You are on page 1of 45

REKAYASA MUTU

(QUALITY ENGINEERING)

PART-II
QUALITY AND RELIABILITY

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng

UNIVERSITAS SUMATERA 1
PART-II
MUTU DAN KEHANDALAN

I. Pendahuluan
II. Kehandalan Produk
III. Ekonomi mutu
IV. Disain Mutu

2
I. PENDAHULUAN
1.1 THE ACHIEVEMENT OF QUALITY
Untuk membangun sistem manajemen mutu terpadu yang berhasil,
ada dua faktor penting yang harus menjadi perhatian setiap perusahaan
yaitu metode (methods) dan budaya (culture). Metode terkait dengan
seperangkat sistem dan prosedur sedangkan budaya berkenaan dengan
seperangkat nilai (values), prilaku (behaviour) dan standar-standar yang
membuat perusahaan cocok / kompatibel secara manajemen dan tenaga
kerja.

Ditinjau dari faktor manajemen, budaya mutu perusahaan hanya


dapat dibangun dan dikembangkan jika manajemen memiliki komitmen
terhadap mutu misalnya keinginan kuat untuk :
◦ menegakkan suatu struktur manajemen mutu yang sesuai.
◦ menerima tanggung jawab mutu
◦ menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan 3
Seperti halnya dengan faktor manajemen, dari sudut faktor tenaga
kerja, budaya mutu hanya dapat dibangun apabila tenaga kerja
memiliki komitment untuk:
◦ bekerja dan terlibat penuh dengan perbaikan mutu
◦ bersedia menerima perubahan dalam metode kerja
◦ bersedia menadopsi sikap yang sesuai
Ke tiga elemen metods, management dan workforce akan dibahas
lebih rinci berikut ini.

1.2 METODE MUTU (QUALITY METHODS)


Gbr-3 adalah sebuah life cycle yang tipikal untuk produk engineering
yang menunjukkan tahapan yang berbeda mulai dari spesifikasi,
melalui design, production, distribution, installation, operation and
maintenance hingga final disposal sesudah digunakan. Lifecycle ini
sering juga dipandang sebagai quality system.
4
Clear specification
Market research Specification
Product life cycle
Quality objectives
User /customer
Producer / supplier
Quality system Robust design
Disposal Design Design testing
after use development Design review
Acquisition of data + Feedback data
customer opinion on Componennt spec
performance + reliability Supplier selection
Maintenance Component testing
after sales Procurement
Clear maintenance
procedure user support Verification process
Identification / control
Installation and of materials + compo
Clear installtion proce- Production On-line testing
commissioning
dure use support Assurance testing of
final product

Correct quality proce- Sales Packaging Correct handling,


dure distribution storage storage,
identification
Packaging
Gbr- 3 : Product Life Cycle and Quality System 5
Quality system ialah seperangkat prosedur yang dapat digunakan untuk
setiap tahap dalam product life cycle dan ditujukan untuk memperbaiki
mutu dari produk akhir. Prosedur-prosedur yang harus jelas dalam
quality system mencakup antara lain:

