Tumor Laring Fixxxxxxxxxx

You might also like

You are on page 1of 42

Laporan Kasus

Pasien Laki-laki usia 48 Tahun dengan Dypsnoe ec.Tumor Laring (Jackson IV)

Disusun oleh:
dr. Kurniati Arungpadang

Supervisor Pembimbing:
dr. Asmawati, Sp.THT-KL

Supervisor Pendamping
dr. Fransiscus Agustinus Wabia, Sp.PD
PENDAHULUAN

 Laring berperan sebagai organ sentral dalam koordinasi fungsi saluran

aerodigestif atas seperti bernapas, berbicara dan menelan.

 Secara klinis laring dibagi menjadi tiga bagi yaitu supra glotis (kranial dari

plika vokalis), glotis (plika vokalis) dan sub glotis (kaudal dari plika

vokalis).

 Tumor ganas laring sampai saat ini masih menjadi masalah di bidang Ilmu

Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala dan Leher didapatkan data dasar

dari tumor ganas nasional 10 tahun terakhir sebanyak 295.000 kasus dan
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AN
Usia : 48 tahun
Pekerjaan : Polisi Pamong Praja
LAPORAN KASUS
Status perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Masuk RS : 05 Juni 2023
No RM : 182872
ANAMNESIS

Keluhan utama : Sesak Nafas

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien rujukan dari Rumah Sakit Angkatan Laut, masuk dengan keluhan sesak
nafas sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu dan dirasakan semakin memberat
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat
menelan sehingga pasien mengalami kesulitan saat menelan makanan padat
dalam jumlah banyak. Suara serak dirasakan pasien sejak kurang lebih 1 tahun
terakhir dan semakin memberat. Pasien mengeluhkan batuk sesekali dan terasa
banyak lendir di tenggorokan, untuk keluhan batuk berdarah, pilek, demam,
mual, muntah disangkal. BAB dan BAK baik.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak memiliki keluhan atau gejala seperti ini sebelumnya
Riwayat penggunaan obat-obatan tertentu (-)
Riwayat penyakit paru-paru (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat darah tinggi (-)
Riwayat kencing manis (-)
Riwayat kelainan genetik (-)
Riwayat penyakit hati (-)
Riwayat penyakit ginjal (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan atau gejala yang sama dalam keluarga.
Riwayat Kebiasaan:
Pasien seorang perokok aktif sejak masa remaja dengan jumlah 1 sampai 2 bungkus rokok perhari, pasien juga
mengaku sering mengomsumsi alcohol dalam sebulan biasanya pasien mengonsumsi 2 sampai 3 kali.
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi umum : Tampak sasak berat
Kesadaran : Compos mentis (E4 V5 M6)

TTV:
Tekanan Darah : 110/79 mmHg.
Nadi : 108 kali/menit
Pernapasan : 38 kali/menit.
Suhu : 36,2 °C.
SpO2 : 99 % (O2 Nasal Canul 5 lpm)

Status Generalis:
K/L: CA -/-, SI -/-, Candidiasis oral (-), P JVP (-), P> KGB(-), tenggorokan: disfagia +, serak +, evaluasi
tenggorokan sulit karena pasien sesak
Tho: Simetris, Ikut gerak nafas, Sn Ves +/+, Rho +/+, Whz -/-, stridor +/+ retraksi supra sternal (+)
retraksi interkostal (+)
Abd: Cembung, BU (+) Kesan Normal, Nyeri tekan(-), H/L ttb/ttb
Eks: Akral teraba hangat, CRT < 3 detik, edem (-),sianosis (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan darah rutin tanggal 05 Juni 2023
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 12,6 12-14 mg/dl
WBC 20.010 5000-10000 /ul
RBC 5.11 4.60- 6.50
HCT 44,4 40.0-49.0
MCV 86,9 86.0-110.0
Malaria Negatif
HbsAg Negatif
GDS 123 < 200 mg/dl
Ureum 36 10-15
Kreatinin 0,52 0,3-1,3
Asam Urat 8,1 Lk. 3,5-7,2 mg/dl
Pr.2,6-6,0 mg/dl
SGOT 43 Lk. <35U/L Pr. <31U/L
SGPT 30 Lk. <45U/L Pr. <34U/L
Cholesterol 167 <200mg/dl
Triglicerida 129 <200mg/dl
HDL 37 <40 mg/dl
LDL 104 <150mg/dl
Hasil Pemeriksaan MSCT Leher tanpa kontras tanggal 06 Juni 2023

Tampak lesi solid (48 HU) disertai densitas cairan (8-21 HU) bentuk oval
ukuran +/-2,4 x 2,0 x 3,1cm dilaring sisi kanan melewati midline dan menyempit
airway dengan diameter lumen tersempit +/- 0,6cm setinggi corpus VC5. Tampak
lympnode disubmandibula kanan ukuran +/- 1,1 x 1.0cm. Tak tampak osteolitik
pada tulang-tulang yang tervisualisasi.

