You are on page 1of 24

FGHGBGA

F@KIB ] U G H [ C H H I E C KG L G L
]GU[LIUZAC]
Ditulis Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pengantar Praktik Kebidanan (PPK)
Dosen Pengampu:
Irfgyg Zgri Egyu Lilosia, Z Z [ , F.His.

Kisusul @bia>
1. Adinda Arindia P (020619016) 7. Cucu Ipah (020619022)
2. Alivia Rosaliana (020619017) 8. Dewi Khoirunisa (020619023)
3. Alvira Putri A (020619018) 9. Elsa Cahya Safitri (020619024)
4. Ana Nurullia (020619019) 10. Erna Damayanti (020619025)
5. Ariyanti (020619020) 11. Feny Fajriani (020619026)
6. Ayu Pratiwi (020619021) 12. Firti Nur Pajrianti (020619027)

Program Studi S1 Kebidanan


C L Z [ C [ Y [ F I K C H G Kro. Z YA I U F G L

Jl. Raya Industri Pasir Gombong Jababeka, Cikarang-Bekasi


Telp. 021 89111110, Fax. 021 8905196
Email: Info@imds.ac.id Website: www.imds.ac.id
H G [ G ]ILOGL[GU
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa'atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pengantar
Praktik Kebidanan (PPK) dengan judul ‒F@KIB ] U G H [ C H H I E C KG L G L ‖ .

Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu, Kami mengharapkan kritik serta salam dari pembaca untuk makalah
ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
khususnya
kepada dosen mata kuliah Pengantar Praktik Kebidanan (PPK)
yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Cikarang, 08 Januari 2020


Penulis

İİ
K G D[ G U C Z C
H G [ G ]ILOGL[GU.........................................................ii
K G D[ G U CZC........................................................................iii

E G E C ]ILKGAYBYGL....................................................;
A. Batar Belakang..........................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................4
C. Tujuan.......................................................................................4

E G E C C ]IFEGAGZGL...........................................5
A. Pengertian Partnership..............................................................5
B. Partnership Dalam Pelayanan Kebidanan ................................5

7. _`fgl Jiltrik Jgri ................................................................5


5. Ifp`wirilo (]ifeirkgyggl ]irifpugl)...............................75
3. ]rifiry Jgri (]ibgyglgl
Ytgfg)..............................................74
4. [ rusa
(Hipirjgyggl)..................................................................57

C. Aarapan Perempuan..................................................................21

EGE CCC ] I LY [ Y ] 53
A. Kesimpulan
...................................................................................................
23
B. Saran
...................................................................................................
23

K G D[ G U ] Y Z [ G H G

İİİ
EGE C
] I L KG AY B YG L

G. Bgtgr Eibghglo
Perempuan adalah makhluk Bio-Psiko-Sosial-Kultural dan Spiritual yang
utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Setiap perempuan merupakan pribadi yang
mempunyai hak, kebutuhan serta harapan (Sofie, 2011).
Perempuan mengambil tanggung jawab terhadap kesehatannya dan
keluarganya melalui pendidikan dan konseling dalam dalam membuat keputusan.
Perempuan mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan tentang siapa yang
memberi asuhan dan dimana tempat pemberian asuhan. Sehingga perempuan
perlu pemberdayaan dan pelayanan untuk memperoleh pendidikan dan informasi
dalam menjalankan tugasnya (Hidayat, dkk, 2009).
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, kepada masyarakat khususnya perempuan Bidan diakui sebagai tenaga
profesional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra
perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil,
masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab
sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini
mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi
pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Kurnia, 2009).

E. Uufusgl Fgsgbga
Berdasarkan materi yang kami bawa, kami merumuskan beberapa rumusan
masalah antara lain sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Partnership?
2. Bagaimana Partnership Dalam Pelayanan Kebidanan?

J. [ujugl
3. Untuk mengetahui pengertian Partnership.

4. Untuk mengetahui Partnership Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan.

4
B A B II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Partnership
Partnership menurut terjemahan Google adalah “kemitraan, persekutuan,
perseroan, perkongsian, kongsi, perekanan.
Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan
yang telah diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk
menjalankan praktek kebidanan di negeri itu (Yulianti, Rukiah, 2011).
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada klien yang menjadi tanggung jawab bidan mulai dari
kehamilan sampai Keluarga Berencana (KB) termasuk kesehatan reproduksi
perempuan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pemberdayaan adalah upaya mengembangkan dari keadaan kurang atau
tidak berdaya menjadi punya daya dengan tujuan dapat mencapai / memperoleh
kehidupan yang lebih baik (Satria, 2008).