◦ Produksi dengan spesifikasi yang ditetapkan secara jelas yaitu


pernyataan tentang sasaran mutu dari produk yang dibuat.
◦ Pengembangan design yang teliti sesuai dengan spesifikasi
◦ Pengujian design untuk memastikan bahwa spesifikasi telah di-penuhi
◦ Review disain secara sistematik dengan mengendalikan perubahan
disain dan pengujian dari disain ulang terhadap spesifikasi.
◦ Spesifikasi dari komponen dan material yang akan dibeli
◦ Seleksi dari supplier komponen dan material
◦ Verifikasi bahwa incoming material dan components sesuai dengan
spesifikasi dan terdokumentasi
6
◦ Verifikasi bahwa proses produksi mampu memenuhi persyaratan
disain
◦ Metode untuk meyakinkan bahwa semua material dan komponen
sepenuhnya terkendali dan terdokumentasi ketika mengalir melalui
proses
◦ Metode untuk meyakinkan bahwa manufakturing equipment di-
setup dan dipelihara secara teliti untuk melakukan fungsi yang
diinginkan.
◦ Inspeksi dan pengujian produk ketika mengalir melalui proses.
◦ Pengujian produk yang telah jadi untuk memverifikasi bahwa spe-
sifikasi telah terpenuhi
◦ Verifikasi bahwa test pengukuran dan peralatan inspeksi sesuai
dengan spesifikasi dan dikalibrasi terhadap standar
◦ Metode untuk memastikan bahwa semua material, komponen dan
produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi dapat diidentifikasi
secara jelas dan dapat dipisahkan.
7
◦ Metode untuk meyakinkan bahwa untuk handling, storage, identifi-
kasi, packaging, pengiriman dan instalasi dari produk terlaksana
secara benar.
◦ Penyediaan dukungan teknikal after-sales untuk instalasi, commis-
sioning dan maintenance.
◦ Penyediaan data tentang kinerja dan kehandalan (reliability) opera-
sional dan lain-lain dari produk setelah diinstalasi dan commissioning.
◦ Penggunaan semua feedback data dalam pengembangan spesi-fikasi
untuk penggantian produk.

1.3 MANAJEMEN MUTU


Struktur organisasi yang sesuai dalam sistem manjemen mutu adalah
seperti ditunjukkan dalam Gbr-4. Kebutuhan pertama yang penting
dipenuhi dalam struktur tersebut ialah appointment pengangkatan
Manajer Mutu (appointment of Quality Manager) dalam tanggung
jawab semua aspek mutu.
8
Managing Director /
General Director

Design & Engineering Production


Quality Engineering Sales
Manufacturing

Objectives System Implementation Manual Documentation Testing Correction


programmes + Auditing
Training equipment Cost

Gbr- 4 : Struktur Organisasi Manajemen Mutu

Idealnya, Quality Manager harus melapor secara langsung kepada


Managing Director / General Manager dan berada dalam level yang sama
dengan Design & Engineering, Production Manufacturing, Quality
Engineering dan Sales. Tanggung jawab dari Quality Manager adalah
sebagai berikut: 9
◦ Penetapan sasaran mutu (quality objectives) misalnya spesifikasi
dari setiap produk yang dihasilkan perusahaan.
◦ Memformulasikan sistem mutu (the formulation of a quality system)
untuk mencapai sasaran mutu berdasarkan prosedur dan metode
yang telah dispesifikasi di atas.
◦ Implementasi sistem mutu
◦ Membuat manual mutu yang sesuai dengan / selaras dengan sis-tem
mutu yang telah ditetapkan
◦ Pendidikan dan latihan untuk semua personal sehingga semuanya
memahami metode dan prosedur dari sistem dan secara teknikal
kompeten untuk melaksanakannya
◦ Mendokumentasi metode dan prosedur yang meliputi laporan in-
speksi, dan laporan pengujian, laporan audit, laporan review
material, data kalibrasi dan laporan biaya mutu.
◦ Pemeliharaan catatan-catatan yang teliti mengenai semua tran-saksi
yang mempengaruhi pengiriman produk,seperti input untuk material,
komponen riwayat manufakturing dan dokumen pengirman 10
◦ Program pengujian dan kalibrasi / pemeliharaan dari pengujian,
pengukuran dan inspeksi peralatan
◦ Pengambilan tindakan dalam semua situasi yang dapat mempe-
ngaruhi mutu dari produk yang dikirimkan
◦ Auditing sistem mutu untuk memeriksa bahwa sistem tersebut
berjalan sesuai dengan spesifikasi. Auditing harus mencakup
internal (self audit procedure dalam sistem mutu itu sendiri) dan
juga eksternal (oleh auditor eksternal yang independen baik oleh
organisasi maupun individual)
◦ Identifikasi dan monitoring biaya dan benefit finansial yang ber-kaitan
dengan sistem mutu tersebut.