Kesan : Temuan diatas masih mungkin suatu massa laring yang


menyempitkan airway dengan diameter lumen tersempit +/- 0,6cm setinggi
corpus VC 5.
Hasil pemeriksaan Foto thorax PA tanggal 06 Juni 2023

Cor : ukuran membesar dengan CTR +/-


58%

Pulmo : tampak konsolidasi di parahilar


kanan dan paracardial kiri

Kesan : kosolidasi di parahilar kanan


dan paracardial kanan kiri dapat
merupakan diagnosis differential:
Pneumonia, metastase di paru,
cardiomegaly.
Diagnosis : Stridor pro evaluasi + Coronary Arteri Deasese + Susp PPOK+ Hiperurisemia.

Tatalaksana bagian Interna:


IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
O2 nasal kanul 5 lpm

Drip neurosanbe 1 amp/12 jam

Inj. Ceftriaxone 1 gram/8 jam IV

Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam IV

Inj. Metilprednisolon 0,5 cc/8 jam IV.

PO : Aspilet 1x80 mg, Clopidogrel 1x75 mg, Acetylsistein 3x200 mg, Allopurinol 1x100 mg

Pasien dirawat oleh bagian Interna dan di konsul ke bagian THT untuk rawat bersama
FOLLOW UP PASIEN DI IGD
Tanggal Keluhan Tatalaksana

S : Sesak (+)
0 : TD : 107/87 mmHg N: 96 x/ menit RR: 38 x/m T: 36,6© SpO2:
Follow up
99% (Nasal canul 5 lpm).
bagian THT 05 P : Posisi ½ duduk, Nebuliezer Combivent/12 jam, Pro endoskopi
Pada pemeriksaan Faringoskopi tampak flak keputihan pada buccal,
Juni 2023 atau CT-Scan Leher Axial, Foto Thorax, Terapi lanjut TS Interna.
pemeriksaan laringoskopi indirek pasien tidak koperatif kesan
Edema aritenoid, epiglotis hiperemis edema, tampak massa
menutupi plika vocalis dextra Sub Epiglotis massa sulit di evaluasi.
A : Dypsnoe Tumor Laring + Kriteria Jackon IV

S : Sesak (+)
P : Cito pro Treakostomi kerjasama dengan TS Bedah. Konsul
0 : TD : 110/83 mmHg N: 98 x/ menit RR: 38 x/m T: 36,2© SpO2:
6 Juni 2023 anastesi, puasa jam 24.00 WIT. Terapi lanjut TS Interna.
99% (Nasal canul 5 lpm).
A : Tomor Laring + (Jackson IV)

S : Sesak (+) P : Premedikasi : Inj.Ceftriaxone 1gr/8 jam IV,


7 Juni 2023
0 : TD : 108/87 mmHg N: 88 x/ menit RR: 38 x/m T: 36,5© SpO2: Inj.As.traneksamat 500mg/12jm IV, rencana trakeostomi jika ada
Pukul 08.00
99% (Nasal canul 5 lpm), Massa laring (+). alat trakeostomin. Evaluasi saturasi 1-2 jam. Terapi lanjut TS
WIT
A : Tomor Laring Interna.
FOLLOW UP PASIEN DI IGD
Tanggal Keluhan Tatalaksana

S : Sesak (-)
0 : TD : 112/89 mmHg N: 90 x/ menit RR: 24 x/m T: P : 02 Nasal canul 5 lpm, Inj.Ceftriaxone 1gr/8
FOLLOW UP POST
36,5© SpO2: 99% (Nasal canul 5 lpm).Status lokalis jam IV, Inj.As.traneksamat 500mg/12jm IV,
OPERASI
07 Juni 2023 pada regio colli terpasang canul. Suction lendir intermitten, evaluasi saturasi
pukul 16.30 WIT oksigen bila kurang dari 90% lapor DPJP.
A : Post trakeostomi H-0 ec Tumor laring

S : Sesak (-) lemas (-) makan minum cukup.