B. Partnership Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan


Patnership dalam pelayanan kebidanan ada 4, yaitu:
1. Woman Centred Care
Women centred care adalah asuhan kesehatan yang berpusat pada wanita.
Dalam kebidanan terpusat pada ibu (wanita) adalah suatu konsep yang mencakup
hal-hal yang lebih memfokuskan pada kebutuhan, harapan dan aspirasi masing-

masing wanita dengan memperhatikan lingkungan sosialnya daripada kebutuhan


institusi atau profesi terkait (Asri Hidayat, dkk, 2008:108).
Women centred care adalah istilah yang digunakan untuk filosofi asuhan
maternitas yang memberi prioritas pada keinginan dan kebutuhan
pengguna, dan menekankan pentingnya informed choice, kontinuitas
perawatan, keterlibatan pengguna, efektivitas klinis, respon dan aksebilitas
Women centred care adalah istilah yang menggambarkan kesehatan yang
menghormati nilai-nilai, budaya, pilihan, dan preferensi wanita dan keluarganya,
dalam konteks mempromosikan hasil kesehatan yang optimal. Perempuan-

centredness dirancang untuk meningkatkan kepuasan dengan pengalaman


bersalin

5
6

perawatan dan meningkatkan kesejahteraan bagi perempuan, bayi,


keluarga dan profesional kesehatan, yang merupakan komponen penting dari
peningkatan kualitas kesehatan.
Dalam praktik kebidanan, “Women centred care” adalah konsep yang
menyiratkan hal berikut:
1. Perawatan yang berfokus pada perawatan wanita yang unik, harapan dan
aspirasi wanita tersebut daripada kebutuhan lembaga-lembaga atau profesi
yang terlibat.

2. Memperhatikan hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri


dalam hal pikiran, control dan kontinuitas perawatan dalam bidang
kebidanan. Meliputi kebutuhan janin, bayi atau keluarga wanita itu, orang
lain yang signifikan, seperti yang diidentifikasi dan dipercaya oleh wanita
tersebut.
3. Melibatkan peran serta masyarakat, melalui semua tahap mulai dari
kehamilan, persalinan, dan setelah kelahiran bayi.
4. Melibatkan kolaborasi dengan professional kesehatan lainnya bila
diperlukan.
5. ‘Holistik' dalam hal menangani masalah social wanita, emosional, fisik,
psikologis, kebutuhan spiritual dan budaya.
Women centred care untuk kehamilan harus cukup fleksibel untuk
mengatasi berbagai pengalaman perempuan di seluruh dunia, meliputi berbagai
kondisi medis, budaya dan struktur keluarga. Hal ini juga harus mencakup
perempuan yang memilih untuk tidak menginginkan kehamilan atau mengalami
keguguran.

 Prinsip-prinsip Woman Centred Care


1. Memastikan perempuan menjadi mitra yang sejajar dalam perencanaan
dan pemberian perawatan maternitas.
2. Mengenali layanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
keinginan daripada orang-orang staf atau manajer.
3. Memberikan informasi pilihan perempuan dalam hal pilihan yang tersedia
selama kehamilan, persalinan dan periode pascanatal.
7

4. Memberikan kesinambungan perempuan sehingga mereka mampu


membentuk hubungan saling percaya dengan orang-orang yang peduli
pada mereka.
5. Memberikan control perempuan atas keputusan-keputusan kunci yang
mempengaruhi isi dan kemajuan perawatan mereka.

 Women centred care harus mencakup:


1. Sebuah filosofi yang menegaskan perempuan itu sendiri, kekuatan dan
keterampilan, komitmen untuk mempromosikan persalinan fisiologis dan
kelahiran.
2. Kebidanan yang dipimpin perawatan kehamilan normal, kelahiran dan
periode pascanatal.
3. Layanan yang direncanakan dan disediakan dekat dengan perempuan dan

masyarakat dimana mereka tinggal atau bekerja.


