You are on page 1of 69

TATALAKSANA

KEGAWATDARURATAN BAYI BARU LAHIR

Stabilisasi Pada Bayi Baru Lahir


Transportasi Pada Bayi Baru Lahir
Apakah “pasca resusitasi”
• Periode setelah bayi dilakukan resusitasi sampai batas tertentu,
seperti CPAP atau VTP
• Bayi dengan tindakan saat resusitasi: mempunyai penyebab (bisa
diketahui, namun bisa tidak diketahui)
• Periode yang penting
– Periode untuk evaluasi apakah terdapat gejala ikutan akibat proses
resusitasi
– Periode diagnostik (cari penyebab)
– Bila tidak ditangani dengan baik  morbiditas dan mortalitas meningkat
– Periode untuk persiapan dan keputusan untuk perawatan selanjutnya

2
2
Problema pasca resusitasi
• Problema suhu;
• Hipoglikemia, baik bergejala maupun tidak bergejala;
• Gangguan fungsi saraf akibat trauma otak karena hipoksia yang terjadi sebelum atau sesudah bayi
lahir;
• Gangguan napas;
• Gangguan perfusi;
• Kejang;
• Problema minum.

3
Problema pasca resusitasi ….

 Selain problem kegawatan, juga terdapat problem lain yang memerlukan


evaluasi diagnostik segera :
– Infeksi;
– Kecurigaan sumbatan saluran cerna;
– Kelainan bawaan lain

4
Stabilisasi Neonatus
• Periode sama pentingnya dengan periode resusitasi
• Bisa meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila tidak ditangani dengan baik
• Kejadian bisa di mana dan kapan saja
• Merupakan periode yang harus dilakukan sebelum merujuk bayi
• Terdapat 6 focus utama yang dilakukan dalam stabilisasi neonates:
– S UGAR AND SAFE CARE
– T HERMOREGULATION
– A IRWAY
– B LOOD PRESSURE
– L AB
– E MOTIONAL SUPPORT

5
SUGAR and SAFE CARE

6
Regulasi Glukosa

Kehidupan janin Setelah Lahir


Glukosa berdifusi pasif Tali pusat dipisahkan
menembus barrier plasenta
dari ibu
Aliran glukosa ibu (-)
Insulin tidak dapat menembus
 bayi memproduksi dan
sekresi sendiri Sekresi insulin tetap

7
Hipoglikemia  kegawatan tersering pada
jam jam pertama kehidupan neonatus , selain
hipoksia, gangguan sirkulasi dan hipotermia

risiko trauma
otak.

8
Kurangnya Cadangan Glukosa (Glikogen)

Bayi Risiko Tinggi :


•Prematur, Berat lahir rendah
• Cadangan gula belum banyak terbentuk

•Lebih Bulan
• Fungsi plasenta menurun, cadangan habis

•Kecil Masa Kehamilan


• Malnutrisi intrauterin
•Penundaan minum / Puasa

9
Penggunaan Glukosa Meningkat
BAYI SAKIT :
• Asfiksia
• Hipotermia
• Sepsis
• Syok
• Distress Nafas
• Kelainan Jantung

Hipermetabolisme

10
Hiperinsulinemia
Bayi dari ibu Diabetes

Bayi besar usia kehamilan  diabetes


ibu tidak terdeteksi

Ibu DM  gula
darah ibu tinggi  Hiperinsulinemia,
Setelah lahir, tali
menembus plasenta kadar gula darah
pusat terputus
Produksi insulin bayi normal
bayi meningkat

11
Gejala hipoglikemia
 Jittery
 Irritable/rewel
 Letargis
 Hipotonia
 Refleks hisap menurun
 Takipnea
 Sianosis
 Apnea
 Kejang
12
Bayi risiko tinggi hipoglikemia

Screening kadar gula darah tiap


30-60 menit hingga gula darah >
45 mg/dL (dalam 2 pemeriksaan)

Bila rendah  periksa gula


darah serum,
tidak menunda tatalaksana

13
TATALAKSANA
HIPOGLIKEMIA

14
TATALAKSANA
HIPOGLIKEMIA

15
TATALAKSANA
HIPOGLIKEMIA

16
Bayi sakit

GD < 50 mg/dl

Infus dengan Dex 10% (GIR 4,2-5,5 mg/kg/menit)