P : Ganti celana canul, suction intermintten,
0 : TD : 116/84 mmHg N: 90 x/ menit RR: 24 x/m T:
08 Juni 2023 edukasi mobilisasi, krepitasi (+) pindah
36,5© SpO2: 99% (Nasal canul 5 lpm). Terpasang
ruangan terapi lanjut dari TS Interna.
canul 7.

A : Post trakeostomi H-1 ec Tumor laring


FOLLOW UP PASIEN DI RUANGAN
Tanggal Keluhan Tatalaksana
S : Sesak (-) lemas (-) makan minum cukup.
0 : TD : 112/89 mmHg N: 90 x/ menit RR: 24 x/m T:
09 Juni 2023 36,5© SpO2: 99% (Nasal canul 5 lpm). Terpasang canul P : Nebuliezer Combivent + Nacl 3cc/12 jam,
7.0, krepitasi menurun. Suction lendir intermitten, ganti celana canul
A : Post trakeostomi H.2 ec Tumor laring terapi lanjut dari TS interna.

S : Sesak (-) lemas (-) makan minum cukup, Batuk (+),


Demam (-)
10 Juni 2023 0 : TD : 112/89 mmHg N: 90 x/ menit RR: 24 x/m T: P : Ganti celana canul terapi lanjut dari TS
36,5© SpO2: 99% (Nasal canul 5 lpm). Terpasang canul interna.
A : Post trakeostomi H-3 ec Tumor laring

S : Sesak (-) lemas (-) makan minum cukup, Batuk (+),


Demam (-)
11 Juni 2023 0 : TD : 120/78 mmHg N: 100 x/ menit RR: 24 x/m T: P : Cuci Ganti celana canul terapi lanjut dari TS
36,5© SpO2: 99% (Nasal canul 5 lpm). Terpasang canul interna.
A : Post trakeostomi H-4 ec Tumor laring
FOLLOW UP PASIEN DI RUANGAN
Tanggal Keluhan Tatalaksana

S : Sesak (-) lemas (-) makan minum P : Terapi lanjut dari TS interna, rujuk ke RS
cukup, Batuk berkurang, Demam (-) Wahidin Sudirohusodo pro biopsy laring.
12 Juni 0 : TD : 122/98 mmHg N: 100 x/ menit
2023 RR: 23 x/m T: 36,5© SpO2: 99% (Nasal
canul 5 lpm). Terpasang canul
A : Post trakeostomi ec Tumor laring H-
5
Gambaran setelah dipasang dipasangkan canul trakeostomi
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang
rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik
dan ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa.
Tulang dan tulang rawan laring yaitu :
• Os Hyoid

Anatomi Beberapa tulang rawan yakni :


• Cartilago Thyroidea
• Cartilago Cricoidea
• Cartilago Arythenoidea
• Cartilago Corniculata
• Cartilago Epiglottica
Otot-otot ekstrinsik : Otot Instrinsik

 Otot elevator (menarik laring ke atas) :  Otot-otot aduktor


- M. Milohioid, M. Geniohioid, M.Digrastikus - m. arytenoid transversal dan oblik
dan M. Stilohioid - m. thyroaritenoid
 Otot depressor (menarik laring ke bawah) : - m. krikoarytenoid lateral
Anatomi - M. Omohioid, M. Sternohioid dan  Otot-otot abduktor
M.Tirohioid M. krikoaritenoideus posterior
 Otot-otot tensor
- m. tiroaritenoideus
- m. vokalis
- m. krikotiroideus
Persarafan laring
Pembuluh darah laring

Laring dipersrafi oleh cabang – cabang nervus  Arteri pada Laring


vagus, yaitu :  Arteri pada Laring terdiri dari dua
 N .laringis superior, mempersarafi m. cabang :
krikotiroid – Arteri Laryngis superior mendarahi
 N. laringis inferior, mempersarafi otot-otot mukosa &
Anatomi laring bagian lateral dan superior – Arteri Laryngis inferior otot-otot
Laring.
 Vena-vena pada Laring berjalan
sejajar dgn arteri, tdd:
– Vena Laryngis sup.
– Vena Laryngis inf.
Fisiologi Laring mempunyai fungsi dasar yaitu sebagai organ ;