4. Terintegrasi perawatan dibatas-batas sector akui dan primer.
5. Sebuah perspektif kesehatan masyarakat, yang mempertimbangkan factor
social dan lingkungan yang lebih luas, berkomitmen sumber daya untuk
perawatan kesehatan preventif dan bertujuan untuk mengurangi
kesenjangan kesehatan dan social.
6. Maximized kontinuitas perawatan dan perawat, dengan satu kesatuan
perawatan kebidanan selama persalinan.
7. Focus pada kehamilan dan persalinan sebagai awal dari kehidupan

keluarga, bukan hanya sebagai episode klinis terisolasi, dengan


memperhitungkan penuh makna dan nilai-nilai setiap wanita membawa
pengalaman keibuannya.
8. Pendanaan struktur dan komitmen yang mengakui hasil seumur hidup
kesehatan ibu dan bayi.
9. Keterlibatan pengguna yang melampaui tokenistic, untuk mengembangkan
kemitraan yang nyata antara wanita dan bidan.
10. Keluarga berpusat perawatan yang memfasilitasi pengembangan percaya
diri orangtua yang efektif.
1

11. Memperkuat kepemimpinan kebidanan dalam rangka untuk


mempromosikan keunggulan professional dan memaksimalkan kontribusi
pelayanan maternitas ke agenda kesehatan masyarakat yang lebih luas.
12. Cukup membayar dan keluarga ramah kondisi kerja bagi semua bidan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh suatu badan yaitu House
Of Commons Health Committee tahun 1992, disimpulkan bahwa terdapat
permintaan yang meluas pada kaun wanita untuk memiliki pilihan yang lebih
besar dalam menentukan jenis asuhan maternitas yang mereka dapatkan dan
bahwa struktur pelayanan maternitas saat ini membuat mereka frustasi bukan
memfasilitasi mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya asuhan yang
berorientasi pada wanita dimana mereka punya peran dalam menentukan pilihan
sehingga terpenuhi kebutuhannya dan timbul kepuasan. Hal tersebut juga
menunjukkan bahwa asuhan yang berorintasi pada wanita atau Women centred
care amat penting untuk kemajuan praktik kebidanan. Terpusat pada ibu memiliki
sifat holistic dalam membahas kebutuhan dan ekspektasi, social, emosional, fisik,
psikologis, spiritual dan kebudayaan ibu.
Bentuk-bentuk women centred care di Indonesia merupakan program
untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) yang merujuk pada program
sedunia yang di dukung oleh WHO yaitu:
13. Safe Motherhood
14. Gerakan Sayang Ibu (GSI)
15. Komunikasi Interpersonal dan Konseling
16. Asuhan Persalinan Normal
17. Making Pregnancy Safer (MPS)
Semua program diatas bertujuan untuk mencapai “Safe motherhood”
sesuai criteria yang ditetapkan oleh WHO tentang Asuhan atau pelayanan yang
baik harus memenuhi criteria:
a) Available: pelayanan harus ada dan dapat dicapai oleh siapapun
b) Acceptable: diterima oleh masyarakat
c) Accestable: mudah dijangkau (Asri Hidayat, dkk, 2008:108)
9

Women centred care ini sangat sesuai


dengan keinginan ICM (International Confederation Of
Midwifery)
1. Bidan yang tertuang dalam
memberikan visi-nya,
asuhan pada yaitu:
wanita yang membutuhkan asuhan
kebidanan.
2. Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai
kerjasama team dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan wanita
dan keluarga. 3.
3. Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan di masa mendatang
termasuk pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh wanita
dan keluarga. 4.
4. Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memberikan asuhan sesuai dengan
harapan wanita.

