3-Pendekatan-Pendekatan Ilmu Politik

You might also like

You are on page 1of 27

Pendekatan-Pendekatan

dalam Ilmu Politik


Budi Harjo, M.IP.
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fisip Unila

1
Materi Bahasan
 Pendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Politik.
Pendekatan Legal/ Institusional
Pendekatan prilaku.
Pendekatan neo-Marxis
Teori ketergantungan (Dependency Theory)
Pendekatan Pilihan Rasional (Rational Choice)
Pendekatan Institusionalisme Baru

2
Definisi Pendekatan
Menurut Vernon van Dyke (dlm Budiarjo, 2008):
Pendekatan adalah kriteria untuk menyeleksi
masalah dan data yang relevan.
Pendekatan mencakup: Standar atau tolak ukur yang
dipakai untuk memilih masalah dan menentukan
data mana yang akan diteliti serta data yang mana
yang akan dikesampingkan.
Berbeda dg metode yg hanya mencakup prosedur
utk memperoleh dan mempergunakan data.

3
Pertama, Pendekatan Legal/ Institusional

Disebut juga sbg pendekatan tradisional


Isi Kajian dan Ciri:
– Filsafat.
• Normatif: Menjelaskan yang seharusnya, bukan keadaan
sebenarnya.
• Preskriptif: Paduan mana yang baik dan buruk.
– Sejarah.
• Historis: Kajiannya tentang masa lampau.
• Deskriptif: Bersifat paparan.
– Hukum.
• Legal konstitusional: Lembaga formal
4
Lainnya:
– Sarat Nilai: Syarat-syarat baik dan buruk dalam masyarakat.
– Pendekatan tradisional gagal dalam pembangunan teori.
• Namun banyak menghasilkan filsafat politik atau acuan hukum
atau etika politik.
• Teori adalah penjelasan yang berasal dari fakta empirik.
• Filsafat adalah penjelasan yang tidak berasal dari fakta empirik.
Metode:
– Kualitatif: Tidak memakai bantuan statistik dan
matematika.
– Metode kuantitatif menggunakan bantuan statistik dan
matematika. Dimulai sejak 1932.
5
Contoh karya Buku Pendekatan Tradisional

Algemene Staatleer (Ilmu Negara Umum) oleh R.


Krannenburg (1959).

6
Pendekatan pd kegiatan dan proses
Sarjana Amerika, pertengahan awal 1930-an muncul
pendekatan yg lebih melihat pd kegiatan dan proses.
Madzhab Chicago, seperti Charles E. Merriam dg
karyanya, Political Power: its composition and
incidence (1934).
Harrold D. Laswell, Politics: Who gets What, When,
How (1936).
Bg mereka esensi dr politik adlah kekuasaan,
terutama kekuasaan utk menentukan kebijakan
publik (Budiarjo, 2008).
7
Pendekatan Prilaku (Behavioral Approach)

Mulai berkembag di Amerika pd th 1950.


Sebab-sebab munculnya:
1. Sifat deskriptif dr ilmu politik diangap tdk
memuaskan, karena tdk realistik dan sangat berbeda
dg kenyataan sehari-hari
2. Ada kekhawatiran bhw jika ilmu politik tdk maju dg
pesat, maka ia akan ketinggalan dibandingkan dg
ilmu yg lain.
3. Di kalangan pemerintah Amerika telah muncul
keraguan mengenai kemampuan para sarjana ilmu
politik utk menerangkan fenomena politik.
8
Pendekatan Prilaku (Behavioral
Approach)
Pada pendekatan prilaku ini:
– Pembahasan struktur berubah menjadi
pembahasan proses.
– Pembahasan lembaga berubah menjadi
pembahasan perilaku.
– Mengkaji tdk hanya perilaku dan kegiatannya saja
tetapi jg pada orientasinya thdp kegiatan tertentu
seperti sikap, motivasi, evaluasi, tuntutan,
harapan, dsb.
– Cenderung bersifat interdisipliner
9
Pendekatan Prilaku (Behavioral Approach)