1.4 KOMITMEN TENAGA KERJA TERHADAP MUTU


Manajemen memiliki tanggung jawab utama dalam meyakinkan bahwa
semua tenaga kerja telah paham akan metode dan prosedur dari
sistem mutu dan secara teknikel mampu mengimplementasikannya.
11
Faktor tersulit berikutnya terkait dengan tenega kerja ialah mem-
bangun dan menumbuhkan kesediaan mereka untuk memikul
tanggung jawab terhadap mutu produk yang mereka hasilkan. Hal ini
terkait dengan faktor motivasi untuk berprestasi dalam mutu (mutu
standar) dan fleksibilitas dalam menerima metode dan prosedur kerja
baru serta kemampuan untuk mengkritisi diri sendiri dan menerima
kritik dari luar.

Inspeksi adalah metode yang lebih awal dalam mengendalikan variasi


mutu dalam produk. Para inspektor memiliki otoritas untuk menolak
produk yang berada di luar spesifikasi. Ada tiga kelemahan yang
ditemukan dalam proses inspeksi yang pada dasarnya adalah human
inspection yaitu:
a. Inspeksi tidak bersifat sempurna, karena faktor manusia sehingga
ada peluang kegagalan dalam mendeteksi cacat (assignable causes).
b. Para operator cenderung termotivasi untuk membebaskan diri dari
kerja bermutu dan mengejar kuantitas karena ada pihak lain
(inspektor) yang bertanggung jawab dalam mutu.
12
c. Kegiatan inspeksi membuat biaya produksi semakin tinggi karena
pekerjaan inspeksi bersifat khusus sehingga harus dibayar lebih
tinggi dari pekerjaan normal.

Untuk mengatasi kelemahan dari sistem pengendalian mutu maka ada


beberapa konsep yang telah dikembangkan agar faktor mutu
tidak lagi bersandar pada kegiatan inspeksi yaitu:

◦ Operator control (para operator terkait diberi wewenang dan tang-


gung jawab atas mutu kegiatannya dengan cara memonitor,
mengukur dan memperbaiki hasil kerja yang tidak memuaskan)
◦ Zero defect (para operator dikawal dan dimotivasi untuk bekerja
sesuai sistem prosedur agar produk-produk yang dihasilkannya
bebas dari cacat)
◦ Quality circle (kelompok-kelompok kecil operator sepanjang
production line diorganisir agar mereview hail kerjanya secara
kontunu). 13
II. KEHANDALAN PRODUK
2.1 PENGERTIAN KEHANDALAN
Kehandalan (reliability) R suatu produk diartikan sebagai probabilitas
bahwa produk tersebut dalam interval waktu tertentu dan pada kondisi
tertentu secara terus menerus mampu memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan. Jika dalam interval waktu yang ditetapkan produk itu gagal
memenuhi spesifikasi tersebut maka produk tersebut dikatagorikan sebagai
produk gagal. Dengan demikian unreliability F suatu produk ialah
probabilitas bahwa aproduk tersebut dalam interval dan kondisi tertentu
gagal memnuhi spasifikasi yang telah ditetapkan.

Suatu produk gagal memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dapat terjadi


karena berbagai faktor antara karena faktor ke ausan (wearing out),
kerusakan mekanikal, korosi dan lain-lain). Baik reliability dan unrealibility
bervariasi dengan waktu. Jadi R(t) menurun dengan bertambahnya waktu
dan sebaliknya F(t) meningkat sejalan dengan waktu.
14
Karena pada pada waktu t produk berada dalam situasi survived atau
failed maka :

R(t) + F(t) = 1 atau R(t) = 1- F(t)

Sesuai dengan pengertiannya, reliability suatu produk adalah kemam-


puan produk tersebut mempertahankan mutu dengan berjalannya
waktu. Suatu produk hanya dapat dikatakan bermutu tinggi apabila
memiliki reliability yang tinggi. Tetapi sebaliknya tidak berlaku, yaitu
suatu produk yang mempunyai reliability yang tinggi belum dapat
disebut sebagai produk bermutu tinggi.