Untuk dapat memberikan perawatan atau asuhan yang baik terhadap wanita,
bidan harus menerapkan hal-hal berikut ini:
1. Lakukan intervensi minimal
2. Memberikan asuhan yang komprehensif
3. Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan
4. Melakukan segala tindakan yang sesuai dengan standar,
wewenang, otonomi dan kompetensi
5. Memberikan informed consent
6. Memberikan asuhan yang aman, nyaman, logis dan berkualitas

7. Menerapkan Asuhan Sayang Ibu


Yang dimaksud Asuhan Sayang Ibu adalah:
1) Asuhan yang tidak menimbulkan penderitaan bagi ibu
2) Ibu punya otonomi dalam setiap pengambilan keputusan
3) Asuhan yang berorintasi dengan kebutuhan ibu
4) Memberdayakan ibu/wanita dan keluarga

 Hak-hak Reproduksi Wanita


1. Wanita berhak mempunyai otonomi dan pilihan sendiri tentang fungsi

dan proses reproduksi


1=

2. Wanita berhak menentukan secara bertanggung jawab apakah ingin,


bagaimana, kapan, mempunyai anak, termasuk menentukan berapa
jumlahnya, wanita tidak boleh dipaksa melahirkan atau mencegah
kehamilan.
3. Suami bertanggung jawab secara individu dan social atas perilaku
seksual dan fertilitas mereka serta akibatnya pada kesehatan dan
kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya
4. Keputusan reproduksi yang diambil seorang wanita patut dihormati,
wanita perlu diberikan informasidan otoritas untuk membuat
keputusan sendiri tentang reproduksi yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan reproduksinya.

Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah:


seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas,
memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas dalam konseling dan pendidikan
penting
kesehatan, kepada masyarakat khususnya perempuan. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi
dan asuhan anak.
11

Sasaran pelayanan kebidanan adalah masyarakat khususnya perempuan


yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan,
pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
1. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung
jawab bidan.
2. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai
salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.

3. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun
yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke
tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun
vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
4. Adapun pelayanan dan penyuluhan yang diberikan adalah masalah
kesehatan untuk bayi dan balita, kesehatan untuk ibu hamil, kesehatan
untuk ibu menyusui, kesehatan untuk keluarga, kesehatan reproduksi
wanita usia subur, kesehatan reproduksi wanita usia lanjut, dan kesehatan
reproduksi tingkat remaja. Kesadaran kaum perempuan yang semakin
meningkat tentu akan membuat mereka hidup lebih berkualitas.
5. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa
kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan
yang lain. Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
– Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat,
terbebas dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan,
kesakitan, atau kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan
seksualitas
– Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan
keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan
menjaga kehamilan sampai waktu persalinan
12

– Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga


ketika mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri

5. Empowering (Pemberdayaan Perempuan)


Pemberdayaan Permpuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Pemberdayaan perempuan ” sebagai sumber daya insani, potensi yan
dimiliki perempuan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidak dibawah laki-laki.
Namun kenyataannya masih dijumpai bahwa status perempuan dan peranan
permpuan dalam masyarakat masih bersifat subordinatif dan belum sebagai mitra
sejajar dengan laki-laki”.

 Tujuan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan


1) Untuk meningkatkan status, posisi dan kondisi perempuan agar dapat
mencapai kemajuan yang setrara dengan laki-laki
2) Untuk membangun anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan bertaqwa
serta terlindungi.

 Realisasi Pemberdayaan Perempuan


1) Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang
kehidupan
2) Meningkatkan peran perempuan sebagai pengambil keputusan dalam
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender
3) Meingkatkan kualitas perandan kemandirian organisasi perempuan dengan
mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan
4) Meningkatkan komitmen dan kemampuan semua lembaga
yang memperjuangkan kesetaraan dan kaeadilan gender
5) Mengembangkan usaha pemeberdayaan perempuan, kesjahteraan keluarga
dan masyarakat serta perlindungan anak.

 Kebijakan Dasar Pemberdayaan Perempuan


13

1) Pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasioanal dilakukan melalui


“one door policy” atau kebijakan satu pintu,
2) Peningkatan kualitas SDM perempuan,
3) Pembaharuan hukum dan peraturan perundang-undangan
4) Penghapusan kekerasan terhadap perempuan
5) Penegakkan hak asasi manusia (HAM) bagi perempuan,
6) Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak
7) Pemampuan lembaga pemerintah dalam pemberdayaan perempuan.
8) Peningkatan peran serta masyarakat
9) Perluasan jangkauan pemberdayaan perempuan
10) Peningkatan penerapan komitmen internasional.

