Salah satu cara bidan dalam memberdayakan suami
untuk memberikan dukungan saat masa postpartum adalah
dengan mengenalkan tentang perubahan dan adaptasi psikologis
ibu masa postpartum kepada suami sejak pemeriksaan antenatal
care, mengingatkan suami untuk mendengarkan cerita dan keluh
kesah ibu baik masa antenatal maupun postpartum, serta
membantu ibu menghubungi tenaga kesehatan jika menemukan
adanya gangguan psikologis pada masa postpartum.
2. Sibling Rivalry
Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk
mendapat cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau
untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih (Elisabeth Siwi &
Endang, 2015:50).

Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki
dan saudara perempuan
 Mengatasi Sibling Rivalry
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry,
sehingga anak dapat bergaul dengan baik (Elisabeth Siwi & Endang, 2015:52-53),
antara lain:
 Tidak membandingkan antara anak satu sama lain. Membiarkan anak menjadi diri
pribadi mereka sendiri.
 Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak.

 Membuat anak-anak mampu bekerja sama dari pada bersaing antara satu sama lain.

 Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.

 Mengajarkan anak-anak tentang cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu

sama lain.
 Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil

bagi anak satu dengan yang lain berbeda.


JURNAL PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG (SIBLING RIVALRY) PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH
ESTI NUGRAHENY, MOCHAMMAD ANY ASHARI, MARSELINA IDOLIANA,

 Berdasarkan hasil penelitian instrumen untuk mengukur


persaingan saudara kandung valid dan reliabel untuk 21 item,
yang dibagi menjadi dua indikator yaitu reaksi langsung dan
reaksi tidak
langsung. Ada hubungan antara jarak kelahiran dengan perilaku
sibling rivalry. Tidak ada hubungan antara urutan kelahiran, jenis
kelamin dan jumlah saudara dengan perilaku sibling rivalry.
Perlu dilakukan penelitian dengan melakukan observasi langsung
terhadap perilaku sibling dan sampel yang digunakan tidak hanya
pada satu tempat penelitian saja.
3. post partum blues
adalah suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak
dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari
ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu.

Tanda dan gejala post partum blues

Post partum blues memiliki tanda gejala seperti sedih berlebihan,menangis


tiba-tiba, mudah tersinggung, sulit tidur, nyeri kepala, dan cenderung
menyalahkan diri sendiri.

4. Depresi post partum Blues


Pengertian depresi postpartum adalah depresi berat yang terjadi 7
hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari
JURNAL,
FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI POSTPARTUM
BLUES
SUSANTI PRASETYA NINGRUM

PSYMPATHIC : JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI EISSN: 2502-2903, PISSN: 2356-


3591 VOLUME 4, NOMOR 2, 2017: 205-218 DOI: 10.15575/PSY.V4I2.1589

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan,


dapat disimpulkan bahwa coping stress, penye-suaian diri, dan
dukungan sosial berhu-bungan dengan postpartum blues. Ketiga
variabel sebagai faktor-faktor psikologis memberikan prediksi
pengaruh terhadap terjadinya postpartum blues pada ibu pasca
melahirkan. Variabel yang memberikan prediksi paling besar terhadap
postpartum blues secara berurutan yaitu penyesuaian diri, coping
stress, dan dukungan sosial.
4. Depresi post partum Blues
Pengertian depresi postpartum adalah depresi berat yang terjadi 7
hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari

Klasifikasi tipe depresi post partum diantaranya yaitu :


 1. Depresi ringan (Kemurungan): inilah tipe depresi yang paling umum.
Biasanya singkat dan tidak terlalu menggangu kegiatan-kegiatan normal.

 2. Depresi sedang/moderat (perasaan tak berpengharapan: Gejalanya hampir


sama dengan depresi ringan tetapi lebih kuat dan lebih lama berakhir.

