You are on page 1of 19

Agama Islam I MKWU UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAGAIMANA Islam MENGHADAPI


TANTANGAN MODERNISASI
CAPAIAN MAHASISWA
Setelah mengkaji bab ini mahasiswa menjadi :
1.terbuka dan tanggap terhadap dinamika kehidupan modern dengan
mengaktualisasikan prinsip al-mukhafazhah ‘ala al-qadim al-shalih wa al-
akhdzu bi al-jadid al-ashlah.
2.berikhtiar secara maksimal dengan sabar, ikhlas, tawakkal untuk
mengembangkan ilmu dan profesi.
3.mampu menganalisis konsep iptek, Politik, sosial-budaya, ekonomi dan
pendidikan dalam perspektif Islam
4. menyajikan hasil proyek kerja tentang implementasi ajaran Islam dalam
konteks kemoderenan dan keindonesiaan serta mampu menyajikan mozaik
kasus dan solusi terkait konsep iptek, politik, sosial, ekonomi, dan pendidikan
dalam perspektif Islam.
(KD 1.7; 2.7; 3.5; 3.8; 4.6; dan 4.8)
LATAR BELAKANG :

1.Agama "ditantang" untuk bisa hidup secara eksistensial. Agama pun


diharapkan memiliki signifikansi moral dan kemanusiaan bagi keberlangsungan
hidup umat manusia. Secara realistik, tugas semacam itu masih dibenturkan
dengan adanya kehadiran modernitas yang terus menerus berubah dan menari-
nari di atas pusaran dunia sehingga menimbulkan gesekan bagi agama.
2.Peran agama tidak bisa dipandang sebelah mata. Kehidupan yang sangat
dinamis dan kompleks merupakan realitas yang tidak bisa dihindarkan dan
perlu direspon dalam konstruksi pemahaman agama yang dinamis pula. Tarik-
menarik antara tradisi (agama) dan modernitas (IPTEK, Seni, Ekonomi, Politik,
Budaya dan Pendidikan) menjadi wacana yang masih hangat untuk selalu
diperdebatkan. Terkadang masih ada kesan bahwa agama itu bertolak belakang
dengan modernitas.
3.Keadaan agama Islam di zaman modern ini sangat ditentukan sejauh mana
kemampuan umat Islam merespon secara tepat tuntutan dan perubahan yang
terjadi di era modern ini.
Memahami Konsep Islam tentang Iptek, ekonomi, politik, Sosial-
Budaya dan Pendidikan
A. Konsep dalam bidang iptek ‘alima-ya’lamu-‘ilman artinya “mengetahui,
pengetahuan”. Kata ini digunakan untuk mengetahui
objek pengetahuan dan proses untuk mendapatkannya
sehingga diperoleh suatu kejelasan. Pengetahuan
(knowledge) diperoleh manusia dengan cara
memberdayakan pancaindra terhadap segala objek.

segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan


IPTEK pancaindra dan hati (al-qalb). Adapun ilmu dalam arti
sains adalah suatu sistem pengetahuan menyangkut suatu
bidang pengalaman tertentu dan disusun sedemikian rupa
dengan metodologi tertentu (ilmiah) sehingga menjadi satu
kesatuan (sistem).

hasil penerapan paraktis dri ilmu pengetahuan. Atau


Metode Ilmiah untuk mencapai tujuan praktis

4
Keutamaan Orang Yang Berilmu
(QS. Al-Mujadalah : 11)

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
B. Konsepsi dalam seni-budaya

Seni merupakan ekspresi kesucian hati. Hati yang bening melahirkan karya
seni yang beradab.
Hidup dengan seni menjadikan hidup menjadi damai, indah dan nyaman.
Seni itu indah dan keindahan adalah sifat Tuhan.
Pada masa dahulu Seni dan Budaya bagi Bangsa Indonesia tidak hanya
merefleksikan pemahaman para seniman terhadap ajaran Islam, namun juga
dimaksudkan sebagai media untuk menciptakan kerukunan, kegotongroyongan
dan kontrol sosial. Dan bahkan menjadi penggugah semangat mengusir
penjajah
Dalam dunia modern, seni dapat menjadi pisau bermata dua bila di satu sisi
dapat menjadi pencerah jiwa manusia dalam kehidupan dan di satu sisi lagi
dapat mengancam nilai-nilai hakiki kemanusiaan.
C. Konsepsi dalam pendidikan

Tujuan pendidikan dalam Islam adalah merealisasikan ubudiah kepada Allah


baik secara individu maupun masyarakat dan mengimplementasikan khilafah
dalam kehidupan untuk kemajuan umat manusia.