2.2 PRACTICAL RELIABILITY


R(t) dan F(t) adalah dependen terhadap waktu. Namun perlu pula
diketahui bagaimana reliability tidak dependen terhadap waktu. 15
Ada dua kasus yang akan dibahas yaitu non-repairable item dan
repairable item.

2.2.1 Non-Repairable Item


Misalkan ada N buah individual produk yang sifatnya non-repairable
sedang digunakan di lapangan untuk interval waktu T. Lamanya waktu
sampai pada produk tersebut gagal memenuhi spesifikasi (sebelum
mencapai T) kemudian dicatat. Diasumsikan bahwa semua item N
gagal mencapai waktu T dan item i hanya mampu bertahan selama
waktu Ti. Jadi Ti adalah survival time atauN upt ime untuk item ke i. Jadi
total up time untuk N kegagalan adalah: i 1
Ti dan mean time to fail
(MTTF):
Total up time
MTTF = ------------------------
Number of failure
N
1
MTTF 
N
T
i 1
i ..........
16
(1)
The mean failure rate  yang bersesuaian adalah sebagai berikut:

Mean time rate   = ---------------------


Number of f ailure
Total up time

   N
N ............................. (2)
T
i 1
i

Ada N survivor pada waktu t =0, N-1 pada waktu t = Ti dan menurun
menjadi 0 pada t = T. Gbr-5 menunjukkan bagaimana probabilitas
survival yaitu Ri  N  i  / Nmenurun dari Ri pada
1 t = 0 menjadi
Ri  0 pada t = T. Dari Gbr-5 terlihat bahwa pada segi empat ke i,
tinggi adalah 1/N dan panjang Ti, maka luas area adalah Ti / N yang
merupakan MTTF.
MTTF = Luas area dibawah grafik 17
Reliability Ri
1
T1
N  1/ N
T2
N  2  / N

R (t )

Ti
N  i  / N

1/ N
2/ N

1/ N
TN
0 T Time t

Gbr- 5 : Failure Pattern of Non-Repairable Item


18
Apabila N ∞ maka fungsi diskrit reliability Ri menjadi fungsi konti-
nu R(t). Luas area dibawah kurva R(t) adalah 0 R(t )dt sehingga:


MTTF   R(t )dt ...........................
0
(3)

2.2.2 Repairable Item


Gbr- 6 memperlihatkan failure TDj pattern untuk N item produk bersifat
yang repairable. Down time yang berkenaan dengan kegagalan
ke j (j th failure) adalah total waktu antara terjadinya
NF kegagalan dan
perbaikan item sehingga dapat kembali dioperasikanj 1
TDj secara normal..
Total down time untuk kegagalan ke NTotaladalah
down time
. Mean down time
adalah sebagai berikut: Number of failure
Mean down time = -----------------------
NF
1
MDT 
NF
T
j 1
Dj
19
.............................. (4)
Failure
Number
Up Down Up Down Up
Device 1
Number TD1 TD 2
Up Down Up
2 3
TD 3
Up Down Up
3 4
TD 4

Up Down Up
j
TDj

Up Down Up
N NF
TDN F
Test Time
T

Gbr- 6 : Failure Pattern of Reairable Items


20
Total up time dapat dicari dengan cara mengurangi total down time
dari NT:
N F

Total up time  NT   TDj . ...................... (5)


j 1

 NT  N F (MDT )

Mean time between failure (MTBF) adalah sebagai berikut:


NT  N F ( MDT )
MTBF  ................................. (6)
NF

Mean failure rate (  ) yang bersesuaian adalah:


Number of failure
Mean failure rate = ------------------------------
Total up time
NF

NT  N F (MDT ) ................................ (7)21
1
Mean failure rate adalah kebalikan dari MTBF atau  .
MTBF

Availability dari suatu produk adalah rasio antara total up time dan test
interval:

Total up time
AvailabilityTest
= -------------------
interval

Total up time
= ----------------------------------------
Total up time + Total down time
( N F )( MTBF )
=
( N F )( MTBF )  ( N F )( MDT )

MTBF
A
MTBF  MDT ............................ (8)
22
Unavailability (U) adalah rasio antara total test interval terhadap total
down time.
Total down time
Unavailability = ----------------------
Total interval

MDT
U
MTBF  MDT ........................... (10)

23
III. EKONOMI MUTU
2.1 PROFIT DARI MANUFAKTURING
Tahap perama dari product life cycle ialah penentuan spesifikasi mutu
produk dan reliability produk.