 3. Depresi berat (terpisah dari realita): Kehilangan interes dari dunia luar dan
perubahan tingkah laku yang serius dan berkepanjangan merupakan
karakteristiknya
 Penatalaksanaan :
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan mental. Oleh karena
itu memerlukan perhatian segera Saran kepada
penderita untuk:

 Beristirahat cukup
 Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang Seimbang
 Bergabung dengan orang-orang yang baru
 Bersikap fleksible
 Berbagi cerita dengan orang terdekat
 Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
JURNAL, STUDI DISKRIPTIF TINGKAT DEPRESI POSTPARTUM
PADA IBU NIFAS, YUSTISIA IMANINDITYA P.W1), MURWATI 2)

Pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa sebesar


(63,3%) berada dalam keadaan normal atau tidak depresi,
sebanyak 30% ibu nifas mengalami depresi ringan dan sebanyak
6,7% depresi sedang dialami ibu nifas di wilayah tersebut.
Tingkat depresi postpartum berdasarkan karakteristik umur yaitu
usia 24-29 sebanyak 14 responden (46.7%), paritas multipara
sebanyak 20 responden (66.7%), pendidikan yaitu pendidikan
menengah sebanyak 19 responden (63.3%), riwayat persalinan
yaitu responden yang bersalin dengan bantuan alat 4 orang
(13.3%) dan SC sebanyak 2 orang (6.7%) dan berdasar
dukungan sosial yaitu responden yang mendapat dukungan
sosial cukup 6 orang (20%) dan rendah berjumlah 2 orang
(6.7%)
5. Psikosa post partum blues

1. Pengertian : Depresi yang paling berat, terjadi pada minggu pertama dalam 6
minggu setelah melahirkan.

2. Faktor Penyebab :
 Faktor sosial kultural (dukungan suami dankeluarga, kepercayaan atau etnik).
 Faktor obstetrik dan ginekologik (kondisi fisik ibu dan kondis fisik bayi).
 Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
 Merasa terisolasi

3. Gejala :
1. Curiga berlebihan
2. Kebingungan
3. Sulit konsentrasi
4. Bicara meracau atau inkoheren
5. Pikiran obsesif (pikiran yang menyimpang dan berulang-ulang)
6. Impulsif (bertindak diluar kesadaran)
LANJUTAN

4. Pencegahan (Ambarwati, 2008).


 Pelajari diri sendiri

 Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa


pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini.
Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
 Tidur dan makan yang cukup

 Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik


dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode
pospartum.
 Olahraga

 Beritahukan perasaan ibu

 Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat

 Persiapan diri dengan baik

 Lakukan pekerjaan rumah tangga

 Dukungan emosional
DEPRESI PASCA PERSALINAN DALAM PERSPEKTIF GENDER
YESSY KURNIATI
DOI: 10.24014/MARWAH.V20I1.11923 MARWAH: JURNAL PEREMPUAN, AGAMA DAN
JENDER
(P-ISSN: 1412-6095|E-ISSN: 2407-1587)
VOL. 20, NO. 1, 2021, HAL. 43 – 60

 DPP merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang terjadi pada
perempuan pasca persalinan. DPP dapat menyebabkan perempuan tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan baik, terutama sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya. Penyebab DPP terdiri dari faktor biologi
dan faktor psikososial. Faktor Biologi contohnya seperti terjadinya
perubahan hormone persalinan dan defisiensi zat gizi. Sedangkan faktor
psikososial seperti dukungan suami, dukungan keluarga, kepuasan
dalam rumah tangga dan karakter ibu. DPP dijelaskan pula dalam Al
Qur’an sebagai bentuk gangguan emosi pada perempuan selepas
melahirkan. Gangguan tersebut terjadi pada emosi takut, sedih, marah
dan cinta. Terdapat bias gender pada faktor-faktor penyebab DPP yang
termanifestasi dalam bias memahami psikologi perempuan. Masyarakat
perlu diberikan pemahaman tentang bias gender pada kejadian DPP
untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT , BENEFIT F CHILDBIRTH CARE COUNSELING FOR MOOD OF POSPARTUM PERIOD. YUNI PURWATI.
KUSTI NINGSIH

Postpartum care counseling given to postpartum mothers at Wates General


Hospital, Kulonprogo is significantly effective in improving postpartum mood
changes for postpartum mothers.
Health workers in prenatal units should provide information through
postpartum and infant care counseling for each prenatalcli ent in the third
trimester or after having parturient process so that postpartum mothers can be
ready for their childbirth and baby care. Furthermore, we expect our study to
be used by stakeholders in managing standard operational procedure on
postpartum care. We also expect that our study be used by other researchers as
references. Lastly, we expect our study to be further developed with more
related researches.
TERIMA KASIH

You might also like