Pada bulan September 1994 di Kairo, 184 negara berkumpul untuk


merencanakan suatu kesetaraan antara kehidupan manusia dan sumber daya yang
ada. Untuk pertama kalinya, perjanjian internasional mengenai kependudukan
memfokuskan kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan sebagai tema sentral.
Konferensi Internasional ini menyetujui bahwa secara umum akses
terhadap pelayanan kesehatan reproduksi harus dapat diwujudkan sampai tahun
2015. Tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan, pelaksana-pelaksana
program serta para advokator adalah mengajak pemerintah, lembaga donor dan
kelompok-kelompok perempuan serta organisasi non pemerintah lainnya untuk
menjamin bahwa perjanjian yang telah dibuat tersebut di Kairo secara penuh dapat
diterapkan di masing-masing negara.
Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan perempuan dan laki-laki berhubungan dengan masalah seksualitas dan
penjarangan kehamilan. Tujuan dari program-program yang terkait serta
konfigurasi dari pelayanan tersebut harus menyeluruh, dan mengacu kepada
program Keluarga Berencana (KB) yang konvensional serta pelayanan kesehatan
ibu dan anak.

 Komponen yang termasuk di dalam kesehatan reproduksi adalah:


14

1) Konseling tentang seksualitas, kehamilan, alat kontrasepsi, aborsi,


infertilitas, infeksi dan penyakit;

2) Pendidikan seksualitas dan jender; Pencegahan, skrining dan


pengobatan infeksi saluran reproduksi, penyakit menular seksual
(PMS), termasuk HIV/AIDS dan masalah kebidanan lainnya.
3) Pencegahan, skrining dan pengobatan infeksi saluran reproduksi,
penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS dan masalah
kebidanan lainnya.
4) Pemberian informasi yang benar sehingga secara sukarela memilih
alat kontrasepsi yang ada;
5) Pencegahan dan pengobatan infertilitas;
6) Pelayanan aborsi yang aman;
7) Pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan
pasca kelahiran; dan
8) Pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.

Kualitas pelayanan merupakan prioritas dan ini harus didukung dengan:


1) Menerapkan metode yang kompeten dengan standar yang tinggi
(maintaining high standards of technical competence);
2) Melayani klien dengan rasa hormat dan bersahabat;
3) Merancang pelayanan agar dapat memenuhi kebutuhan klien; dan
4) Menyediakan pelayanan lanjutan.

Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan


memperkirakan bahwa setiap tahun diperlukan dana sekitar US$17 juta sampai
tahun 2000 untuk menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi di negara-negara
miskin yang dapat diakses secara umum.
Dengan memodifikasi program KB dan program kesehatan lainnya agar
dapat :
1) Memperluas jangkauan pelayanan terhadap perempuan yang mempunyai
kebutuhan akan hal-hal yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan
kesehatan seksual;
15

2) Secara intensif melatih dan memberikan supervisi kepada staf dan


memberlakukan sistem-sistem yang memberikan kualitas pelayanan yang
baik, tidak hanya terpaku kepada jumlah klien yang dapat dilayani;
3) Merancang pelayanan yang menjaga hak-hak perempuan dan mendorong
pemberdayaannya;
4) Menyediakan informasi dan pelayanan terhadap perempuan yang lebih
muda atau lebih tua dari usia reproduksi, tanpa melihat status
perkawinannya;

5) Mendorong dan mendukung peran laki-laki untuk ikut ambil bagian dalam
pembagian tanggung jawab terhadap tingkah laku seksual dan
reproduksinya, masa kehamilan, kesehatan ibu dan anak, penjarangan
kehamilan, infeksi PMS dan HIV/AIDS serta kekerasan; dan
6) Mendukung penelitian untuk mengisi kesenjangan terhadap pengetahuan
yang berkaitan dengan masalah teknologi dan pelayanan termasuk di
dalamnya adalah microbicides, metode-metode untuk men-diagnosa PMS,
pengobatan PMS yang terjangkau serta pelayanan kegawatdaruratan
kebidanan.

➢ Beberapa prinsip yang harus digaris bawahi adalah:

1) Program-program dan pelayanan harus dirancang sesuai dengan kondisi-


kondisi yang ada dan menjamin bahwa pelayanan ini dapat dimanfaatkan dan
dijangkau oleh seluruh perempuan;
2) Rancangan program dan penerapannya harus melibatkan perempuan dari
berbagai latar-belakang; dan
3) Program harus mendukung baik laki-laki maupun perempuan dalam hal
pembagian tanggung jawab dari tingkah laku seksual, masa subur, dan
kesehatannya serta keberadaan pasangan dan anak-anaknya.
4) Hak-hak Reproduksi dapat Terjamin
5) Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang
menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya
terpenuhi
16

6) Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan


untuk mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan
dengan sekualitas dan masalah reproduksi; dan
7) Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,
mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun
dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan dan advokasi.