 Fonasi

 Respirasi

 Prokteksi

 Menelan
Etiologi

Etiologi dari tumor laring belum diketahui secara pasti, tetapi


beberapa faktor resiko diidentifikasi pada beberapa kasus:

 Asap Rokok

 Alkohol

 Karsinogen Lingkungan

 Human papilloma virus


HPV
KLASIFIKASI TUMOR
Jinak
Tumor laring → massa pada laring
Ganas

Tumor jinak : Tumor ganas laring (karsinoma laring)


-Papiloma -Karsinoma sel skuamosa
-Adenoma -Karsinoma verukosa
-Kondroma -Adenokarsinoma
-Mioblastoma -Kondrosarkoma
-Hemangioma
-Lipoma
-Neurofibroma
Tumor laring berdasarkan letak

Tumor laring terbagi atas 3 bagian berdasarkan letaknya, yaitu :


Supraglotis
mulai dari tepi atas epiglotis sampai batas atas glotis
termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

Glotis
mengenai pita suara asli.

Subglotis
tumbuh lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas pita
suara asli sampai batas inferior krikoid.
Histopatologi Tumor Ganas

Karsinma sel skuamosa Karsinoma verukosa Adenokarsinoma Kondrosarkoma

 95 – 98% dari  Tumor yang secara  Insidennya 1%.  Tumor ganas yang
semua tumor ganas histologis  Sering dari berasal dari tulang
laring, dengan rawan krikoid 70%,
kelihatannya jinak, kelenjar mukus
derajat differensiasi tiroid 20% dan
yang berbeda-beda. akan tetapi klinis supraglotis dan aritenoid 10%.
ganas. subglotis dan
 nsidennya 1 – 2% tidak pernah
dari seluruh tumor dari glotis.
ganas laring  Sering
 Tumor tumbuh bermetastase
lambat tetapi dapat ke paru-paru
membesar dan hepar.
Gejala Klinis

Serak

Dyspneu dan Stridor

Nyeri tenggorokan

Disfagia

Batuk dan Hemoptisis


Penegakan Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
-Riwayat gangguan
suara -Pemeriksaan THT rutin
-Gangguan menelan
-Riwayat penyakit paru, operasi bedah,
dan intubasi

Pemeriksaan Penunjang
-Laringoskopi
-Mikrolaringoskopi
-Radiologi foto polos leher dan
thorax
-CT Scan laring
-Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring
sebagai diagnosa pasti.
Tatalaksana
Ada tiga cara penanggulangan yang lazim
dilakukan, yakni :

Pembedahan:
Radioterapi Laringektomi : Kemoterapi
 Laringektomi parsial
 Hemilaringektomi
 Laringektomi Supraglotis
 Laringektomi total
Prognosis

Prognosis Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli.
Secara umum dikatakan five years survival rate pada karsinoma laring

Stadium I 90 – 98%

Stadium II 75 – 85%

Stadium III 60 – 70%

Stadium IV 40 – 50%
DISKUSI
ANAMNESIS
Kasus Teori
Pada penemuan hasil anamnesis pada Sesak napas atau dispnue dirasakan
pasien ini didapatkan adanya keluhan sesak akibat gangguan jalan napas oleh masa
napas sejak 2 bulan yang lalu dan tumor, penumpukan kotoran atau secret,
memberat sejak 1 hari sebelum masuk maupun oleh fiksasi pita suara.
rumah sakit. Sumbatan yang terjadi secara perlahan-
lahan dapat di kompensasi oleh pasien.

Pasien juga mengeluh adanya nyeri


tenggorokan sehinngga sulit saat menelan Keluhan nyeri pada tenggotokan dapat
makanan bervariasi dari rasa goresan sampai rasa
nyeri tajam dan nyeri menelan. Rasa
nyeri menelan menandakan adanya
tumor ganas lanjut yang mengenai
struktur ekstra laring.
ANAMNESIS
Kasus Teori
Pada pasien juga ditemukan adanya suara Serak merupakan gejala paling dini tumor pita
serak kurang lebih 1 tahun dan semakin
memberat. suara, hal ini disebabkan karena gangguan fungsi
fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi
oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman
tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan
pita suara. Pada tumor ganas laring, pita suara
gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh
ketidakteraturan pita suara, oklusi atau
penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot
vokalis, sendi dan ligament krikoaritenoid, dan
kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di
pita suara akan mengganggu gerak maupun
getaran kedua pita suara tersebut.
FAKTOR RESIKO