Spesifikasi mutu produk diartikan sebagai:


◦ Seperangkat target nilai (a set of target value) xT 
◦ Seperangkat target toleransi 

Spesifikasi reliabilitas produk diartikan sebagai:


◦ Suatu target failure rate T 

Gbr- 7 adalah sebuah model yang disederhanakan bagaimana profit


manufakturing terbentuk pada spesifikasi mutu dan reliability yang
ditetapkan. 24
Product
specification
xT , , T

Manufacturing S Number of Market


cost / unit C unit sold C

Market Selling
price / unit S

S Profit N
P=(S-C)xN
C

Gbr- 7 : Faktor-Faktor Pembentukan Profit


25
Spesifikasi produk xT  ,  dan spesifikasi reliability T  merupakan
faktor-faktor yang turut menentukan biaya produk per unit C. Karena
produk harus memberikan profit maka C turut pula menentukan
besarnya harga jual S. Harga jual S dan spesifikasi mutu dan
reliability produk dan N menentukan besarnya profit P, dimana:

P = (S-C) x N ............................................ (11)

2.2 MANUFACTURING COST (C)


Sasaran dari operasi manufakturing ialah membuat produk yang
memenuhi spasifikasi mutu dan spesifikasi reliabilitas xT , ,  dan T 
pada biaya manufakturing C yang minimum. Biaya manfakturing C
merupakan bersumber pada sejumlah komponen biaya seperti
ditunjukkan dalam Tabel- 3 .
26
Tabel- 3 : Elemen Dari Manufacturing Cost
Product Life Quality System Product Life Cycle Quality System
Cycle
1.Specification Quality manual P 6. Packing + Final product testing A
Distribution
Quality /reliability P Test equipment A
traning maintenance
2. Design Design testing- A 8. Sales + Re-inspection/re- F
robust design Distribution examination
3. Development Design review P Audit P
Design changes F 9. Installation Installation testing A
4. Procurement Component supplier P 10. Commissioning Commissioning F
selection failure
Component testing A Customer reject F
5. Production Material /component P Warranty claims F
identification
On-line testing A P = Prevention
A = Appraisal
Rework /rectification F
F = Failure
Scrap, defect F
27
Komponen-komponen biaya tersebut dikelompokkan atas dua kelom-
pok yaitu komponen biaya yang berada dalam kelompok product life
cycle cost (specification, design, development etc) komponen biaya
yang berada dalam kelompok sistem mutu (qualitiy system). Biaya
manufakturing dari kelompok product life cycle merupakan komponen
terbesar yaitu 85-95 % (Bentley,1993).

Komponen-komponen biaya manufakturing C dari kedua kelompok di


atas pada dasarnya dapat dipisahkan dalam tiga tipe biaya yaitu:

◦ Preventive (P) : Biaya pencegahan kegagalan


◦ Appraisal (A) : Biaya pengujian, inspeksi dan pengukuran
◦ Failure (F) : Biaya kegagalan (redesign, rework, scrap)
Sasaran pokok investasi dalam manufacturing operation ialah untuk
meningkatkan pencegahan kegagalan sehingga C menurun secara
signifikan.
28
2.3 SELLING PRICE (S)
Secara teoritis, harga jual S ditentukan oleh kondisi pasar dan C
dimana S selalu diupayakan lebih besar dari C. Tetapi dalam praktek
terutama dalam pasar yang bersaing sempurna S adalah konstan atau
cenderung menurun. Jika N dipengauhi oleh S maka perlu ditentukan
berapa besar S yang akan memberikan total profit P menjadi maksimum
(lihat Gbr-8).
C
MC C = manufacturing cost / unit
$ N = total volume of sales
MC = marginal cost
MR =marginal revenue