Bolus dengan Dex 10% 2 ml/kg diberikan dengan kecepatan 1


ml/menit (= 200 mg/kg or 3,3 mg/kg/menit)
30 menit
Ulang GD

Jika GD menetap < 50 mg/dl

17
Ulang dengan bolus 2 ml/kg Dex 10%
30 menit
Kadar GD < 50 mg/dl

Ulangi pemberian bolus 2 ml/kg Dex 10%

IV Dex 10 % dinaikkan, dengan menghitung kenaikan GIR 2


mg/kg/menit Sampai maksimal 10-12 mg/kg/menit

18
19
Glucose Infusion Rate (GIR)

GIR (mg/kg/min) = Kec cairan (cc/jam) x kons Dextrose


(%)
6 x berat badan (Kg)

GIR bayi aterm 4-6 mg/kg/mnt


GIR bayi prematur 6-8 mg/kg/mnt)

20
21
Akses Intravena : Kateter Umbilikal

22
Anatomi
Vena/Arteri
Umbilikalis

SUMBER: Cardenas, G., et al, 2008, Central Access:


Umbilical Artery & Vein, Clinical Best Practice Guideline.

23
INDIKASI PEMASANGAN KATETER
UMBILIKAL
Kateter Vena Umbilikal Kateter Arteri Umbilikal
Dibutuhkan jalur intravena dalam waktu Monitoring tekanan arteri secara kontinyu
cepat
Pilihan utama untuk memasukkan nutrisi Monitoring gas darah arteri
parenteral dan obat resusitasi
Jalur intravena perifer sulit ditemukan Jalur infus intermiten (hanya bila jalur
dalam waktu singkat vena tidak ditemukan)
Bila diperlukan lebih dari satu jalur Jalur pembuangan/penarikan darah selama
intravena transfusi tukar
Pada bayi berat lahir sangat rendah yang
membutuhkan jalur vena untuk transfusi
tukar
Untuk memasukkan cairan glukosa dengan
konsentrasi > D12.5W
Jarang digunakan untuk monitoring
tekanan vena sentral 24
P2KS KUPANG 24
KEDALAMAN KATETER UMBILIKAL
1) Ukur panjang kateter yang akan di masukkan, terdapat beberapa cara yaitu:
 Mengukur jarak antara umbilicus ke prosesus xyphoideus, ditambah dengan panjang sisa umbilikal
 Mengukur dengan rumus :
 (1,5 x BB) + 5,5cm atau
 1
/2 {(BB x 3) + 9 cm} +1
 Menggunakan grafik

25
MALPOSISI PEMASANGAN KATETER
UMBILIKAL

• Bila posisi ujung kateter berada dalam jantung  risiko aritmia jantung,
perforasi, masuk ke dalam atrium kiri melalui foramen ovale

• Bila posisi ujung kateter berada dalam hati  kerusakan jaringan hati

26
THERMOREGULATION

27
Mekanisme Termoregulasi

• Bayi baru lahir berisiko kehilangan panas dan mengalami hipotermi


• Perbedaan lingkungan intrauterin  ekstrauterin
• PENTING: pengaturan keseimbangan antara kehilangan dan produksi panas
tubuh
• Risiko kehilangan panas: suhu turun (>0,2 – 1˚C/menit)
• Suhu lingkungan : esensial untuk menghindari kehilangan panas
• Menjaga suhu lingkungan bayi agar tercipta suhu tubuh yang stabil dan dengan
metabolisme minimal  THERMAL NEUTRAL ENVIRONMENT

28
4 Mekanisme Kehilangan Panas
pada Bayi Baru Lahir
Konduksi
Konveksi Radiasi
Evaporasi

P2KS KUPANG
2929
Cara pemeriksaan suhu
SUHU REKTAL :
 mencerminkan suhu tubuh yang sesungguhnya tidak direkomendasikan secara rutin kecuali
pada bayi yang sedang dilakukan terapi hipotermia

SUHU AKSILAR :
 suhu yang didapat lebih rendah 0,5°C dibandingkan dengan suhu rektal

SUHU KULIT :
biasanya dilakukan pada bayi yang dirawat di inkubator/infant warmer  ketepatan
kurang lebih sama dengan suhu aksilar.

