You are on page 1of 24

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

KELOMPO
K2
INTERAKSI KEPUTUSAN INVESTASI DENGAN
KEPUTUSAN PENDANAAN
Dosen Pengampu : Satira Yusuf S.E., M.Si

Tahun Ajaran 2023/2024


KELOMPOK 2 :

• Raihan Khairun Nisa B1C121176


• Risno Asniar. P
B1C121183
• Septiyani Makmur
B1C121190
• Ulmy Apriyani Zahra B1C121197
• Zauhariatuz Nur Azizah B1C121208
• Aliadin
B1C121215
Konsep Dasar Interaksi Keputusan Investasi
dengan Keputusan Pendanaan logo

Apabila investor berpikir bahwa suatu investasi dianggap menguntungkan berdasarkan dari jenis investasinya,
maka pemikiran seperti ini merupakan keputusan investasi. Sedangkan, apabila investor berpikir bahwa suatu
investasi dianggap menguntungkan bukan didasarkan dari jenis investasinya tetapi dari keputusan pembiayaannya
apakah menggunakan modal sendiri atau menggunakan hutang. Maka pemikiran seperti ini merupakan keputusan
pendanaan. Ada dua cara yang dipergunakan untuk mengkaitkan keputusan investasi dengan keputusan
pendanaan:
·Dengan menggunakan biaya modal rata-rata tertimbang
·Dengan menggunakan MetodeAdjusted Present Value.
Penggunaan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang

Cara ini mendasarkan diri pada pemikiran bahwa jika suatu investasi akan dibiayai
dengan berbagai sumber dana, sedangkan masing-masing sumber dana mempunyai
biaya yang berbeda-beda, maka perlu dihitung rata-rata tertimbang dari biaya-biaya
modal tersebut. Biaya modal rata-rata tertimbang inilah yang kemudian
dipergunakan sebagai tingkat keuntungan yang layak dalam perhitungan NPV (atau
sebagai cut-off rate dalam perhitungan IRR). Karena itu, untuk menggunakan
metode ini perlu ditaksir terlebih dulu biaya modal dari masing-masing sumber dana.
Penggunaan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang

1. Biaya Sendiri
• Menaksir biaya modal sendiri dengan menggunakan Capital Asset Pricing Modal (CAPM) dengan
menggunakan rumus :

• Apabila proyek direncanakan akan dibiayai dengan proporsi hutang yang mungkin berbeda dengan proporsi
hutang sewaktu diperoleh taksiran beta, maka perlu disesuaikan seandainya perusahaan tidak menggunakan hutang
terlebih dulu. Rumus yang dipergunakan adalah:
Penggunaan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang

• Cara lain yang sering digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan cash flow. Karena sulitnya memperkirakan arus dividen di
masa yang akan datang. Maka rumus yang sering dipergunakan adalah model pertumbuhan konstan, yang menyatakan bahwa:

• Disamping menggunakan cara di atas, mungkin juga dipergunakan cara yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller, yang
menyatakan bahwa:
2. Biaya Hutang
logo

Biaya utang atau disebut sebagai cost of debt adalah sejumlah biaya atau kewajiban yang harus dibayar oleh
perusahaan atas setiap utang-utang yang dimilikinya, seperti hutang bank maupun obligasi perusahaan.

Untuk menaksir berapa besarnya biaya hutang tersebut, maka konsep present value diterapkan. Misalnya, suatu
perusahaan akan menerbitkan obligasi dengan jangka waktu 10 tahun, membayarkan bunga sebesar 14% per
tahun. Nilai nominal obligasi tersebut adalah Rp1.000.000. sewaktu ditawarkan ke masyarakat, obligasi tersebut
hanya laku terjual dengan harga Rp980.000.

Dalam persoalan tersebut kita bisa menghitung biaya hutang (𝑘𝑒) sebagai berikut:
Dengan melakukan trial and error bisa dihitung bahwa 𝑘𝑑 sekitar 14,40%.
Faktor pajak perlu diperhatikan dalam menaksir biaya hutang. Karena umumnya pembayaran bunga
bersifat tax deductible. Selain itu, penaksiran arus kas untuk penilaian profitabilitas investasi didasarkan
atas dasar setelah pajak, maka biaya hutang perlu disesuaikan dengan pajak.

Rumus yang dipergunakan adalah:

Dalam hal ini:


= Biaya hutang setelah pajak
t = Tarif pajak penghasilan

Untuk contoh di atas, apabila tarif pajak adalah 35%, maka biaya hutang setelah pajak adalah:
logo

Angka inilah yang akan dipergunakan untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang, apabila ada pajak dan
pembayaran bunga bersifat tax deductible.