Kasus Teori

Pasien juga merupakan perokok aktif Merokok dan mengonsumsi alcohol dalam jumlah
banyak adalah salah satu factor resiko terjadinya kanker.
sejak masa remaja dengan jumlah 1 Pada pererokok akan menghirup asap rokok yang terdiri
sampai 2 bungkus rokok perhari, pasien dari ribuan zat kimia salah satunya adalah Polisiklik
Aromatik Hidrokarbon (PAH).
juga mengaku sering mengomsumsi
PAH adalah senyawa karsinogenik yang sifat
alcohol dalam sebulan biasanya pasien
karsinogeniknya akan meningkat sesuai dengan jumlah
mengomsumsi 2 sampai 3 kali. cincin benzene di dalamnya.

Kandungan zat kimia yang terdapat didalam rokok


dapat menyebabkan terjadi mutasi gen yang berulang yang
berakibat akan memicu ketidakstabilan genetik dan akan
menyebabkan kanker.
Selain senyawa PAH, tembakau mengandung senyawa tobacco specific
nitrosamines (TSNAs) yang merupakan karsinogen yang memiliki peranan besar
dalam meningkatkan risiko keganasan rongga mulut. Enzim antioksidan dalam tubuh
akan melakukan keseimbangan untuk melakukan metabolisme dan detoksifikasi zat
karsinogen yang ada pada tembakau dan apabila enzim ini tidak bekerja optimal
dapat berkontribusi terjadinya kanker.
Sampai saat mekanisme yang mendasari kanker akibat konsumsi alkohol masih
belum diketahui pasti. Ada beberapa kemungkinan mekanisme alkohol mencetuskan
kanker. Kandungan etanol dan metabolit utama yaitu asetaldehid berperan sebagai zat
karsinogen (pencetus kanker). Etanol yang dikonsumsi akan diserap di usus halus
yang kemudian di metabolisme oleh enzim alkohol dehidrogenase menjadi
asetaldehid di dalam hati.

Ketika alkohol dikonsumsi berlebihan, sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) akan


mengkatalis etanol menjadi asetaldehid dan juga akan menghasilkan Reactive
Oxygen Species (ROS). Produksi ROS inilah yang akan dapat menyebabkan
kerusakan DNA (mengganggu juga metilasi DNA), lipid, dan protein sel sehingga
memicu proses kanker.
FAKTOR RESIKO

Kasus Teori

Dari pemeriksaan fisik pada pasien Adanya stridor dan retraksi intercostal

ditemukan adanya stidor saat bernapas dan menandakan adanya obstruksi pada saluran napas
karena massa tumor. Dari hasil pemeriksaan
pada saat inspeksi ditemukan adanya
faringoskopi tampak flak keputihan pada buccal,
retraksi intercostal dan retraksi supra
dan pada pemeriksaan laringoskopi indirek pasien
sternal tidak koperatif kesan edema aritenoid, epiglotis
hiperemis edema, tampak massa menutupi plika
vocalis dextra sub epiglotis massa sulit di
evaluasi. Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi
tumor dan penyebaran tumor
Pemperiksaan Penunjang
Kasus Teori

Pada pemeriksaan penunjang pada pasien Pada pemeriksaan CT scan laring dapat
dilakukan pemeriksaan MSCT leher tanpa kontras memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih
didapatkan kesan : Temuan diatas masih mungkin seksama, misalnya perjalanan tumor pada tulang
suatu massa laryng yang menyempitkan airway rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta
dengan diameter lumen tersempit +/- 0,6cm metastase kelenjar getah bening leher.
setinggi corpus VC 5. Foto thorax diperlukan untuk menilai keadaan
Dan dilakukan juga pemeriksaan foto thorax PA paru ada atau tidaknya metastasis diparu,
didapatkan kesan: kosolidasi di parahilar kanan pemeriksaan radiologi biasanya menentukan
dan paracardial kanan kiri dapat merupakan penyebaran penyakit, bisa memberikan informasi
diagnosis differential: Pneumonia, metastase di perluasan ke kartilago, ruang paraglotis, ruang
paru, cardiomegaly. ekstra laring
TATALAKSANA
Kasus Teori