3
0
Hipotermia
• Pemeriksaan suhu AKSILAR
• Suhu normal : 36,5° - 37,5° Celcius.
• Pembagian derajat hipotermia menurut WHO
- hipotermia ringan : 36–36,40 C;
- hipotermia sedang : 32–35,90 C
- hipotermia berat : <320 C

Tidak ada perbedaan batasan suhu dan


hipotermia
pada bayi cukup bulan dengan prematur.

31
Pengaturan Suhu Pengaturan Suhu
untuk Bayi Usia <7 Hari untuk Bayi usia > 7 harI

Dikutip dari: Sauer dan Visser, 1984

32
32
AIRWAY

33
Bayi membutuhkan NICU atau dirujuk, sering
dengan gejala gangguan pernafasan

Dukungan ventilasi dan reoksigenasi : sangat penting

Ventilasi dan reoksigenasi yang tidak optimal

semakin hipoksemia

Hipoksia , metabolisme anaerob, kematian


sel

34
Bayi Baru Lahir
Berisiko Kesulitan Bernapas
• Kurang bulan<33 minggu
• Ibu DM yang tidak terkontrol.
• Aspirasi mekoneum
• Ibu dengan kecurigaan amnionitis.
• Kelahiran dengan SC.
• Riwayat polihidramnion.
• Problem sumbatan jalan napas (atresia koane, sindrom Pierre Robin, bayiTEF, trakeomal asia, dsb.).
• Problem sumbatan saluran cerna bagian bawah, infeksi sistemik.

35
RESPIRATORY DISTRESS
EVALUATION
Down Score
0 1 2
Respiratory < 60x/minute 60-80 x/minute >80x/minute
Rate
Retraction No retraction Mild retraction Severe Retraction

Cyanosis No cyanosis Cyanosis disappeared Cyanosis (+) with


with O2 O2
Air Entry (+) Air entry decrease NO air entry

Gasping No gasping heard by stethoscope Heard without any


tools

36
RESPIRATORY DISTRESS
EVALUATION
Down Score
Score < 4 Mild Respiratory Distress

Score 4 – 5 Moderate Respiratory Distress

Score > 6 Severe Respiratory Distress (blood gas


analysis should be performed)

37
Mengatasi Problema Pernapasan

Terdapat 2 cara dukungan ventilasi pada bayi baru lahir.


1. Continous positive airway pressure (CPAP)
2. Ventilasi tekanan positif (VTP)

38
INGAT !!!!!

• Karena CPAP hanya berdampak pada peningkatan kapasitas


residu fungsional maka CPAP hanya diindikasikan pada
semua bayi baru lahir dengan kesulitan bernapas, namun
masih mempunyai usaha napas spontan.

• Sebagian udara CPAP ada yang masuk lambung,  tidak


direkomendasikan pada bayi :
1. Dugaan NEC
2. Sumbatan saluran cerna.
39
Kateter orogastrik (OGT)
Bila VTP Diberikan Terlalu Lama (Berkepanjangan)

•Pada bayi dengan VTP yang berkepanjangan, pastikan udara lambung tidak menghambat
pengembangan paru.
•Segera pasang kateter orogastrik (OGT) dan isap udara lambung

•Langkah langkah pemasangan pipa orogastrik.


– Ukur panjang pipa yang akan masuk (ukur dari pangkal hidung, tragus telinga
sampai umbilikal. Hasil yang terukur DIKURANGI 2 cm).
– Setelah masuk sampai ukuran berada di bibir, tes apakah pipa sudah benar berada
di lambung dengan cara masukkan udara melalui semprit 10 mL sekitar 2– 3 mL
dan dengarkan dengan stetoskop.

40
Kebijakan Terapi Oksigen Pada Bayi Baru
Lahir
• Bayi > 35 minggu: 21%
• Bayi kurang bulan: >21–30/40%

• Berikan konsentrasi oksigen serendah-rendahnya


• Target saturasi oksigen:
– Bayi Cukup Bulan: SaO2 90–95% /PaO2 70–80
mmHg
– Bayi Kurang Bulan :SaO2 88/90–92%/PaO2 50–70
mmHg
41
Konsentrasi Oksigen yang Didapat
Melalui Pencampuran Sumber Oksigen dan Sumber Udara Tekan (Liter/menit)

42
PNEUMOTORAKS

Adalah kondisi alveolus atau kantung udara dalam paru mengalami


pembesaran akibat ventilasi berlebihan yang melebihi ambang
elastisitasnya sehingga menyebabkan pecahnya alveolus dan berakibat
udara bocor ke ruang antara paru-paru dan dinding dada

KOMPLIKASI TERSERING PADA PERIODE STABILISASI

43
Temuan Negatif : Temuan Positif :

Daerah terang memiliki Daerah terang menyebar luas


diameter < 5 cm dari di sekeliling sumber cahaya
sumber cahaya menunjukkan suatu
pneumothorak di dada kiri
44 44
BLOOD PRESSURE

45
Penyebab Syok
Syok hipovolemik
1.Kehilangan darah intrapartum

– Plasenta previa, solusio plasenta, plasenta terpotong saat seksio sesaria.