3. Primery Ca re (Pelayanan Utama)

Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang


berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau
oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan
mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan menentukan nasib sendiri.
Primary Health Care:
1) Menggambarkan keadaan social ekonomi, budaya dan politik masyarakat
dan berdasarkan penerapan hasil penelitian kesehatan-sosial-biomedis dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
2) Ditujukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat dengan
upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
3) Minimal mencakup: penyuluhan tentang masalah kesehatan utama dan
cara pencegahan dan pengendaliannya, penyediaan makanan dan
peningkatan gizi, penyediaan sanitasi dasar dan air bersih, pembinaan
kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, imunisasi terhadap
penyakit menular utama dan penyegahan penyakit endemic, pengobatan
penyakit umum dan cedera serta penediaan obat esensial.
4) Melibatkan dan meningkatkan kerjasama lintas sector dan aspek-aspek
pembangunan nasional dan masyarakat di samping sector kesehatan,
terutama pertanian, peternakan, industri makanan, pendidikan, penerangan,
agama, perumahan, pekerjaan umum, perhubungan dan sebagainya.
17

5) Membutuhkan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri serta masyarakat


dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian
PHC serta penggunaan sumberdaya yang ada.
6) Ditunjang oleh system rujukan upaya kesehatan secara terpadu fungsional
dan timbal balik guna memberikan pelayanan secara menyeluruh, dengan
memprioritaskan golongan masyarakat yang paling membutuhkan.
7) Didukung oleh tenaga kesehatan professional dan masyarakat, termasuk
tenaga kesehatan tradisonal yang terlatih di bidang teknis dan social untuk
bekerja sebagai tim kesehatan yang mampu bekerja bersama masyarakat
dan membangunkan peran serta masyarakat.

Dengan demikian, konsep pelayanan kesehatan primer (PHC) merupakan


pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal
oleh individu dan keluarga di masyarakat. Fokus dari pelayanan kesehatan primer
luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan
kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana
konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut seerta
mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.

 Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatnya masyarakat dalam mengatasi masalah
kemandirian
kesehatan di masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.

2) Tujuan Khusus
a) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
b) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat, untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah kesehatan dasar
c) Tertanganinya keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan
pelayanan kesehatan
11

d) Tertanganinya kelompok khusus yang memerlukan pembinaan dan


pelayanan kesehatan

e) Terlayaninya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut


dan pelayanan kesehatan
f) Terlayaninya kasus-kasus resiko tinggi yang memerlukan pelayanan
kesehatan di Puskesmas maupun di rumah.

 Sasaran
1) Individu
2) Keluarga
3) Masyarakat
4) Kelompok khusus
a) Kelompok yang mempunyai kebutuhan khusus: ibu hamil, BBL,
balita, usia sekolah dan usila

b) Kelompok dengan kesehatan khusus: penderita penyakit menular


(AIDS, TBC, Lepra, dll), penderita penyakit tidak menular (DM,
jantung, gangguan mental)
c) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit: WTS, pecandu
narkoba, pekerja tertentu, dll
d) Lembaga social, perawatan dan rehabilitasi (panti wreda, panti
asuhan, pusat-pusat rehabilitasi).

 Unsur Utama
Tiga ( 3 ) unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah :
1) Mencakup upaya — upaya dasar kesehatan (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif)
2) Melibatkan peran serta masyarakat
3) Melibatkan kerja sama lintas sektoral

 Fungsi
PHC hendaknya memenuhi fungsi — fungsi sebagai
berikut :
1) Pemeliharaan kesehatan
19

2) Pencegahan penyakit
3) Diagnosis dan pengobatan
4) Pelayanan tindak lanjut
5) Pemberian sertifikat
6) Prinsip Dasar

 Lima ( 5 ) prinsip dasar PHC adalah :