Quantity
MR uamtity29
Gbr-8: Selling Price Determination
2.4 NUMBER OF UNIT SOLD (N)
Jumlah unit produk terjual (N) ditentukan oleh banyak faktor, dua dian-
taranya yang terpenting ialah selling price (S) dan market condition. Ke
dua faktor di atas mempengaruhi customer satisfaction / user satisfaction
terhadap produk tersebut. Dalam mengukur kepuasan pelanggan, secara
praktis digunakan skala ordinal (sangat puas, puas, netral, tidak puas dan
sangat tidak puas). Ukuran di atas memiliki sifat diskrit, kualitatif dan
subjektif.

Namun demikian, mutu produk yang ditentukan oleh spesifikasi mutu


xT 
yaitu target value , toleransi danspesifikasi
 T 
reliabilitas se-muanya
bersifat kontinu. Terhadap variabel x kepuasan pelanggan
misalnya,
maksimum apabila = .xTetapi
 xTvariabel
 x
pada umumnya
bervarisi karena faktor random dan assignable causes sehingga makin
besar deviasi makin rendah tingkat kepuasan yang ditimbulkannya.
30
Tingkat kepuasan pelanggan kemudian dapat dikuantifikasi dengan
menggunakan biaya sebagai variabel pengganti.

2.5 USER COST


Ukuran yang paling relevan terhadap user costs ialah total lifetime
operating cost (TLOC atau sering juga disebut life cycle cost yaitu total
cost yang ditanggung oleh pengguna selama masa pakai produk
tersebut. Total cost ini terdiri dari tiga komponen yaitu:
◦ Initial cost ( purchase, delivery, installation, commissioning)
◦ Running cost over lifetime (fuel / energy, service)
◦ Cost of failures and maintenance over life time of product

TLOC = Initial cost + running cost +

costs of failure and maintenance 31


Kepuasan pengguna akan maksimum apabila TLOC minimum dan
sebaliknya. Oleh karena itu untuk memninimumkan TLOC, masing-
masing komponen biaya dari ke tiga komponen tersebut perlu
diintegrasikan untuk mendapatkan TLOC yang minimum.

a. Initial cost : Purchase merupakan sub-komponen biaya terbesar


sehingga negosiasi merupakan faktor penting untuk mendapatkan
purchase yang minimum.
b. Running costs: Users’ running cost ditentukan oleh deviasi x ter-
hadap . Misalnya untuk xTproduk
 berupa kenda-raan angkutan yang
salah satu target value nya ialah fuel consumption sebesar 40 mpg.
Jika dalam kenyataan hanya 30 mpg maka users’ cost akan
meningkat. Namun demikian, jika fuel consumption meningkat di atas
target value misalnya 45 mpg maka akan berkibat kerugian pada
karakteristik lain seperti keausan suku cadang dan lain-lain.

32
Oleh karena itu, untuk keperluan analisis, dapat didefinisikan users’
x nilai dari sebuah karakter kinerja kontinu
loss function l (x.) Jika adalah
dengan target maka
xT  l (x) kerugian yang ditanggung users
disebabkan deviasi x terhadap xT . Makin besar deviasi makin besar
loss bagi users dan sebaliknya. Loss function l (x) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
....................................... (12)
l ( x)  c( x  X T )
2

Nilai dari konstanta c dapat ditemukan melalui situasi apabila x ber-


ada di luar batas toleransi  yaitu dari ( xT  ) ke ( xT  ) (lihat
Gbr- 9 ). Dalam kondisi yang normal, manufacturer berkewajiban untuk
memperbaiki atau mengganti. Jika biaya memperbaiki atau mengganti
adalah A maka l ( x)  A
A  c( x    X T ) 2  c2
Jadi, c  A / 2 ................................... (13)
33
Tolerance range
I (x)

User’s
Loss

Target

xT   xT xT   x
Performance
Characteristic
Gbr- 9 : User’s Loss Function
34
IV. DISAIN MUTU
3.1 QUALITY DESIGN
Untuk pendekatan disain mutu digunakan metode Taguchi untuk
mendapatkan disain yang kokoh dimana semua item berada dalam
kondisi yang sesuai dengan spesifikasi (lihat Gbr-10 ).