– Cedera tali pusat (robekan pembuluh darah umbilikal, penjepitan umbilikal tidak sempurna).
– Laserasi organ atau luka pada persalinan sulit.
– Perdarahan feto-maternal.
– Twin-to-twin transfusion

2.Perdarahan pascanatal: perdarahan intrakranial, paru.


3.Lain-lain: trauma tali pusat, kebocoran kapiler, dehidrasi.

46
Gejala Klinis Gangguan Sirkulasi
Bayi Baru Lahir
GEJALA AWAL :
 Napas: takipnea, usaha napas meningkat (terlihat
merintih, retraksi, napas cuping hidung)
 Warna kulit: pucat dan/kutis marmorata, sianosis
 CRT > 3 detik
 Frekuensijantung: takikardia (FJ >160 kali/mnt
bayi tenang)
 nadi lemah
 oligouria (<1 mL/kgBB/jam);

4
7
Tatalaksana Syok Hipovolemik

1. Darurat  NaCl 0,9% sebagai pengganti darah sambil menunggu sel darah
merah/packed red cell (PRC) (10 cc/kgBB)
2. Monitor tekanan darah.
3. Cari penyebab

48
LABORATORIUM

49
Bayi Baru Lahir Mudah Terinfeksi
1. Sistem pertahanan tubuh belum sempurna
2. Kadar antibodi IgG rendah pada bayi kurang bulan

3. Molekul antibodi kelas IgM terlalu besar  sulit lewat barie plasenta  semua bayi.
4. Bayi sakit/ BBLR  prosedur invasif (intubasi,ventilator, cairan infus, TPN, OGT)  risiko infeksi 
bila tidak h igienis
5. Infeksi lokal  memicu infeksi sistemik  konjungtivitis (staphylococcus, gonococcus, atau chlamydia),
pasang elektroda intrakutan tidak aseptis, kolonisasi kulit staphylococcus, akses infus tidak aseptis.

50
Terapi Antibiotik

• Terapi antibiotika sebaiknya dipikirkan sebelum bayi


dirujuk
• Untuk menghindari kondisi yang semakin berat akibat
reaksi inflamasi yang biasa terjadi dalam beberapa jam
(< 4 jam)
Ampisilin Gentamisin
Plu
(bakteri gram positif) (bakteri gram negatif)
s

51
EMOTIONAL SUPPORT

52
Langkah-langkah dukungan emosional
• Saat ibu sendiri, lakukan pendampingan
dan dukung emosi ibu
• Bila kondisi ibu bayi memungkinkan,
ibu dapat bersama bayinya sampai Tim Rujukan datang
• Bila kondisi ibu bayi tidak memungkinkan, Tim Rujukan
mengantarkan bayi ke ibu sebelum dirujuk

53
Langkah-langkah dukungan . . . . . .

• Setelah Tim Rujukan berangkat, perawat pendamping ibu dan


menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan ibu
• Menjelaskan pemberian analgetika pasca melahirkan
• Sebut bayi dengan namanya, atau bila belum diberi nama, sebut bayi
dengan istilah ‘anak laki-laki’ ibu atau ‘anak perempuan’ ibu.

