Professional Documents
Culture Documents
Analisa Perancangan Sistem - P3
Analisa Perancangan Sistem - P3
System
Proposal tersebut merangkum apa saja yang diketahui dan apa saja yang akan dilakukan, terdiri dari:
a. Pernyataan masalah yang diucapkan dengan cermat yang mengarah ke analisis.
b. Ringkasan temuan dan rekomendasi daftar temuan utama dan rekomendasi penelitian. Ini sangat ideal untuk pengguna
yang membutuhkan akses cepat ke hasil analisis sistem yang diteliti. Kesimpulan dinyatakan diikuti dengan daftar
rekomendasi dan justifikasi untuk itu.
c. Rincian temuan garis besar metode dan prosedur yang dilakukan oleh sistem yang ada diikuti dengan cakupan tujuan
dan prosedur sistem kandidat. Termasuk juga diskusi tentang laporan keluaran, struktur file, dan biaya dan manfaat
dari sistem kandidat.
d. Rekomendasi dan kesimpulan- rekomendasi khusus mengenai sistem kandidat termasuk penugasan personel, biaya,
proyek jadwal, dan tanggal target.
Pada tahap ini file yang dihasilkan adalah file proposal proyek. Dokumen proposal proyek minimum
meliputi:
a. Keuntungan yang diperoleh pengguna dari sistem informasi yang akan dikembangkan.
b. Biaya yang diperlukan untuk pengembangan.
c. Waktu yang diperlukan untuk melakukan pengembangan sistem.
Selama fase permulaan proyek pengembangan sistem, identifikasi nilai bisnis yang kuat harus
menjadi dasar. Proyek harus dimulai dari kebutuhan atau peluang bisnis yang jelas, dengan teknologi
sebagai pendukung. Pemahaman tentang bisnis dan tujuannya harus mendahului pemahaman tentang
teknologi. Idealnya, staf TI dan bisnis bekerja bersama untuk mengintegrasikan teknologi dalam
memenuhi kebutuhan bisnis. Permintaan sistem yang diajukan oleh sponsor proyek memulai proses
pengembangan proyek.
Komite persetujuan memutuskan apakah akan mengevaluasi proposal tersebut. Jika disetujui,
analisis kelayakan dilakukan untuk memeriksa aspek teknis, ekonomi, dan organisasi. Hasilnya
membantu dalam menilai apakah proyek ini layak dilanjutkan. Keputusan akhir proyek dipilih
setelah pertimbangan risiko, manfaat, dan trade-off di tingkat organisasi.
a. Identifikasi Proyek
Materi ini menggarisbawahi bahwa proyek-proyek dikembangkan dalam respons terhadap
kebutuhan bisnis yang muncul, didorong oleh peluang, masalah, atau strategi bisnis baru. Sponsor
proyek memainkan peran kunci dalam memastikan kesuksesan proyek dengan memahami
persyaratan bisnis tingkat tinggi dan nilai yang diharapkan dari sistem. Proses dimulai dengan
dokumen permintaan sistem sebagai langkah pertama dalam pengembangan sistem yang
memenuhi kebutuhan bisnis.
b. Analisis Kelayakan
Kesimpulan dari materi ini adalah bahwa analisis kelayakan adalah langkah penting setelah
menetapkan kebutuhan dan persyaratan bisnis proyek. Analisis ini mencakup aspek teknis,
ekonomi, dan organisasional, serta evaluasi risiko. Hasilnya digabungkan menjadi studi
kelayakan untuk membantu organisasi memutuskan kelanjutan proyek. Studi kelayakan dapat
direvisi selama pengembangan proyek, dan jika risiko atau batasan melampaui manfaat yang
diharapkan, proyek bisa dibatalkan atau perbaikan dilakukan.
c. Pemilihan Proyek
Dalam persetujuan proyek, panitia pertimbangkan nilai bisnis, risiko teknis, dan keterkaitan
dengan portofolio perusahaan. Keputusan proyek dipengaruhi oleh faktor seperti anggaran,
perubahan organisasi, proyek lain, dan keselarasan dengan strategi perusahaan.
d. Estimasi Penyelesaian
Proyek Setelah semua kasus penggunaan berhasil dikategorikan, manajer proyek memasukkan
jumlah setiap jenis kasus penggunaan ke dalam tabel pembobotan kasus penggunaan yang
tidak disesuaikan yang terdapat dalam lembar kerja estimasi titik kasus penggunaan.
Selanjutnya, manajer proyek menghitung nilai poin kasus penggunaan yang tidak disesuaikan
dengan hanya menjumlahkan total bobot aktor yang tidak disesuaikan dan total bobot kasus
penggunaan yang tidak disesuaikan.
Materi ini menyoroti dua alur kerja penting dalam pengelolaan lingkungan dan infrastruktur
selama pengembangan perangkat lunak. Alur kerja lingkungan fokus pada pemilihan perangkat
yang tepat dan standar yang sesuai untuk digunakan selama pengembangan. Sementara alur kerja
manajemen infrastruktur melibatkan pemilihan jenis dokumentasi yang sesuai, pengembangan,
modifikasi, dan penggunaan kembali komponen yang telah ditentukan sebelumnya. Kedua alur
kerja ini mendukung tim pengembangan dalam menjalankan proses pengembangan dengan lebih
efisien dan sesuai dengan standar yang berlaku.