1) Pemerataan upaya kesehatan
2) Penekanan pada upaya preventif
3) Menggunakan teknologi tepat guna
4) Melibatkan peran serta masyarakat
5) Melibatkan kerjasama lintas sektoral
6) Elemen Esensial/Ruang Lingkup PHC

 Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :


1) Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara
pencegahan
penyakit serta pengendaliannya.
2) Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3) Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
4) Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5) Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6) Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
7) Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
8) Penyediaan obat-obat essensial.
 Ciri — Ciri PHC
1) Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2) Pelayanan yang menyeluruh
3) Pelayanan yang terorganisasi
4) Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5) Pelayanan yang berkesinambungan
6) Pelayanan yang progresif
7) Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
2=

8) Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

 Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan Dalam PHC


Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan
kepada hal — hal sebagai berikut :
1) Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program
pendidikan kesehatan.
2) Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu

3) Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada
masyarakat
4) Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas
pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat
5) Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat
 Hal-Hal yang Mendorong Pengembangan Konsep PHC
1) Kegagalan penerangan teknologi pelayanan medis tanpa disertai orientasi
aspek social-ekonomi-politik.
2) Penyebaran konsep pembangunan yang mengaitkan kesehatan dengan
sektor pembangunan lainnya serta menekankan pentingnya keterpaduan,
kerjasama lintas sektor dan pemerataan/perluasan daya jangkau upaya
kesehatan.
3) Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan pendekatan peran serta
masyarakat di beberapa negara.
Dengan terwujudnya konsep PHC, sesungguhnya terjadi perubahan sosial
dalam pembangunan kesehatan. Untuk itu, diperlukan perubahan mental,
perubahan struktur sistem kesehatan dan reorientasi pendayagunaan sumberdaya
dan cara kerja petugas kesehatan. Pemerataan kesehatan menjadi esensi
pendekatan ini, sehingga semakin disadari kaitan luas antara kesehatan dengan
sektor lain, termasuk kesempatan kerja, lingkungan dan kedamaian hidup
manusia.
57

;. [ r usa (Hi pi r j gyggl )


Kepercayaan adalah suatu keadaan yang terjadi ketika seorang mitra
percaya atas keandalan serta kejujuran mitranya.
Kepercayaan melibatkan kesediaan seseorang untuk bertingkah laku
tertentu karena keyakinan bahwa mitranya akan memberikan apa yang ia
harapkan dan suatu harapan yang umumnya dimiliki seseorang bahwa kata, janji
atau pernyataan orang lain dapat dipercaya (Barnes, 2003:148).
Sheth (2004) mendefinisikan kepercayaan sebagai berikut “ Trust is a
willingness to rely on the ability, integrity and motiνation of the other party
to act to serνe the needs and interests as a agreed upon implicitly or explicitly ”.
Pengertian kepercayaan tersebut memiliki beberapa hal penting
sebagai
berikut:
1) Konsumen yang memiliki kepercayaan akan bersedia untuk
bergantung pada penyedia jasa dan juga bersedia untuk melakukan
tindakan untuk penyedia jasa.
2) Kepercayaan memiliki tiga aspek dari karakteristik penyedia jasa
yaitu ability, integrity, motiνation. Pertama-tama konsumen akan
menilai apakan provider cukup kompeten untuk menjalankan
kewajibannya dan melayani konsumen. Kedua konsumen akan menilai
apakah perusahaan memiliki integritas, dimana konsumen dapat
percaya pada pekerjaan perusahaan. Terakhir konsumen mempercayai
bahwa penyedia jasa memiliki motivasi untuk tidak melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan harapan konsumen.
3) Pihak yang dipercaya akan menjaga pihak yang lain, memperlihatkan
kebutuhan dan harapan pihak lain tersebut, bukan hanya
memperlihatkan kebutuhan dan harapannya sendiri.

