You are on page 1of 15

NEGARA DAN WARGA NEGARA

ANGGOTA KELOMPOK :
 WISNUGROHO [ 20510003 ]
 ARI SETIAWAN [ 20510010 ]
L/O/G/O
 NUR ANTON [ 20510088 ]
Negara

Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya


baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur
oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara juga
merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan
yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri
secara independent.
Syarat Suatu Negara
Syarat primer sebuah negara : Syarat sekunder :
• memiliki rakyat • mendapat pengakuan dari
• memiliki wilayah, dan negara lain

• memiliki pemerintahan yang


berdaulat.
Warga Negara

Warga Negara adalah orang-orang yang menjadi bagian dari suatu


penduduk yang menjadi unsur negara. Karena warga negara
mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari suatu negara,
yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan
kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai
persamaan hak di hadapan hukum. Semua warga negara memiliki
kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab.
TEORI TERBENTUKNYA SUATU NEGARA
2. Teori Kekuasaan 3. Teori Perjanjian 4. Teori Hukum 5. Teori Kedaulatan
1. Teori Ketuhanan
Alam Ada 2 yaitu:
Negara bisa terbentuk Semua warga
Penganut teori ini
karena adanya mengadakan Negara terjadi a. Teori kedaulatan
adalah F.Y. Stahl,
kekuasaan. Kekuasaan perjanjian untuk secara alamiah negara, yaitu negara
Kranenburg,
berarti perjuangan mendirikan suatu dengan bersumber memegang
Thomas Aquino,
hidup yang terkuat, organisasi yang dari manusia kekuasaantertinggi
Haller, dan
memaksakan melindungi dan sebagai makhluk untuk menciptakan
Agustinus. Lewat
kemauannya kepada menjamin sosial yang hukum demi mengatur
teori ini, para ahli
yang lemah. kelangsungan hidup memiliki kepentingan rakyat.
berpendapat
Kekuasaan yang bersama. kecenderungan b. Teori kedaulatan
bahwa segala
dimaksud ada 2, yaitu berkumpul dan hukum, yaitu hukum
sesuatu terjadi atas
fisik dan ekonomi. saling berhubungan memegang peranan
kehendak Tuhan.
untuk mencapai tertinggi dan
kebutuhan kedudukannya lebih
hidupnya. tinggi dari negara.
KEDUDUKAN DAN PERAN WARGA NEGARA DI DALAM NEGARA

Kedudukan warga negara di dalam suatu negara sangat penting statusnya terkait dengan hak dan kewajiban yang dimiliki
sebagai warga negara. Perbedaan status / kedudukan sebagai warga negara sangat berpengaruh terhadap hak dan kewajiban
yang dimiliki baik yang mencangkup bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun hankam. Berikut dijabarkan mengenai
kedudukan warga negara dalam negara :
1. Dengan memiliki status sebagai warga negara, maka orang akan memiliki hubungan dengan negara. Hubungan itu berwujud
status sebagai warga negara, peran sebagai warga negara, serta hak dan kewajiban sebagai warga negara.
2. Sebagai warga negara, maka ia memiliki hubungan timbal balik yang sederajat dengan negaranya.
3. Secara teori, status warga negara meliputi status pasif, aktif, negatif dan positif.
4. Peran (role) warga negara juga meliputi peran yang pasif, aktif, negatif, dan positif (Cholisin, 2000).

Berkaitan dengan peran (role) warga negara, dapat dijelaskan bahwa peran warga negara adalah sebagai berikut:
1. Peran pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap semua peraturan perundang – undangan yang berlaku.
2.Peran aktif merupakan aktivitas warga negara untuk terlibat (berpatisipasi serta ambil bagian dalam kehidupan bernegara,
terutama dalam mempengaruhi keputusan publik.
3. Peran positif merupakan aktivitas warga negara untuk meminta pelayanan dari negara untuk memenuhi kebutuhan hidup.
4.Peran negatif merupakan aktivitas warga negara untuk menolak campur tangan negara dalam persoalan pribadi.
PENGERTIAN NEGARA HUKUM
Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum
yang menjamin keadilan kepada warga negaranya yang mana
keadilan tersebut merupakan syarat bagi tercapainya
kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sifat keadilan
itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar
dapat membuat warganegara suatu bangsa menjadi baik.