Selain faktor pajak, faktor biaya floatation mungkin perlu juga dipertimbangkan. Apabila dalam penerbitan obligasi tersebut
dikeluarkan biaya floatation (emisi) sebesar Rp20.000 per lembar obligasi, maka dari Rp980.000 yang dibayar pemodal, hanya
Rp960.000 yang diterima oleh perusahaan. Dalam hal tersebut biaya hutang (sebelum pajak) adalah:

Kita akan memperoleh yang sedikit lebih besar dari 14,4% (sewaktu tidak ada floatation cost).
3. Biaya Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang memberikan jaminan kepada pemiliknya untuk menerima dividen dalam jumlah
tertentu berapapun laba (rugi) perusahaan. Karena saham preferen merupakan salah satu bentuk modal sendiri, maka
perusahaan tidak berkewajiban melunasi saham tersebut. Karena itu biaya saham preferen ( adalah:

Dalam hal ini:


D = dividen yang dibagikan setiap tahun
P = harga saham preferen tersebut
4. Penghitungan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang logo

Biaya moda rata-rata tertimbang atau dikenal dengan istilah weighted average cost of capital
(WACC) adalah rasio keuangan yang menghitung biaya pendanaan perusahaan untuk memperoleh
aset dengan membandingkan struktur utang dan ekuitas bisnis.
Misalkan suatu proyek akan didanai dengan komposisi sebagai berikut:

Sumber dana Komposisi


Emisi saham baru 40%
Laba yang ditahan 30%
Hutang 30%

Biaya laba yang ditahan (yaitu modal sendiri) ditaksir sebesar 19,0%, dan emisi saham baru
diperlukan biaya emisi 3%. Biaya hutang ditaksir sebesar 15% sebelum pajak. Pajak
penghasilan sebesar 35%.
5. Kesalahan yang Sering Dibuat dengan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang

Kesalahan cara yang dilakukan di atas adalah bahwa Direktur Keuangan menggunakan asumsi bahwa biaya
modal sendiri () konstan meskipun proyek akan dibiayai dengan proporsi dana yang lebih banyak dari hutang.
Hal ini tentu saja tidak benar, karena akan meningkat dan peningkatannya tidak lagi linier, apabila
perusahaan mengunakannya hutang yang makin banyak.

Kesalahan lain, adalah kemungkinan digunakannya struktur modal dari perusahaan saat ini. Padahal yang
seharusnya dipergunakan adalah struktur modal yang optimal. Dengan demikian biaya modal rata-rata
tertimbang berbeda dengan proposi pendanaan yang akan dipergunakan untuk proyek yang dianalisis.
Penaksiran Arus Kas Operasi dan Biaya Modal Rata-
Rata Tertimbang

Kesalahan lain yang sering dijumpai adalah sewaktu manksir arus kas operasi pada saat akan
dipergunakan biaya modal rata-rata tertimbang sebagai cut-off rate dalam perhitungan IRR atau NPV.
Kesalahan tersebut terjadi sewaktu dipergunakan cara menaksir arus kas operasi (proceed) dengan
cara :

Proceed = Laba setelah pajak + Penyusutan ….(9.6)

Cara tersebut hanya benar apabila kita mengasumsikan bahwa proyek akan dibiayai dengan 100% modal
sendiri. Dengan kata lain, dalam perhitungan laba setelah pajak, tidak dikurangi terlebih dulu dengan
pembayaran bunga. Apabila kita mengurangi terlebih dulu pembayaran bunga (karena proyek dibiayai
dengan hutang), maka akan terjadi perhitungan ganda jika digunakan rumus (9.6) diatas.
Misalkan suatu proyek hanya mempunyai usia ekonomis satu tahun. Aktiva tetap yang
diperlukan senilai Rp10 juta, dan modal kerja senilai Rp5 juta. Karena usia proyek hanya satu
tahun, maka penyusutan dalam tahun tersebut akan sebesar Rp10 juta (diasumsikan tidak ada
nilai sisa), dan modal kerja kembali dengan terminal cash inflow pada akhir tahun 1. Investasi
tersebut akan didanai oleh hutang sebanyak Rp10jt dengan bunga 15% per tahun ( =15%).
Dan modal sendiri Rp5jt (dengan =20%) Tarif pajak sebesar 25%.

Misalkan bahwa taksiran hasil operasi adalah sebagai berikut


Sedangkan biaya modal rata-rata tertimbang dihitung sebagai berikut:
Biaya modal rata2 tertimbang = (5/15)(0,20) + (10/15) (0,15) (1-0,25)
= 14.17%

Apabila proceed ditaksir seperti rumus (9.6), maka:


Proceed = 1,50 + 10,00
= Rp11,50 juta

Dengan memperhatikan terminal cash inflow sebesar Rp5,00 juta (dari modal kerja), maka NPV bisa dihitung
sebagai berikut:

Karena NPV negatif, maka proyek harus ditolak.


Apabila investasi (proyek) tersebut diharapkan masih akan memberikan kas masuk lebih besar Rp0,50 juta dari yang disyaratkan,
mengapa harus ditolak?