Model Taguchi digunakan untuk produk-produk engineering seperti


kendaraan, alat-alat kontrol, mesin-mesin produksi, material handling
equipment dan lain-lain. Seperti ditunjukkan dalam Gbr-10 , continuous
performance characteristics ialah x , random x1 , x2variable
,......
ialah r dan design
r1 , r2 ,....
parameter ialah p p1 , p2 ,....
Diasumsikan bahwa setiap single performance chracteristic x yang
diinginkan selalu tergantung pada pdan  rsehingga:

....................................... (14)
x  f (p
, r)
35
3.2 EMPAT TAHAP PRODUCT DESIGN
Menurut metode Taguchi, ada empat tahapan untuk mendapatkan
robust design yaitu: protoype model, parameter design experiment,
performance statistic dan design review.

3.2.1 Prototype Model of Product


Untuk membuat model prototype, dibutuhkan initial set of valuep .
Prototipe yang dibuat berdasarkan initial value ini kemudian diuji
(computer simulation) untuk menemukan set of value p yang se-
sungguhnnya. Juga penting diidentifikasi random varibles r yang
mempengaruhi secara signifikan karakteristik kinerja x

36
Mengacu kembali pada contoh karakteristik kinerja kendaraan yaitu
x diukur dari besarnya mpg maka ter-gantung
fuel consumption yang
dari design parameter p mesin, berat kenda-raan, drag
kapasitas
koefisien, dan random varible seperti kecepatan
r angin, arah
angin, mutu bahan bakar, topografi jalan dan tingkat kece-patan
kendaraan.

3.2 EMPAT TAHAP PRODUCT DESIGN


Menurut metode Taguchi, ada empat tahapan untuk mendapatkan
robust design yaitu: protoype model, parameter design experiment,
performance statistic dan design review.

3.2.1 Prototype Model of Product


Untuk membuat model prototype, dibutuhkan initial set of valuep .
Prototipe yang dibuat berdasarkan initial value ini kemudian diuji
(computer simulation) untuk menemukan set of value p yang se-
sungguhnnya. Juga penting diidentifikasi random varibles r yang
mempengaruhi secara signifikan karakteristik kinerja x 37
Random variable
(r)

Continuous
performance
charcteristics
(x)

Continuous perfor- Desin Random


mance characteristic parameter variables
1. Kapasitas angkut Daya motor Kondisi jalan
Design parameters 2. Konsumsi BBM
(p) 3. Kecepatan
4.Daya tahan mesin

Gbr- 10 : Taguchi Model of A Product


38
Tabel- 4 : Environmental Variables
Climate Electromagnetic Mechanical Chemical /Atmospheric

Temprature Electrical fields Shock Corrosive


Pressure Magnetic filelds Acceleration - acids
Humidity Electromagnetic Vibration - alkalis
radiation
Windspeed - infra red - single frequency - salts
Windchill - optical - several frequency Dust
Sunlight - ultraviolet Biological
- microwave - fungi
- X-rays - insect
Flammable
Radioactive
- alpha
- beta
- gamma 39
3.2.2 Parameter Design Experiment
Parameter design experiment ditentukan oleh dua matrik yaitu design
parameter matrix dan random variable matrix. Misalkan ada empat design
parameter yaitu: . Untukp1masing-masing
, p2 , p3 , p4 design parameter ini
misalnya ada tiga value yaitu untuk p1 yaitu
dapat mengambil tiga value
untuk p11 , p12 , p13
dapat mengambil p2
p21 , p22 , p23
dan seterusnya. Dengan demikian, semuanya ada 4x3
= 12 value pyang berbeda dan
ij 3 4
 81 kombinasi value p . Hal ini
berarti ada 81 buah product design yang berbeda dan 81 buah test run
yang berbeda harus dilakukan.