David Easton (1962), dan Albert Somit (1967) menguraikan


konsep pokok pendekatan perilaku
1. Perilaku politik menampilkan keteraturan (regularities)
2. Harus ada usaha membedakan scr jelas antara norma
(ideal atau standard sbg pedoman utk perilaku) dan fakta
(sesuatu yg dapat dibuktikan berdasarkan pengamatan
dan pengalaman).
3. Analisis politik tdk boleh dipengaruhi oleh nilai-nilai
pribadi si peneliti; setiap analisis harus bebas nilai (value-
free), sebab benat tidknya nilai-nilai spt misalnya
demokrasi, persamaan, kebebasan, tdk dapat diukur scr
ilmiah.
10
4. Penelitian harus sistematis dan menuju
pembentukan teori (theory building).
5. Ilmu politik harus bersifat murni (pure science);
kajian terapan utk mencari penyelesaian masalah
(problem solving) dan menyusun rencana perbaikan
perlu dihindarkan. Akan tetapi ilmu politik harus
terbuka bagi dan terintegrasi dg ilmu-ilmu lainnya.
 Ciri khas pendkt perilaku adlh masyarakat dipandang
sbg suatu sistem sosial, dan negara dipandang sbg suatu
sistem politik yg menjadi subsistem dari sistem sosial.

11
Contoh Pendekatan Prilaku
The Civic Culture (1963) dan The Civic Culture
Revisited (1980) oleh Gabriel A. Almond dan Sidney
Verba.
Structural Functional Analysis oleh Gabriel A.
Almond.
General System Analysis oleh David Easton.
Communication Theory oleh Karl Deutsch.

12
Kritik Terhadap Pendekatan Prilaku
Hanya mementingkan pembangunan teori, tanpa
mengindahkan kebutuhan “aksi” dan “relevansi.”
Aspek “kuantitatif” dalam banyak hal dianggap
terlalu menyederhanakan kesimpulan.
“Norma-norma” politik ditinggalkan oleh penganut
prilaku.

13
Pendekatan Pascaprilaku
(Post-Behavioral Approach)
Beberapa Ciri:
Dalam usaha mengadakan penelitian empirik dan
kuantitatif, ilmu politik menjadi terlalu abstrak dan
tidak relevan dengan masalah-masalah sosial.
Menangani masalah-masalah sosial lebih penting
daripada kecermatan dlm penelitian.
Bersifat konservatif, karena terlalu menekankan
keseimbangan dalam sistem dan kurang memberi
peluang-peluang pada perubahan.
Dalam penelitian, nilai-nilai tidak boleh dihilangkan.
Ilmu tidak boleh value free dalam evaluasinya.
14
Pendekatan Pasca-Prilaku
(Post-Behavioral Approach)
– Para cendekiawan mempunyai tugas historis
melibatkan diri dalam usaha mengatasi masalah-
masalah sosial dan mempertahankan nilai-nilai
kemanusiaan.
Sarjana harus action oriented. Membentuk
masyarakat yang lebih baik.
Mereka harus merasa committed utk aktif mengubah
masyarakat agar menjadi lebih baik. Sarjana harus
berorientasi pd tindakan (action oriented).

15
Hasilnya:
Pendekatan membaur satu sama lain.
Pendekatan deskriptif dilengkapi dengan analisis
pelaku-pelakunya.
Nilai-nilai dan norma didudukan kembali pada
tempatnya yang terhormat.
Contoh pendekatan pascprilaku adalah The New
Revolution in Political Science (1969) oleh David
Easton.

16
Pendekatan Neo-Marxis
 Tokoh imuah antara lain Georg Lukacs (1885-1971) dlm
karyanya History and Class Conciousness.
 Para Neo-Marxis menolak komunisme dr Uni Soviet yg
represif, tapi di satu sisi juga tdk setuju dg banyak aspek
dari kapitalisme.
 Di Amerika Serikat setelah PD II muncul istilah perang
dingin antara Amerika dg Uni Soviet.
 Th 1960-an, di Eropa barat dan Amerika dilanda berbagai
konflik sosia, ekonomi, dan rasial yg meresahkan.
 Sbg reaksi banyak cendekiawan mencari jalan keluar.

