You are on page 1of 17

Pterigium

Definisi, Lokasi

• Pterigium (pterygium) adalah kelainan pada konjungtiva


bulbi, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif.
• Pertumbuhan ini biasanya terdapat pada celah kelopak
bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke
daerah kornea.
• Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian
sentral atau di daerah kornea.
• Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka
bagian pterigium akan berwarna merah.
• Pterigium sering mengenai kedua mata.
Epidemiologi
• Pterigium dilaporkan bisa terjadi pada golongan laki-
laki dua kali lebih banyak dibandingkan wanita.
Jarang sekali orang menderita pterigium umurnya di
bawah 20 tahun. Untuk pasien umurnya diatas 40
tahun mempunyai prevalensi yang tertinggi,
sedangkan pasien yang berumur 20-40 tahun
dilaporkan mempunyai insidensi pterigium yang
paling tinggi.
• Prevalensinya meningkat dan daerah-daerah elevasi
yang terkena penyinaran ultraviolet
ANATOMI
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin
bersifat membasahi bola mata terutama kornea

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu


1.Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan
dari tarsus.

2.Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di


bawahnya.

3.Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal


dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan konjungtiva forniks berhubungan sangat longgar dengan
jaringan di bawahnya, sehingga bola mata mudah bergerak.1
ETIOPATOFISIOLOGI
Etiologi belum diketahui pasti. Teori yang dikemukakan :

1. Paparan sinar matahari (UV)


Paparan sinar matahari merupakan faktor yang penting dalam perkembangan
terjadinya pterigium. Hal ini menjelaskan mengapa insidennya sangat tinggi pada
populasi yang berada pada daerah dekat equator dan pada orang –orang yang
menghabiskan banyak waktu di lapangan.

2. Iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu)


Faktor lainnya yang berperan dalam terbentuknya pterigium adalah alergen, bahan
kimia berbahaya, dan bahan iritan (angin, debu, polutan).

UV-B merupakan mutagenik untuk p53 tumor supressor gen pada stem sel limbal.
Tanpa apoptosis, transforming growth factor-beta over produksi dan memicu
terjadinya peningkatan kolagenasi, migrasi seluler, dan angiogenesis. Selanjutnya
perubahan patologis yang terjadi adalah degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya
jaringan fibrovaskuler subepitelial. Kornea menunjukkan destruksi membran Bowman
akibat pertumbuhan jaringan fibrovaskuler.
GEJALA KLINIS
Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau
akan memberikan keluhan mata iritatif, gatal,
merah, sensasi benda asing dan mungkin
menimbulkan astigmat atau obstruksi aksis
visual yang akan memberikan keluhan gangguan
penglihatan
Klasifikasi
• Berdasarkan luas perkembangannya diklasifikasikan menjadi:
Stadium I : pterigium belum mencapai limbus
Stadium II : sudah mencapai atau melewati limbus tapi
belum mencapai
daerah pupil
Stadium III : sudah mencapai daerah pupil

• Berdasarkan progresifitas tumbuhnya :


1.Stasioner : relatif tidak berkembang lagi (tipis, pucat,
atrofi)
2.Progresif : berkembang lebih besar dalam waktu singkat
PENATALAKSANAAN
1. Karena munculnya pterigium akibat paparan lingkungan, penatalaksanaan
kasus dengan tanpa gejala atau iritatif yang sedang dengan kacamata anti UV
dan pemberian air mata buatan/topical lubricating drops. Pasien disarankan
untuk menghindari daerah yang berasap atau berdebu. Pterigium dengan
inflamasi atau iritasi diobati dengan kombinasi dekongestan/antihistamin
(seperti Naphcon-A) dan/atau kortikosteroid topikal potensi sedang (seperti
FML, Vexol) 4 kali sehari pada mata yang terkena.

2. Indikasi operasi eksisi pterigium yaitu karena


masalah kosmetik dan atau adanya gangguan penglihatan,
pertumbuhan pterigium yang signifikan (> 3-4 mm),
pergerakan bola mata yang terganggu/terbatas, dan bersifat progresif dari
pusat kornea/aksis visual.
3. Operasi mikro eksisi pterigium bertujuan mencapai
keadaan yang anatomis, secara topografi membuat
permukaan okuler rata. Teknik operasi yang umum
dilakukan adalah menghilangkan pterigium menggunakan
pisau tipis dengan diseksi yang rata menuju limbus.
Meskipun teknik ini lebih disukai dilakukan diseksi ke
bawah bare sclera pada limbus, akan tetapi tidak perlu
diseksi eksesif jaringan Tenon, karena kadang
menimbulkan perdarahan akibat trauma terhadap jaringan
otot. Setelah eksisi, biasanya dilakukan kauter untuk
hemostasis sclera.
• Beberapa teknik operasi antara lain :
-Bare Sclera : tidak ada jahitan atau menggunakan benang
absorbable untuk melekatkan konjungtiva pada sklera
superfisial di depan insersi tendon rektus, meninggalkan area
sklera yang terbuka. (teknik ini menghasilkan tingkat
rekurensi 40% - 50%).
-Simple Closure : tepi bebas dari konjungtiva dilindungi
(efektif jika defek konjungtiva sangat kecil)
-Sliding flap : insisi L-shaped dilakukan pada luka sehingga
flap konjungtiva langsung menutup luka tersebut.
-Rotational flap : insisi U-shaped dibuat membuat ujung
konjungtiva berotasi pada luka.
-Conjunctival graft: graft bebas, biasanya dari konjungtiva
bulbar superior dieksisi sesuai ukuran luka dan dipindahkan
kemudian dijahit. 6
DIAGNOSIS BANDING
-Pinguekula
Merupakan degenerasi hialin jaringan
submukosa konjungtiva.1
-Pseudopterigium
Merupakan perlekatan konjungtiva dengan
kornea yang cacat. Sering terjadi pada proses
penyembuhan tukak kornea.1
KOMPLIKASI
Komplikasi dari pterigium meliputi sebagai
berikut:
-Gangguan penglihatan
-Kemerahan
-Iritasi
-Gangguan pergerakan bola mata.
PROGNOSIS
Prognosis setelah eksisi pada pterigium pada penglihatan
dan kosmetik adalah baik. Prosedur yang baik dapat
ditolerir pasien dan disamping itu pada beberapa hari post
operasi pasien akan merasa tidak nyaman, kebanyakan
setelah 48 jam pasca operasi pasien bisa memulai
aktivitasnya. Bagaimanapun juga, pada beberapa kasus
terdapat rekurensi dan risiko ini biasanya karena pasien
yang terus terpapar radiasi sinar matahari, juga beratnya
atau derajat pterigium. Pasien dengan pterygium yang
kambuh lagi dapat mengulangi pembedahan eksisi dan
grafting.

You might also like