You are on page 1of 19

CROSS SECTIONAL STUDY

DESIGN

Dosen pengampu : Ihsanul Hafiz, S.Farm., M.Si., Apt.


Kelompok 1
• DINDA AYU PRIHATINI (1901011342)
• HAZRAINA HUMAIROH (1901011140)
• MUHAMMAD FURQON HERIANTO (1901011151)
• NOVIA ANANDA RIZKY (1901011342)
• NIKA SYAFRILA (1801011159)
• RIA ENJELINA SIHOMBING (1901011401)
• SELY SYILVIAN LUBIS (1901011159)
• SILVI WULANDARI (1901011163)
• WASLIYAH HARAHAP (1901011168)
DEFINISI
 Dalam penelitian kedokteran dan kesehatan, studi cross-sectional
merupakan suatu bentuk studi observasional (non-eksperimental)
yang paling sering dilakukan.
 Dalam arti yang luas, studi cross sectional mencangkup semua
jenis penelitian yang pengukuran variabel – variabelnya
dilakukan hanya satu kali.
 studi cross sectional disebut juga sebagai studi prevalens
(prevalence studi)
 Desain potong lintang dikenal juga dengan istilah
survey.
 Kunci utama dalam desain potong lintang adalah
sampel dalam suatu survey direkrut tidak
berdaasarkan status paparan atau suatu
penyakit/kondisi kesehatan lainnya,
 tetapi individu yang dipilih menjadi subjek dalam
penelitian adalah mereka yang diasumsikan sesuai
dengan studi yang akan kita teliti dan mewakili
populasi yang akan diteliti secara potong lintang
sehingga hasil studi bisa digenerilisasikan ke
populasi.
 Oleh karena itu, faktor paparan dan kejadian
penyakit/kondisi kessehatan diteliti dalam satu
waktu
Gambar Desain Studi Epidemiologi
Gambar Alur Studi Cross Sectional
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan cross sectional untuk mengindentifikasi faktor
risiko ini kemudian disusun dalam tabel 2 x 2.
Untuk desain seperti ini biasanya dihitung adalah rasio
prevalens, yakni perbandingan antara prevalens suatu penyakit
atau efek pada subjek dari kelompok yang mempunyai faktor
risiko yang diteliti, dengan prevalens penyakit atau efek pada
subjek yang tidak mempunyai faktor risiko. Rasio prevalens
menunjukkan peran faktor risiko dalam terjadinya efek pada
studi cross sectional
Efek
Ya Tidak Jumlah
Faktor Risiko Ya a B a+b
Tidak c D c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Gambar. Tabel 2 x 2 menunjukkan hasil pengamatan studi cross sectional


A = subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek
B = subjek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
C = subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
D = subjek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek

Rasio prevalens dihitung dengan membagi prevalens efek pada kelompok dengan
faktor risiko dengan prevalens efek pada kelompok tanpa faktor risiko.
RP = a/(a+b) : c/(c+d)
Tabel perbandingan 3 desain studi
observasional
Arah pengusutan status paparan dan
penyakit
Tabel masalah penelitian dan desain studi
Tujuan Studi Cross Sectional

• Mencari prevalensi serta indisensi satu atau


beberapa penyakit tertentu yang terdapat di
masyarakat.
• Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada
penyakit-prnyakit tertentu dengan perubahan yang
jelas.
• Menghitung besarnya risiko tiap kelompok, risiko
relatif, dan risiko atribut.
Jenis Studi Cross Sectional

Studi potong
lintang
deskriptif
Studi Potong
Lintang
mempunyai 2 jenis
studi, yaitu :
Studi potong
lintang analitik
Ciri-ciri Penelitian Cross Sectional

 Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode


tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali
selama satu penelitian.
 Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan
kelompok yang terpajan atau tidak.
 Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek
studi, misalnya hubungan antara Cerebral Blood Flow pada perokok,
bekas perokok dan bukan perokok.
 Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis
spesifik.
 Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat
digunakan sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau
eksperimental.
Langkah-Langkah Studi Cross Sectional

Merumuskan
pertanyaan Mengidentifikasi
Menetapk subjek Melaksanakan Melakukan
penelitian variabel bebas
penelitian pengukuran analisis
beserta hipotesis dan tergantung
yang sesuai
Interpretasi hasil

Bila nilai risiko prevalens = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko
tersebut tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain ia
bersifat netral.

Bila rasio prevalensnya > 1 dan rentang interval keperayaan tidak mencakup
angka 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya penyakit

Apabila nilai rasio prevalensnya < 1 dan rentang nilai interval kepercayaan tidak
mencakup angka 1, maka berarti faktor yang di teliti justru akan mengurangi
kejadian penyakit,bahkan variabel yang diteliti merupakan faktor protektif

Bila nilai interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1, maka berarti
pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut mungkin nilai prevalensnya = 1,
sehingga belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang dikaji tersebut merupakan
faktor risiko atau faktor protektif.
Kelemahan Penelitian Cross Sectional

Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data risiko dan
efek dilakukan pada saat yang bersamaan

Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai masa sakit
yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek

Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang
dipelajari banyak.

Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi maupun prognosis

Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang

Tidak menggambarkan perjalanan penyakit.


Kekuatan Penelitian Cross Sectional
Studi cross sectional memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum,
tidak hanya para pasien yang mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup
memadai.

Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh

Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus

Jarang terancam loss to follow –up (drop out)

Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau


eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya.

Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih konklusif.

Membangun hipotesis dari hasil analisis


THANK YOU

You might also like