17
Tokoh Neo-Marxis, Bertell Olman& Edward Vernofff
berpendapat bhw membahas masalah sosial scr holistik
(semua berkaitan erat dan tdk boleh dipisah-pisahkan) dan
dialektis (mereka melihat sejarah soalah-olah terdorong oleh
pertentangan antara dua kelas sosial), yt: adanya dua
himpunan massa (aggregates) yg sedikit banyak kohesif serta
memiliki banyak fasilitas(the advantage) dan mereka g tdk
mempunyai fasilitas (the disadvantage).
Negara cenderung memberi dukungan pd kelas pertama.
Neo-Marxis menghapus ketidakadilan, & membentuk tatanan
masyarakat yg memenuhi kepentingan seluruh masyarakat
(Budiarjo, 2008).
18
Pendekatan Teori ketergantungan
(Dependency Theory)
Kaum yg menghususkan penelitiannya pd hubungan
negara Dunia Pertama dan negara Dunia Ketiga th 1970-
an dan 1980-an (Paul baron, Andre Gunder Frank).
Kaum ini berpendapat bhw imperialisme masih hidup,
tetapi dlm bentuk lain, yt dominasi dr negara-negar kaya
thd negara yg kurang maju (underdeveloped).

19
Pembangunan negara Dunia Ketiga terkait
dg kepentingan Pihak Barat
1. Negara bekas jajahan dpt menyediakan sumber
daya alam.
2. Negara kurang maju dpt menjadi pasar utk hasil
produks negara maju, sedangkan produksi utk
ekspor sering ditentukan oleh negara maju.
 Mengakibatkan keterbelakangan/ kemiskinan pada
negara-negara kurang maju.
 Contoh Negara-negara Amerika Selatan

20
Pendekatan pilihan rasional
Bahwa manusia politik (homo politicus) sudah
menuju ke arah manusia ekonomi (homo
economicus).
Perilaku manusia dpt dg mudah diramalkan dg cara
melihat kepentingan-kepentingan dari aktor yg
bersangkutan (involved).

21
Prinsip dari Pelaku Rational Action;
Politisi, birokrat, pemilih dan aktor ekonomi, pd
dasarnya egois dan segala tindakannya berdasarkan
pd kecenderungan ini.
Mereka sll mencari cara yg efisien utk mencapai
tujuannya.
Optimalisasi kepentingan dan efisiensi merupakan ini
dari teori rational choice.

22
Doktrin Jame B. Rule ttg penganut rational
choice
1. Tindakan manusia pd dasarnya adalah instrumen
(dlm arti alat bantu) untuk mencapai tujuan yg
diinginkan
2. Para aktor merumuskan perilakunya mll
perhitungan rasional mengenai aksi mana yg akan
memaksimalkan keuntungannya.
3. Proses-proses sosial berskala besar termasuk
ratings, praktik-praktik merupakan hasil kalkulasi
perhitungan rasional (dlm Budiarjo, 2008).

23
Pendekatan institusionalisme baru
Mengapa disebut institusionalisme baru, karena ia
mrpkn penyimpangan dari institusionalisme lama.
Pendekatan institusionalisme lama memandang
negara sebagai institusi yg statis.
Pendekatan institusionalisme baru memandang
negara sbg institusi yang dpt diperbaiki utk mencapai
tujuan tertentu. Contoh, membangun masyarakat yg
lebih makmur.

24
Pendekatan institusionalisme baru Robert
E. Goodin
1. Aktor dan kelompok melaksanakan proyeknya dlm
suatu konteks yg dibatasi scr kolektif.
2. Pembatasan2 itu terdiri dari institusi2, yt:
a) pola norma, dan pola peran yg telah berkembang
dlm kehidupan sosial, dan
b) perilaku dari mereka yg memegang peran itu.
3. Pembatasan2 ini dlm banyak hal memberikan
keuntungan bagi individu atau kelompok dlm
mengejar proyek masing-masing.

25
4) Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yg membatasi
kegiatan individu dan kelompok, juga memengaruhi
pembentukan preferensi dan motivasi dr aktor & kelompok-
kelompok.
5) Pembatasan-pembatsan ini mempunyai akar historis, sbg
peninggalan dari tindakan dan pilihan-pilihan masa lalu.
6) Pembatasan-pembatasan ini mewujudkan, memelihara, dan
memberi peluang serta kekuatan yg berbeda kpd individu
dan kelompok masing-masing.

26
Terima kasih

27

You might also like