You are on page 1of 11

Fizhella Rentia

2106102010046
Pragmatik

“DEIKSIS”
Deiksis Yunani deiktikos “hal yang
menunjuk secara langsung”.

Dalam bahasa Yunani, deiksis merupakan istilah teknis untuk


salah satu hal mendasar yang dilakukan dalam tuturan.
Menurut KBBI cetakan 2005, deiksis adalah hal atau fungsi menunjuk
sesuatu di luar bahasa atau kata yang mengacuh kepada persona, waktu, dan
tempat suatu tuturan.

Menurut Wijana (1996: 6) deiksis adalah kata-kata yang memiliki referen


yang berubah-ubah atau berpindah-pindah.

Deiksis dapat diartikan sebagai lokasi dan identifikasi orang, objek,


peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang
diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat
dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara (Lyons, 1977: 637 dalam
Djajasudarma, 1993: 43).
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah bentuk bahasa baik
berupa kata maupun lainnya yang berfungsi sebagai penunjuk hal atau fungsi tertentu
di luar bahasa. Dengan kata lain, sebuah bentuk bahasa bisa dikatakan bersifat deiksis
apabila acuan/ rujukan/ referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti pada siapa
yang menjadi si pembicara dan bergantung pula pada saat dan tempat dituturkannya
kata itu. Jadi, deiksis merupakan kata-kata yang tidak memiliki referen yang tetap.
Seperti contoh dialog berikut ini:

Ani : Hari ini saya akan pergi ke Surabaya. Kalau kamu?


Ali : Saya santai di rumah.

Kata ‘Saya’ di atas sebagai kata ganti dari dua orang. Kata pertama adalah kata ganti
dari Ani. Sedangkan kedua adalah kata ganti Ali. Dari contoh di atas, tampak kata
‘saya’ memiliki referen yang berpindah-pindah sesuai dengan konteks pembicaraan
serta situasi berbahasa.
Dilihat dari antesedennya, deiksis dibedakan atas lima macam yakni, deiksis persona,
deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial.

Contoh:

Saya melihat mereka di pasar kemarin.


Duduklah bersamaku di sini.
Saya tidak dapat menolong Anda sekarang ini.
Wati belum mendapatkan pekerjaan, padahal dia sudah diwisuda dua tahun yang lalu.
Apakah saya bisa menemui Bapak hari ini?
1. Deiksis Persona (Deiksis Orang)
Deiksis persona merupakan deiksis yang menunjukkan diri penutur.
Deiksis persona berkaitan dengan peran peserta yang terlibat dalam
peristiwa berbahasa. Deiksis ini biasanya berupa kata ganti orang. Kata
ganti orang itu ada tiga kategori yaitu orang pertama, orang kedua dan
orang ketiga.
Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona
pertama. Apabila ia tidak berbicara lagi dan kemudian menjadi
pendengar, maka ia berganti memakai topeng yang disebut persona
kedua. Orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan
(tetapi menjadi bahan pembicaraan) diberi topeng yang disebut persona
ketiga.
Kata ganti orang pertama merupakan rujukan pembicara kepada dirinya
sendiri. Dengan kata lain kata ganti persona pertama merujuk pada orang yang
sedang berbicara. Kata ganti persona ini dibagi rnenjadi dua, yaitu kata ganti
persona pertama tunggal dan kata ganti persona pertama jamak.

Kata ganti persona pertama tunggal mempunyai beberapa bentuk, yaitu aku,
saya, daku. Selain bentuk kata ganti persona di atas, digunakan pula nama-
nama orang untuk menunjuk persona pertama tunggal (Samsuri, 1987:238).
Anak-anak biasa memakai nama diri untuk merujuk, pada dirinya misalnya
seorang anak bernama Agus suatu ketika dia ingin makan dan dia
mengucapkan “Agus mau makan” yang berarti ‘Aku mau makan’ (bagi diri
Agus). Akan tetapi apabila kalimat itu diucapkan oleh seorang ayah atau
seorang ibu dengan nada bertanya seperti “Agus mau makan?” maka nama
Agus tidak lagi merujuk pada pembicara tetapi merujuk pada persona kedua
tunggal (mitra tutur).
Kata ganti persona kedua adalah rujukan pembicara kepada lawan bicara. Dengan kata lain
bentuk kata ganti persona kedua baik tunggal maupun jamak merujuk pada lawan bicara.
Bentuk pronomina persona kedua tunggal adalah kamu, tuan, anda, kau, dan engkau.
Sedangkan bentuk pronomina persona kedua jamak yaitu kalian.