Menurut An-Nahlawi, Islam mengemukakan tiga metode yaitu:
a.Paedagogis Psikologis
b.Saling menasehati antar-individu dan masyarakat
c.Menggunakan jalur kekuasaan
Tujuan pendidikan dikatakan berhasil manakala proses pendidikan dilakukan
dengan cara yang benar secara Qur’ani dan menyentuh ketiga ranah yang ada
dalam diri manusia yaitu akal, hati, dan jasmani.
D. Konsepsi dalam ekonomi
Menurut AM Saefudin (1997) ada enam pokok prekonomian, yaitu:
a. Barang dan jasa yang di produksi.
b. Sistem produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa
tersebut.
c. Sistem distribusi yang berlaku diantara para pelaku ekonomi.
d. Efesiensi dalam menggunakan faktor- faktor produksi.
e. Antisipasi terhadap fluktuasi pasar mulai dari inflasi, resesi, depresi, dan
lain- lain.
f. Ikhtiar manajemen produksi dan distribusi agar efesien.
Tolok Ukur Islami Atau Tidaknya Sebuah Sistem Ekonomi Adalah Adakah
Riba Dan Gharar (Spekulasi) Di Dalam Prosesnya. Seorang Pakar
Ekonomi Islam Yaitu Syafi’i Antonio Menjelaskan Jenis-Jenis Riba, Yaitu:
1.Riba Qardh. Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
diisyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh).
2.Riba Jāhiliyah. Utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam
tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan.
3.Riba Fadhl. Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran
yang berbeda, dan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis
barang ribawi.
4.Riba Nasī`ah. Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasi’ah
muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang
diserahkan satu waktu dan yang diserahkan waktu berbeda.
E. Konsepsi dalam politik

Politik dalam Islam disebut siyāsah, merupakan bagian integral (tak terpisahkan)
dari fikih Islam. Salah satu objek kajian fikih Islam adalah siyāsah atau disebut fikih
politik. Fikih politik secara global membahas masalah-masalah :
a.Siyāsah Dusturiyah (Hukum Tata Negara).
b.Siyāsah Dauliyyah (Hukum politik yang mengatur hubungan internasional).
c.Siyāsah Māliyah (hukum politik yang mengatur keuangan negara).
 Nilai-nilai Ilahiah yang terkandung dalam fikih siyāsah antara lain:
1. Al-amānah
2. Al-adalah
3. Al-hurriyyah
4. Al-musāwāh
5. Tabadul Al-ijtima
URGENSI PRESPEKIF ISLAM DALAM IMPLEMENTASI
IPTEK, EKONOMI, POLITIK, SOSIAL-BUDAYA DAN
PENDIDIKAN