UNSUR DALAM NEGARA HUKUM

Norma objektif itu harus Hubungan antara yang


memenuhi syarat bahwa memerintah dan yang diperintah
tidak hanya secara formal, tidak berdasarkan kekuasaan
melainkan dapat melainkan berdasarkan suatu
dipertahankan berhadapan norma objektif, yang juga
dengan ide hukum. mengikat pihak yang
memerintah.
CIRI – CIRI NEGARA HUKUM
 Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum
positif yang berlaku.
 Pekerjaan negara berada dibawah kontrol
kekuasaan kehakiman yang efektif.
 Berdasarkan sebuah undang-undang yang
menjamin HAM.
 Menuntut pembagian kekuasaan.
PILAR – PILAR NEGARA HUKUM
 Supremasi Hukum (Supremacy of Law): Adanya pengakuan normatif dan empirik akan
prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai
pedoman tertinggi.
 Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law): Adanya persamaan kedudukan setiap
orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui secara normative dan dilaksanakan secara
empirik.
 Asas Legalitas (Due Process of Law): Yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus
didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis.
 Pembatasan Kekuasaan: Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara
dengan cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisahan
kekuasaan secara horizontal.
 Organ-Organ Campuran Yang Bersifat Independen: Dalam rangka membatasi kekuasaan
itu, di zaman sekarang berkembang pula adanya pengaturann kelembagaan pemerintahan yang
bersifat ‘independent’, seperti bank sentral, organisasi tentara, dan organisasi kepolisian. Selain
itu, ada pula lembaga-lembaga baru seperti Komisi Hak Asasi Manusia, Komisi Pemilihan
Umum (KPU), Komisi Ombudsman Nasional (KON), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan lain
sebagainya.
 Peradilan Bebas dan Tidak Memihak: Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak
(independent and impartial judiciary). Peradilan bebas dan tidak memihak ini mutlak harus ada dalam
setiap Negara Hukum.
 Peradilan Tata Usaha Negara: Meskipun peradilan tata usaha negara juga menyangkut prinsip
peradilan bebas dan tidak memihak, tetapi penyebutannya secara khusus sebagai pilar utama Negara
Hukum tetap perlu ditegaskan tersendiri.
 Peradilan Tata Negara (Constitutional Court): Di samping adanya pengadilan tata usaha negara
yang diharapkan memberikan jaminan tegaknya keadilan bagi tiap-tiap warga negara, Negara Hukum
modern juga lazim mengadopsikan gagasan mahkamah konstitusi dalam sistem ketatanegaraannya,
baik dengan pelembagaannya yang berdiri sendiri di luar dan sederajat dengan Mahkamah Agung
ataupun dengan mengintegrasikannya ke dalam kewenangan Mahkamah Agung yang sudah ada
sebelumnya.
 Perlindungan Hak Asasi Manusia: Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia
dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil.
 Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat): Dianut dan dipraktekkannya prinsip demokrasi
atau kedaulatan rakyat yang menjamin peranserta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
kenegaraan, sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang ditetapkan dan ditegakkan
mencerminkan nilai-nilai keadilan yang hidup di tengah masyarakat.
 Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat): Hukum adalah
sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, baik yang
dilembagakan melalui gagasan negara demokrasi (democracy) maupun yang diwujudkan melalaui
gagasan negara hukum (nomocrasy) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
 Transparansi dan Kontrol Sosial: Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhadap
setiap proses pembuatan dan penegakan hukum, sehingga kelemahan dan kekurangan yang terdapat
dalam mekanisme kelembagaan resmi dapat dilengkapi secara komplementer oleh peranserta
masyarakat secara langsung (partisipasi langsung) dalam rangka menjamin keadilan dan kebenaran.
 Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa : Khusus mengenai cita Negara Hukum Indonesia yang berdasarkan
Pancasila, ide kenegaraan kita tidak dapat dilepaskan pula dari nilai Ketuhanan Yang Maha Esa yang
merupakan sila pertama dan utama Pancasila.
NEGARA HUKUM PANCASILA
Negara hukum adalah negara yang menempatkan hukum pada tempat yang
tertinggi, yang meliputi perlindungan terhadap hak asasi manusia,
pemisahan kekuasaan, setiap tindakan pemerintah didasarkan pada
peraturan perundang-undangan, dan adanya peradilan yang berdiri sendiri.
Penyebutan Indonesia sebagai negara hukum dapat dilihat dalam Pasal 1
ayat (2) dan (3) UUD 1945 bahwa Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Dasar dan Negara Indonesia
adalah negara hukum.
Pada dasarnya, Pancasila dapat ditemukan dalam rumusan pembukaan
UUD 1945 alinea keempat, di sana terkandung patokan-patokan dasar
terpenting dalam merumuskan norma-norma hukum positif, antara lain;

1. Ketuhanan yang Maha Esa 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh


bermakna bahwa setiap warga hikmah kebijaksanaan dalam
negara Indonesia secara permusyawaratan /perwakilan
positif memeluk ajaran agama. mengandung makna bahwa
musyawarah menjadi hal yang
2. Kemanusiaan yang adil dan utama.
beradab mengandung makna
bahwa pembentukan hukum 5. Serta dasar untuk mewujudkan
harus menunjukkan karakter Keadilan sosial bagi seluruh
3. Persatuan Indonesia mengandung
dan ciri-ciri hukum dari rakyat Indonesia mengandung
pemahaman hukum bahwa setiap
manusia yang beradab. nilai-nilai bahwa setiap peraturan
peraturan hukum mulai Undang-
hukum baik Undang-undang
undang hingga putusan pengadilan
maupun Putusan Pengadilan
harus mengacu pada terciptanya
mencerminkan semangat
sebuah persatuan di antara warga
keadilan.
bangsa
Rumusan Pancasila ini dapat pula disebut sebagai rumusan dasar
cita negara dan sekaligus dasar dari cita hukum negara Indonesia.
Sebagai cita negara, ia dirumuskan berdasarkan cita yang hidup di
dalam masyarakat, yakni masyarakat mengembangkan citanya
sendiri, yang berisi cita-cita, harapan, keinginan, norma, dan bentuk
ideal masyarakat yang dicita-citakannya.
Sebagai suatu cita hukum, Pancasila mengandung norma-norma
paling mendasar yang berfungsi sebagai pembimbing rumusan
norma-norma hukum yang lebih rendah di dalam negara. Oleh
sebab itu, Pancasila sering disebut sebagai “sumber dari segala
sumber hukum”
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

You might also like