Taguchi merekomendasi penggunaan orthogonal arrays untuk


mengurangi jumlah design yang harus di test sampai pada jumlah yang
dapat dilakukan secara wajar misalnya 9 buah test. Gbr-11 menunjukan
sebuah contoh design parameter matrix.
40
Random variable matrix
Test Variables
(j) r1 r2 r3
Design parameter matrix
x11
Design Parameters 1 r11 r21 r31 x12
(i) p1 p2 p3 p4 2 r11 r22 r32 x13 L1
3 r12 r22 r32 x14
1 p11 p21 p31 p41
4 r12 r21 r31
2 p11 p22 p32 p42
3 p11 p23 p33 p43
L2
4 p12 p21 p31 p41 Random variable matrix
5 p12 p22 p32 p42 Test Variables
6 p12 p23 p33 p43 (j) r1 r2 r3
7 p13 p21 p31 p41 x91
8 p13 p22 p32 p42 1 r11 r21 r31 x92
2 r11 r22 r32 L9
9 p13 p23 p33 p43 x93
3 r12 r21 r32 x94
4 r12 r22 r31
Gbr- 11 : Parameter Design Experiment 41
Misalkan pula ada tiga random variable masing-masing ialah r  r1 , r2 , r3
r r1
rdan setiap
11 , r12 dapat mengambil dua value misalnya mengambilr value
3
8
dan 2seterusnya. Denganrdemiikan ada 3 x2 = 6 buah yang
berbeda dan r kombinasi . Dengan menggunakan orthogonal
arrays jumlah dapat dikurangi menjadi hanya 4 buah . Tabel- me-
nunjukkan 3 x 4 random variable matrix. Karena untuk setiap design
dengan 4 parameter yang masing-masing membutuhkan 4 buah test maka
seluruhnya ada 36 cbuah 4 test yang perlu dilakukan.

L1   x1 j  xT  2

4 j 1

L2   x2 j  xT 
c 4 2

4 j 1

L9   x9 j  xT 
c 4 2
42
4 j 1
3.2.3 Performance Statistic
Untuk design parameter p, efek dari perubahan random variable r
ialah terjadinya deviasi pada karakteristik kinerja x secara random
dari taget value . xDiasumsikan
T bahwa user’s loss function l (x)
mempunyai nilai minimum pada x  xT Performance statistic Li adalah
mean value dari user,s loss untuk baris ke i pada parameter design
matrix, rata-rata dari baris ke n random variable matrix yaitu:

Li   l xij 
1 n
n j 1 ................................ (15)

dimana, xij adalahvalue dari karakteristik kinerja untuk baris ke i


dari design parameter matrix dan baris ke j dari random variable matrix
untuk i = 1, 2, 3,....... m dan j = 1, 2, 3, ........ n. Jika diasumsikan
quadratic loss function pers 16 maka performance statitistic menjadi:
2 ......................... (16)

Li   xij  xT 
c n
n j 1 43
Gbr- 11 menunjukkan perhitungan performance statistic L1hingga L9
ungtuk masing-masing dari sembilan product design yang akan di uji.
L
Design yang terbaik adalah design yang memberikan nilai terkecil

44
3.2.4 Design Review
Studi performance statistikLi menyarankan bahwa nilai baru dari
design parameter pakan masih dapat diturunkan apabila perbaikan
dlakukan. Oleh karena itu eksperimen berikutnya perlu dilakukan untuk
menemukan nilai p
yang memberikan Li lagi. Eksperimen
lebih rendah
diulangi hingga nilai benar-benaripmemberikan
 nilai minimum
dalam kisaran toleransi danxT   T 
. xKeseluruhan tahapan
Taguchi perlu diulangi untuk setiap karakteristik kinerja x
Prosedur pengujian di atas dikenal sebagai quality design and
qualification testing activities.

45

You might also like