Pasien termasuk dalam obstruksi jalan Trakeostomi merupakan gold standar


napas stadium IV dengan ditemukan adanya dalam pengobatan obstruksi jalan nafas.
stridor saat bernapas dan pada inspeksi Trakeostomi merupakan prosedur
ditemukannya retraksi interkostal sehingga pembukaan dinding anterior leher untuk
penanganan awal yang dilakukan pada memasukkan tabung yang dapat
pasien ini adalah trakeostomi emergency membantu pasien yang kesulitan bernafas
untuk mengatasi obstruksi jalan napas atas dan mengalami penurunan kadar oksigen
stadium IV yang disebabkan oleh tumor. yang signifikan guna mencapai trakhea
sebagai jalan pintas untuk bernafas
sementara. Trakheostomi dapat dilakukan
melalui teknik pembedahan, baik elektif
maupun emergensi.
Sumbatan pada saluran pernapasan atas (laring) yang
disebabkan oleh adanya radang, benda asing, trauma, tumor
dan kelumpuhan nervus rekuren bilateral sehingga ventilasi
pada saluran pernapasan atas terganggu.
Stadium Jackson membagi sumbatan laring yang progresif, yaitu:

Grade I
Adanya retraksi di suprasternal yang ringan dan stridor. Pasien tampak tenang.

Grade II
Retraksi pada saat inspirasi di daerah suprasternal makin dalam, ditambah lagi dengan timbulnya retraksi di daerah
epigastrium. Pasien mulai gelisah.

Grade III
Retraksi selain di daerah suprasternal dan epigastrium, juga terdapat di supraklavikula dan infraklavikula dan di sela-
sela iga (interkosta). Pasien sangat gelisah dan dispnea.

Grade IV
Retraksi bertambah jelas. Pasien sangat gelisah, tampak ketakutan dan sianosis. Jika keadaan ini berlangsung terus,
maka penderita akan kehabisan tenaga dan pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnea. Setelah itu pasien
tampak tenang dan tertidur yang akhirnya pasien meninggal karena asfiksia.
Indikasi dasar trakeostomi secara garis besar adalah :
1. Pintas (bypass) obstruksi jalan nafas atas
2. Membantu respirasi untuk periode yang lama
3. Membantu bersihan sekret dari saluran nafas bawah
4. Proteksi traktus trakeobronkhial pada pasien dengan resiko aspirasi
5. Trakeostomi elektif, pada operasi bedah kepala leher sehingga
memudahkan akses dan fasilitas ventilasi
6. Mengurangi kemungkinan timbulnya stenosis subglotis.
Langkah-langkah teknik trakeostomi :
1. Pasien tidur posisi supine dengan meletakkan ganjal
diantara tulang belikat sehingga leher hiperekstensi dan posisi
trakea lebih tinggi dibanding dada.

2. Insisi kulit secara horizontal sepanjang 4- 6 cm dilakukan


1-2 cm dibawah cartilago krikoid. Insisi horizontal didepan
musculus sternocleidomastoideus. Beberapa ahli bedah lebih
menyukai insisi secara vertikal.

3. Insisi kulit sampai ke platisma kemudia diretraksi keatas


dan kebawah. Insisi vertikal pada fasia di garis tengah diantara
otot-otot strap. Kartilago krikoid akan terlihat dibagian atas
dan istmus tiroid dibagian bawah, diantaranya tampak
ligamentum suspensorium kelenjar tiroid.
Langkah-langkah teknik trakeostomi :
4. Istmus tiroid kemudian ditarik keatas dengan retraktor vena dan
akan tampak cincin trakea ke 2,3, dan 4. Jika istmus tiroid sulit
ditarik ke atas, dilakukan insisi horizontal pada ligamentum
suspensorium kelenjar tiroid, sisipka klem bengkok melalui insisi,
kemudian istmus tiroid dipotong dan dijahit ikat.

5. Dengan menggunakan jarum hypodermic yang berisi 1-2 ml


lidokain diinjeksikan pada lumen trakea, udara yang terlihat saat
jarum ditarik memastikan bahwa ujung jarum berada di dalam
lumen trakea. 6. Blade nomor 11 kemudian digunakan untuk
membuat lubang pada trakea, insisi horizontal 5-8 mm diatas cincin
trakea 2, 3, atau 4. Insisi diteruskan ke bawah melewati cincin
trakea.

6. Blade nomor 11 kemudian digunakan untuk membuat


lubang pada trakea, insisi horizontal 5-8 mm diatas cincin
trakea 2, 3, atau 4. Insisi diteruskan ke bawah melewati cincin
trakea.
THANK YOU

You might also like