54
Pada Saat Tim Rujukan Tiba

• perawat harus mendampingi Tim


• rujukan menuju ruang perawatan ibu
• perawat harus mengamati reaksi orangtua bayi
• bantu orangtua bayi untuk memahami setiap infomasi yang telah
disampaikan

55
Pada Saat Tim Rujukan Tiba ....
• perawat memberikan penjelasan dengan bahasa
sederhana dan mudah dimengerti, tetapi
meyakinkan
• orangtua bayi dengan keterbatasan baca tulis, harus dipikirkan
cara lain untuk memberikan penjelasan bila terdapat hambatan
• dalam komunikasi bahasa, jangan gunakan keluarga / teman sebagai
penerjemah
56
Pada Saat Tim Rujukan Tiba ....
• ucapkan selamat atas kelahiran putra/putri mereka
• orangtua adalah orang yang pertama yang harus mendapat informasi
medik tentang keadaan bayinya
• beri komentar yang baik tentang penampilan fisik bayi

57
Pada Saat Tim Rujukan Tiba ....

• Tim Rujukan harus dapat menjelaskan di mana lokasi, bagaimana


kondisi rumah sakit penerima rujukan beserta Unit Perawatan
Intensif Bayi Baru Lahir (NICU)
yang dimiliki, dan siapa dokter yang
bertanggung jawab untuk perawatan bayi

58
Pemantauan Kondisi Psikologis Orangtua Bayi dan
Keluarganya Setelah Bayi Dirujuk ke Rumah Sakit Lain.
• bantu orangtua bayi mengetahui kondisi bayi mereka
• perawat harus meminta dokter spesialis anak untuk
menjelaskan “kabar tidak baik” ini kepada keluarga bayi
• sampaikan bahwa anda juga dapat merasakan bagaimana
perasaan mereka dan akan berusaha membantu

59
Pemantauan Kondisi Psikologis Orangtua Bayi dan
Keluarganya Setelah Bayi Dirujuk ke Rumah Sakit Lain …..

• Penjelasan harus bersifat sederhana, mudah dimengerti,


meyakinkan, dan jujur.
• Penting diingat, selalu memberikan dukungan, tidak
menyalahkan orang lain, dan perhatikan kultur yang
berbeda.

60
TRANSPORTASI
PADA BAYI BARU LAHIR

61
PROGRAM ACCEPT
PENDEKATAN SISTEMATIK UNTUK TRANSPORTASI
NEONATUS
ASSESMENT
• Menilai indikasi pasien yang bisa dirujuk :

kasus prognosis baik (diterangkan dengan ilustrasi)


 terutama didasari pada teori kegawatan pada
neonatus
 Kelayakan pasien yang dirujuk
 kondisi pasien harus stabil

62
Transport harus STABLE
 Sugar: tidak hanya khusus hipoglikemia, tetapi juga kecukupan cairan elektrolit dan nutrisi
 Termostabil dengan metode Kangoroo
 Airway bebas jalan napas dan oksigenisasi adekuat
 Blood pressure :sirkulasi stabil selama transport
 Lab: stabilitas sugar, airway/breathing dan sirkulasi jika bisa konfirmasi lab
 Edukasi: informed consent utk izin melaksanakan rujukan

63
PROGRAM ACCEPT
PENDEKATAN SISTEMATIK UNTUK
TRANSPORTASI NEONATUS
CONTROL
•Kemampuan tim :
timharus terlatih terbukti memiliki sertifikasi pelatihan untuk transportasi bayi (resusitasi
dan stable)

•Kelengkapan alat

 alat resusitasi dan STABLE

64
PROGRAM ACCEPT
PENDEKATAN SISTEMATIK UNTUK
TRANSPORTASI NEONATUS
COMMUNICATION
•Internal (diantara tim) :
checklist preparation
•Eksternal (ke rumah sakit rujukan)
komunikasi langsung
catatan rekam medik + surat rujukan
•Keluarga (baksokuda)
menerangkan kondisi pasien kepada keluarga
informed consent

65
PROGRAM ACCEPT
PENDEKATAN SISTEMATIK UNTUK
TRANSPORTASI NEONATUS
EVALUATION
Klinis pasien harus warm, pink, sweet :

 Sebelum transportasi
 Selama transportasi
 Saat tiba ditempat rujukan

66
PROGRAM ACCEPT
PENDEKATAN SISTEMATIK UNTUK
TRANSPORTASI NEONATUS
PREPARATION
•Persiapan rujukan yang dinilai melalui Checklist proses transportasi, terdiri dari :
 SDM
 Alat (kelengkapan medis) + kendaraan
 Pasien

67
PROGRAM ACCEPT
PENDEKATAN SISTEMATIK UNTUK
TRANSPORTASI NEONATUS
TRANSPORTASI
Pasien siap diberangkatkan ke tempat rujukan dengan kendaraan yang memenuhi syarat

68
69

You might also like