Sebutan untuk pronomina persona kedua dalam bahasa Indonesia banyak ragamnya,
seperti anda, saudara, leksem kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak dan leksem jabatan
seperti guru, dokter. Pemilihan bentuk mana yang harus dipilih ditentukan oleh aspek
sosiolinguistik. Bentuk bapak/pak, ibu/bu yang merupakan bentuk sapaan kekeluargaan
menandakan dua pengertian. Pertama, orang yang memakai bentuk-bentuk tersebut
memiliki hubungan akrab dengan lawan bicaranya. Kedua, dipergunakan untuk memanggil
orang yang lebih tua atau orang yang belum dikenal. Dengan kata lain pengertian kedua
menandakan hubungan antara pembicara dengan lawan bicara kurang akrab. Sedangkan
bentuk saudara, anda biasanya digunakan untuk menghormati dan ada jarak yang nyata
antara pembicara dan lawan bicara.
Kata ganti persona ketiga merupakan kategori-sasi rujukan pembicara kepada
orang yang berada di luar tindak komunikasi. Dengan kata lain bentuk kata
ganti persona ketiga merujuk orang yang tidak berada baik pada pihak
pembicara maupun lawan bicara.
Bentuk kata ganti persona ketiga dalam bahasa Indonesia ada dua, yaitu
bentuk tunggal dan bentuk jamak. Bentuk tunggal pronomina persona ketiga
mempunyai dua bentuk, yaitu ia dan dia yang mempunyai variasi -nya.
Bentuk pronomina persona ketiga jamak adalah mereka di samping arti
jamaknya, bentuk mereka berbeda dengan kata ganti persona ketiga tunggal
dalam acuannya. Pada umumnya bentuk pronomina persona ketiga hanya
untuk merujuk insani. Bentuk pronomina persona ketiga jamak ini tidak
mempunyai variasi bentuk, sehingga dalam posisi manapun hanya bentuk itu
yang dipergunakan. Penggunaan bentuk persona ini digunakan untuk
hubungan yang netral, artinya tidak digunakan untuk lebih menghormati atau
pun sebaliknya.
Kata ganti persona ketiga selain merujuk pada orang ketiga juga
kemungkinannya merujuk pada persona pertama dan persona kedua.
Adanya Kemungkinan rujukan lain merupakan akibat adanya perbedaan
konteks penuturan.

Contoh ketiga macam deiksis personal di atas dalam kajian pragmatik


adalah seperti dalam dialog berikut ini.

Novi : Liburan nanti kamu pergi kemana?


Septi : Aku mau ke Sangata. Kalau kamu?
Novi : Aku ke Sangata juga.
Danar: Mereka semua liburan. Aku kesepian deh (gumam Danar dalam hati).
Sumber Rujukan:
Listyarini, Sarifah Firda Arindita Nafarin. (2020). Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. ANALISIS DEIKSIS DALAM
PERCAKAPAN. Jurusan Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Adab dan
Bahasa, Institut Agama Islam Negeri. Surakarta, Indonesia

https://
www.rumpunnektar.com/2015/05/tentang-deiksis-dan-jenis-jenis-deik
sis.html?m=1
#:~:text=Deiksis%20bisat%20diartikan%20sebagai%20luar,kata%20
yang%20berada%20di%20depan

NND, Narayukti. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa


Indonesia Vol 9 No 2, Oktober 2020 86. ANALISIS DIALOG
PERCAKAPAN PADA CERPEN KUDA PUTIH DENGAN JUDUL
“SURAT DARI PURI” : SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK
“DEIKSIS”. Program Studi Pendidikan Bahasa Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.

Joko yulianto, Deiksis 19 juni 2012. Jurnal Joko Yulianto: DEIKSIS.


Pascaunesa2011.blogspot.com

You might also like