Professional Documents
Culture Documents
TM 9. Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan Modernisasi
TM 9. Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan Modernisasi
4
Keutamaan Orang Yang Berilmu
(QS. Al-Mujadalah : 11)
Seni merupakan ekspresi kesucian hati. Hati yang bening melahirkan karya
seni yang beradab.
Hidup dengan seni menjadikan hidup menjadi damai, indah dan nyaman.
Seni itu indah dan keindahan adalah sifat Tuhan.
Pada masa dahulu Seni dan Budaya bagi Bangsa Indonesia tidak hanya
merefleksikan pemahaman para seniman terhadap ajaran Islam, namun juga
dimaksudkan sebagai media untuk menciptakan kerukunan, kegotongroyongan
dan kontrol sosial. Dan bahkan menjadi penggugah semangat mengusir
penjajah
Dalam dunia modern, seni dapat menjadi pisau bermata dua bila di satu sisi
dapat menjadi pencerah jiwa manusia dalam kehidupan dan di satu sisi lagi
dapat mengancam nilai-nilai hakiki kemanusiaan.
C. Konsepsi dalam pendidikan
Politik dalam Islam disebut siyāsah, merupakan bagian integral (tak terpisahkan)
dari fikih Islam. Salah satu objek kajian fikih Islam adalah siyāsah atau disebut fikih
politik. Fikih politik secara global membahas masalah-masalah :
a.Siyāsah Dusturiyah (Hukum Tata Negara).
b.Siyāsah Dauliyyah (Hukum politik yang mengatur hubungan internasional).
c.Siyāsah Māliyah (hukum politik yang mengatur keuangan negara).
Nilai-nilai Ilahiah yang terkandung dalam fikih siyāsah antara lain:
1. Al-amānah
2. Al-adalah
3. Al-hurriyyah
4. Al-musāwāh
5. Tabadul Al-ijtima
URGENSI PRESPEKIF ISLAM DALAM IMPLEMENTASI
IPTEK, EKONOMI, POLITIK, SOSIAL-BUDAYA DAN
PENDIDIKAN
Secara historis, dunia Islam unggul dalam iptek. Yaitu pada masa keemasan Islam, dunia Islam
menjadi sangat kuat secara politik dan ekonomi yang didasari penguasaan terhadap iptek secara
sempurna dimana terjadi pada masa kekuasaan dinasti Umayyah yang berpusat di damaskus, syria
serta zaman kekuasaan Dinasti abbasiyyah yang berpusat di Baghdad, Irak.
Secara teologis, Allah telah menetapkan bahwa yang akan mendapat kemajuan pada masa depan
adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan yang dilandasi dengan iman dimana umat Islam
makmur secara materi dan rohani, juga makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran.
Benda-benda yg diolah secara kreatif sehingga muncul keindahan
itulah karya seni. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tdk akan
abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal budi. Agama
dan ilmu harus sejalan tidak boleh dipertentangkan. Memang demikian
adanya karena hakikat agama adalah membimbing dan mengarahkan
akal.
Dalam realitas sekarang, yang menguasai dunia secara seni dan budaya adalah bukan bangsa
muslim sehingga kemajuan yang di capai hanyalah kemajuan materi.
Membangun Argumen tentang Kompatibel Islam dan
Tantangan Modernisasi
Argumentasi penting mengapa Islam kompatibel dengan tantangan modernisasi
adalah sebab ajaran Islam :
1. Rasional
2. Sesuai dengan Fitrah Manusia
3. Tidak Mengandung Kesulitan
4. Tidak mengandung banyak Taklif
5. Bertahap
Esensi dan Urgensi Kontekstualisasi Pemahaman Islam
dalam Menghadapi Tantangan Modernisasi
Modernisasi telah mengubah pola pikir, pola pergaulan, dan pola kehidupan secara masif.
Dalam proses modernisasi ini, sering kali kaum buruh menjadi lemah ketika berhadapan dengan
kaum pemodal.
Industrialisasi membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang memiliki kualifikasi pedidikan
yang memadai, tetapi juga menyingkirkan sebagian masyarakat yang minus pendidikan.
Perilaku keagamaan masyarakat, yang semula menganggap bahwa silaturahmi penting dan
harus bertatap muka, bersua bertemu, dan berhadapan secara fisik, berubah menjadi silaturahmi
cukup hanya melalui mendengar suara lewat telepon, sms, facebook, atau twitter.
Islam dipahami secara rasional tidak sekedar dogma. Menurut Kuntowijoyo, ada
lima program reinterpretasi untuk memerankan kembali misi rasional dan empiris
Islam yang bisa dilaksanakan saat ini dalam rangka menghadapi modernisasi.
1.Perlunya dikembangkan penafsiran sosial struktural
2.Mengubah cara berpikir subjektif ke cara berpikir objektif
3.Mengubah islam yang normatif menjadi teoretis
4.Mengubah pemahaman yang ahistoris menjadi historis
5.Merumuskan formulasi-formulasi wahyu yang bersifat umum menjadi
formulasi-formulasi yang spesifik dan empiris.