IPTEK Dalam pandangan Islam tidaklah bebas


nilai, baik secara ontologis, epistemologis,
maupun aksiologis, sebab Allah adalah sumber
dari semua ilmu. Menurut Islam sumber ilmu
terbagi dua yaitu Ayat-ayat Qur`aniyah dan Ayat-
ayat Kauniah
Dalam hal seni, Islam memandang implementasi seni
haruslah yang tidak bebas nilai, sebab seni yang tidak
bebas nilai hakekaktnya dalah ekspresi jiwa yang suci,
sementara seni yang dalam implementasinya bebas nilai
akan melahirkan karya-karya seni yang cenderung
bertentengan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu
penting kiranya dipegang teguh oleh kita semua bahwa
ekpresi seni yang sejalan dengan ajaran ilam adalah
ekpresi seni yang idak bebas nilai yang dengan kata lain
tetaplah mengindahkan kaidah agama.
Dalam ekonomi, Islam dalam al-qur’an dan hadis dengan
tegas melarang praktek penindasan dan ekploitasi sesama
seperti memakan harta dengan cara yang bathil. Oleh karena
itu, Islam menentang keras praktek riba (bunga) dan segala
bentuk kedzhaliman dalam praktek ekonomi seperti gharar,
tadlis, masyir, dan ikhtikar
Dalam politik, Islam juga memandang pentingnya praktek
politik yang melahirkan keadilan bagi sesama oleh karena itu
setiap individu muslim dalam politik haruslah menjalankan
prinsip al-amanah, al-adalah, al-huriyah, al-musawah, dan
tabadul ijtima’i
Sementara dalam hal pendidikan, Islam menentang keras
implementasi atau praktek pendidikan yang berorientasi pada
sekulerisme
Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Filosofis tentang Konsep Islam
mengenai IPTEK, Sosial-Budaya dan Pendidikan

 Secara historis, dunia Islam unggul dalam iptek. Yaitu pada masa keemasan Islam, dunia Islam
menjadi sangat kuat secara politik dan ekonomi yang didasari penguasaan terhadap iptek secara
sempurna dimana terjadi pada masa kekuasaan dinasti Umayyah yang berpusat di damaskus, syria
serta zaman kekuasaan Dinasti abbasiyyah yang berpusat di Baghdad, Irak.
 Secara teologis, Allah telah menetapkan bahwa yang akan mendapat kemajuan pada masa depan
adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan yang dilandasi dengan iman dimana umat Islam
makmur secara materi dan rohani, juga makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran.
 Benda-benda yg diolah secara kreatif sehingga muncul keindahan
itulah karya seni. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tdk akan
abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal budi. Agama
dan ilmu harus sejalan tidak boleh dipertentangkan. Memang demikian
adanya karena hakikat agama adalah membimbing dan mengarahkan
akal.
 Dalam realitas sekarang, yang menguasai dunia secara seni dan budaya adalah bukan bangsa
muslim sehingga kemajuan yang di capai hanyalah kemajuan materi.
Membangun Argumen tentang Kompatibel Islam dan
Tantangan Modernisasi
Argumentasi penting mengapa Islam kompatibel dengan tantangan modernisasi
adalah sebab ajaran Islam :
1. Rasional
2. Sesuai dengan Fitrah Manusia
3. Tidak Mengandung Kesulitan
4. Tidak mengandung banyak Taklif
5. Bertahap
Esensi dan Urgensi Kontekstualisasi Pemahaman Islam
dalam Menghadapi Tantangan Modernisasi

 Modernisasi telah mengubah pola pikir, pola pergaulan, dan pola kehidupan secara masif.
Dalam proses modernisasi ini, sering kali kaum buruh menjadi lemah ketika berhadapan dengan
kaum pemodal.
 Industrialisasi membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang memiliki kualifikasi pedidikan
yang memadai, tetapi juga menyingkirkan sebagian masyarakat yang minus pendidikan.
 Perilaku keagamaan masyarakat, yang semula menganggap bahwa silaturahmi penting dan
harus bertatap muka, bersua bertemu, dan berhadapan secara fisik, berubah menjadi silaturahmi
cukup hanya melalui mendengar suara lewat telepon, sms, facebook, atau twitter.
Islam dipahami secara rasional tidak sekedar dogma. Menurut Kuntowijoyo, ada
lima program reinterpretasi untuk memerankan kembali misi rasional dan empiris
Islam yang bisa dilaksanakan saat ini dalam rangka menghadapi modernisasi.
1.Perlunya dikembangkan penafsiran sosial struktural
2.Mengubah cara berpikir subjektif ke cara berpikir objektif
3.Mengubah islam yang normatif menjadi teoretis
4.Mengubah pemahaman yang ahistoris menjadi historis
5.Merumuskan formulasi-formulasi wahyu yang bersifat umum menjadi
formulasi-formulasi yang spesifik dan empiris.

You might also like