J. Agr gpgl ] i r i f pugl


Harapan perempuan dapat muncul dari kondisi sosialnya, pendidikannya,
dan pengalaman kelahiran sebelumnya. Informasi yang telah diterima oleh
perempuan akan meyakinkan tentang apayang diharapkan perempuan saat
menerima asuhan.
55

Perempuan menginginkan kenyamanan dan lingkungan yagn


menyenangkan. Perempuan berharap bidan menyambut kedatangannya yang
sebelumnya bidan memperkenalkan dirinya, menanyakan identitas perempuan dan
pendamping, menemani perempuan masuk ke ruang pemeriksaan dan
mengkonfirmasi apakah akan melahirkan atau tidak, bidan diharapkan membantu
membuka pakaian perempuan. Selain itu perempuan berharap bidan dapat
membantu perempuan untuk percaya diri selama kehamilan agar emosi
perempuan dapat terkontrol saat persalinan. Hal ini sangat mendukung pentingnya
membina hubungan yang kondusif selama kehamilan agar percaya diri
menghadapi proses persalinan. Meskipun persalinan caecar mejadi pilihan yang
digemari saaat ini, masih banyak perempuan yang membutuhkan bidan untuk
dukungan, saran, dan bimbingan informasi. Berbagai pengalaman positif antara
bidan dan perempuan akan menjadikan motivasi alamiah dalam menjalani
persalinan.

Pada saat bersalin perempuan mengalami stress dan kelelahan. Bidan


diharapkan memfasilitasi lingkungan yang memungkinkan agar proses persalinan
berjalan lancar serta informasi yang akurat agar perempuan dpat membuat
keputusan yang relevan.
Pada saat kelahiran bayi, perempuan berharap bidan mengajarkan cara
merawat bayinya, dan perempuan berharap bidan dapat mengembalikan nilai-nilai
inti dan profesi kebidanan dan menjadikan kebanggaan profesional
untuk mengangkat persepsi publik. Meskipun berbeda dalam konteks,
budaya organisasi, layanan, serta proses rujuan, pandangan perempuan dari
kebutuhan, dan harapan tentang pelayanan yag mereka harapkan sangat
mirip. Setelah
kelahiran diharapkan bidan tetap bersikap interpersonal,
memberikan keterampilan klinis, pengetahuan, dan perawatan yang positif.
E G E CCC
] I L Y[ Y]
G. Hi sif pubgl

Partnership menurut terjemahan Google adalah “kemitraan, persekutuan,


perseroan, perkongsian, kongsi, perekanan.
Partnership bidan dalam pelayanan kebidanan ada 4 yaitu

1. Women centred care adalah istilah yang menggambarkan kesehatan yang


menghormati nilai-nilai, budaya, pilihan, dan preferensi wanita dan
keluarganya, dalam konteks mempromosikan hasil kesehatan yang optimal
2. Pemberdayaan Permpuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat

3. Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang


berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang
dapat diterima dalam masyarakat
4. Kepercayaan melibatkan kesediaan seseorang untuk bertingkah laku
tertentu karena keyakinan bahwa mitranya akan memberikan apa yang ia
harapkan dan suatu harapan yang umumnya dimiliki seseorang bahwa
kata, janji atau pernyataan orang lain dapat dipercaya (Barnes, 2003:148).
E. Zgr gl
Dalam melakukan praktik kebidanan kita harus mengetahui model praktik

pelayanan kebidanan partnership agar dapat dijadikan pedoman pada saat


melakukan praktik kebidanan.
Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat dijadikan
pedoman kita dalam pembelajaran. Apabila ada kekurangan dalam penulisan
makalah ini, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

23
KGD[ GU ] YZ[ GHG

Fitriani, Fatimah, 2011. Partnership Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan, Internet:


http://hakikibutterfly.blogspot.com/2011/11/partnership-bidan-dan-perempuan-
dalam.html?m=1 (Diakses pada 08 Januari 2020 Pukul 16:00 WIB)
Kurnia, Hesti, 2011. Patnership Bidan Dan Perempuan Dalam Pelayanan
Kebidanan, Internet: http://celebrat2002.blogspot.com/2009/02/partnership-
bidan- dan-perempuan-dalam.html (Diakses pada 08 Januari 2020 Pukul 16:15
WIB)

Andariya Ningsih, Dewi, 2015. Partnership Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan,


Internet:https://www.academia.edu/36686696/Penerapan_Partnership_Dalam_Pel
ayanan_Kebidanan.pdf?show_app_store-popup=true (Diakses Pada 08 Januari
2019 Pukul 23:35 WIB)

Google, Internet: http://womencentered


care.blogspot.com/
http://midwif3.wordpress.com/2012/07
/11/women-centered-care/

You might also like