Dengan demikian nampak bahwa cara yang dipergunakan dalam menaksir proceed tidaklah tepat. Apabila kita menginginkan
menggunakan laporan rugi laba untuk dikonversikan menjadi proceed, dan proyek tersebut dibiayai dengan (sebagian) hutang, maka
cara penaksiran proceed dilakukan sebagai berikut:
Proceed = Laba setelah pajak + Penyusutan + Bunga (1-t) …(9,7)
Pengertian proceed ini sebenarnya sama dengan pengertian operating cash flow, yang dirumuskan sebagai:

Operating Cash Flow = NOPAT + Penyusutan, atau


Operating Cash Flow = EBIT (1-t) + Penyusutan

Dalam contoh , ini berarti:


Operating Cash Flow = 3,50 (1-0,25) + 10,0
= 2,625 +10,0
Sama dengan hasil perhitungan dengan rumus (9,7)
Dengan demikian NPV proyek tersebut adalah:

Karena NPV positif, maka proyek seharusnya diterima (perhatikan bahwa nilai NPV
tersebut sama dengan PV dari kelebihan arus kas).
Penggunaan Adjusted Net Present Value

Metode Adjusted Net Present Value (disingkat APV) pertama kali dikemukakan oleh Myers (1974).
Metode ini memulai analisis dengan menilai suatu proyek apabila dibiayai dengan modal sendiri
(Base Case NPV). Setelah itu, kemudian ditaksir dampak dari kebijakan pendanaan bagi proyek
tersebut.

Secara formal dirumuskan:


APV = Base Case NPV + PV dampak keputusan pendanaan

Pedoman (decision rule) analisisnya adalah, terima suatu proyek yang diharapkan memberikan APV
positif. Dengan demikian mungkin saja base case NPV-nya negatif, tetapi asalkan PV dampak keputusan
pendanaan nilai positifnya lebih besar dari nilai negatif base case NPV-nya, proyek tersebut dapat
diterima karena akan menghasilkan APV yang positif.
Penggunaan Adjusted Net Present Value

Base Case NPV = [3/(0,18 – 0,10)] – 40= -Rp2,5 miliar

Ini berarti bahwa apabila proyek tersebut dibiayai dengan 100% modal sendiri akan dinilai tidak
menguntungkan. Sekarang misalkan bahwa proyek tadi memungkinkan dibiayai dengan hutang (yang juga
bersifat permanen) sebesar Rp16 miliar dengan kd = 15%.

PV penggunaan hutang = t(B)


= 0,25(16)
= Rp4 miliar

Dengan demikian maka:

APV = -2,5 + 4,0


= +Rp1,5 miliar
Penggunaan Adjusted Net Present Value

Untuk proyek yang mempunyai usia ekonomis terbatas, maka diperlukan bagaimana rencana pendanaan
dari tahun ke tahun. Misalkan suatu proyek mempunyai usia ekonomis 3 tahun, menggunakan hutang
sebesar Rp300 juta, dan diangsur selama 3 tahun dengan besar angsuran pokok pinjaman yang sama.
Apabila bunga yang dibayar adalah 18% per tahun, dan tarif pajak adalah 35%, maka besarnya PV
penghematan pajak selama 3 tahun dapat dihitung sebagai berikut:

Keterangan:
Penghematan pajak = 0,35 x bunga
PV penghematan pajak tahun 1 = (18,90)/ (1+0,18) = 16,01
Seandainya kredit yang dipergunakan untuk membiayai proyek tersebut merupakan kredit dengan suku bunga
murah (atau subsidi), maka perhitungan dampak sampingan dari keputusan pendanaan akan berbeda. Misalkan
bahwa perusahaan memperoleh fasilitas kredit murah, dengan suku bunga hanya 12% per tahun, apabila pola
pengembalian kreditnya adalah seperti pada Tabel sebelumnya, maka pembayaran bunga dan pokok pinjaman
adalah sebagai berikut:

Dengan angsuran sebesar Rp 136 juta pada tahun 1, Rp 124 juta pada tahun ke-2, dan Rp 112 juta pada tahun ke-3,
perusahaan memperoleh kredit Rp300 juta.
Apabila tingkat bunga kredit yang umum adalah 18%, maka PV pembayaran kredit tersebut adalah:
Dengan demikian NPV kredit tersebut adalah:

Rp300 juta – Rp272,5 juta = Rp 27,5 juta

Hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut:

Dengan demikian maka:

APV = Rp20 + Rp27,5 + Rp19,26


= Rp66,76 juta
Kesimpulan

Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital/WACC) adalah ukuran biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendanai investasi dan operasi perusahaan. Penaksiran Arus Kas
Operasi (Operating Cash Flow/OCF) adalah pengukuran arus kas yang dihasilkan dari kegiatan
operasional perusahaan. OCF digunakan dalam perhitungan NPV (Net Present Value) untuk menentukan
apakah suatu proyek investasi layak atau tidak. Adjusted Net Present Value (ANPV) adalah metode
penilaian investasi yang mempertimbangkan efek dari keputusan pendanaan pada NPV.

kesimpulannya, interaksi antara keputusan investasi dan pendanaan sangat penting dalam penggunaan
biaya modal rata-rata tertimbang, penaksiran arus kas operasi, dan adjusted net present value. Keputusan
investasi dan pendanaan harus dipertimbangkan secara bersamaan untuk memastikan bahwa perusahaan
menghasilkan keuntungan yang optimal dan mengurangi risiko yang mungkin terjadi.
TERIMA KASIH

You might also like