You are on page 1of 10

Corak Pemikiran Politik Islam

Kelompok II
1. Ani khoirun Nafi’ah (1860103221013)
2. Binti Mir’atus Sholihah (1860103008)
3. Deta Reztifa Putri (1860103221078)
4. Dicky Dwi Hermawan (1860103221116)
PEMBAGIAN MASA PERKEMBANGAN POLITIK ISLAM

Masa hidup dan dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah diakui


oleh para sejarawan muslim dan non muslim sebagai masa awal lahirnya
politik islam dalam sejarah dunia. Karena, Pertama, posisi Rasulullah sebagai
Nabi dan Rasul Allah yang mengajarkan risalah kebenaran, norma sosial dan
kehidupan bermasyarakat. Kedua, Rasulullah adalah satu-satunya pemimpin
yang bukan hanya menjadi panutan tapi juga menjadi sumber hukum yang
valid. Ketiga, bukti ajaran, kekuasaan dan pengaruh yang sampai saat ini
masih menjadi pedoman dan tuntunan Muslim dalam seluruh
aspek kehidupan baik pribadi maupun golongan.
Periode Klasik Politik Islam
Pada masa klasik antara masa Rasulullah dan masa Daulah
Umayyah belum banyak perkembangan politik yang terjadi dan belum ada
pemikiran politik islam dari kelompok Khawarij dan Syi’ah yang disebabkan
orientasi Daulah Umayyah yang lebih menitik beratkan pada pengembangan
kekuasaan .

Ciri yang menonjol dari pemikiran politik dimasa klasik.


• Pertama, adanya pengaruh pemikiran Yunani, terutama teori Plato tentang asal
usul negara. Diantara para cendekiawan yang menjadi ciri perkembangan politik Islam dimasa ini
dengan pendapat yang telah dikolaborasikan dengan Islam adalah Ibnu Abi Rabi’ Al-Marwadi, yang
mengatakan bahwa negara dibentuk untuk melanjutkan misi kenabian untuk melindungi agama dan
mengatur dunia, dan Al-Farabi dengan konsep As-sa’adah jalan ruhani dalam kekuasaan, dan
sebagainya3

• Kedua, pemikiran politik dimasa ini sebagian besar di dasari respon mereka terhadap kondisi
sosial politik yang terjadi. Al-Ghazali berpendapat rakyat harus berani melakukan kritik dan
reformasi terhadap pemerintah yang melakukan kesalahan
Periode Pertengahan Politik Islam
Periode pertengahan ditandai dengan runtuhnya Daulah Abbasyiah pada abad
ke-19 tahun 1258 M yang menyebabkan kemunduran politik Islam. Sehingga
orientasi pemikiran politik Islam berubah. Islam mengalami perpecahan politik
dengan munculnya banyak dinastidinasti kecil dalam kekhalifahan Islam

Periode pertengahan diakhiri beberapa kerajaan yaitu Utsmani di Turki, Safawi di


Persia, dan Mughal di India yang disebut dengan Zaman Kolonialisme. Dari kutipan
diatas menjadi bukti bahwa masih ada kaum intelektual yang realistis menghadapi
kehancuran islam. Meskipun masih dalam situasi tekanan dari negeri barat yang
sudah bebas dari segala kegelapan demi memulai kebangkitan, namun islam tetap
responsif dengan cara menumbuhkan benih-benih intelektual pemikiran yang baru
diubah.
Periode Kontemporer Politik Islam

Periode Kontemporer ditandai kolonialisme yang melanda negerinegeri muslim. Hampir


seluruh dunia Islam berada dibawah penjajahan barat. Dunia Islam tidak mampu bangkit
dari kemunduran yang berkepanjangan. Ada tiga hal yang melatarbelakangi pemikiran Islam
Kontemporer.

o Pertama, kemunduran dan kerapuhan dunia Islam yang disebabkan oleh faktor-faktor
internal dan yang berakibat munculnya gerakan-gerakan pembaharuan dan pemurnian.

o Kedua, rongrongan Barat terhadap keutuhan kekuasaan politik dan wilayah dunia Islam
yang berakhir dengan dominasi atau penjajahan negara-negara Barat atas sebagian besar
wilayah dunia Islam dan berkembangnya dikalangan umat Islam, semangat permusuhan
dan sikap anti Barat.

o Ketiga, keunggulan Barat dalam bidang ilmu, teknologi, dan organisasi.


Kecenderungan yang seperti ini membuat sebagian pemikir ada yang
mencoba meniru Barat, ada juga yang menolak Barat dan menghendaki
kembali kepada kemurnian Islam12. Maka dalam periode ini ada tiga
kecenderungan pemikiran politik Islam yaitu Integralisme, Interseksion,
dan Sekularisme.

Golongan pertama yang beraliran intregalisme berpendapat bahwa agama dan negara haruslah
menjadi satu dan tidak boleh dipisahkan bahkan tidak bisa terpisahkan. Diantara para pemikir yang
sependapat dengan pendapat ini adalah:

A. Muhammad Rasyid Ridha (1856-1935), karyanya yang terkenal dengan pendapat diatas adalah
Al-Khilafah wa al-Imamah al- ‘Uzm
B. Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna (1906-1979) pendiri gerakan Ikhwalul Muslimin.
C. Sayyid Quthb (1906-1966) salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin di Mesir yang dipenjara karena
dianggap merongrong pemerintahan Mesir dibawah pimpinan Anwar Sadat.
D. Khomeini (1900-1989) pemimpin revolusi Iran bermadzhab Syi’ah yang menggagas konsep
“wilayatul faqih” dan “Hokunat Islami”
Golongan kedua atau dikenal dengan interseksion, berpendapat bahwa
negara dan agama harus menciptakan sebuah hubungan yang saling
menguntungkan posisi dan tujuan masing-masing. Agama membutuhkan
negara untuk menegakkan aturan-aturan syariat. Sementara negara
membutuhkan agama sebagai legitimasi. Pendapat ini adalah pendapat
moderat (tengah-tengah) yang tidak mengabaikan kebutuhan agama akan
negara dan sebaliknya. Golongan ini diwakili oleh :

a. Muhammad Abduh (1849-1905) tokoh pembaharu Mesir.


b. Muhammad Iqbal (1873-1938) bapak pendiri negara Pakistan.
c. Muhammad Husain Haikal (1888-1945) yang menulis Hayatu
Muhammad, Fi Manzil al-Wahyi dan Al-Humumat al-Islamiyat.
d. Fazlur Rahman (1919-1988) bapak pembaharu Pakistan yang menulis
Islam and Modernity dan Major Themes oh the Qur’an14 .
Golongan ketiga dengan nama sekularisme berpendapat bahwa negara dan agama
adalah hal yang terpisah dan tidak boleh disatukan karena keduanya memiliki ranah
dan urusan yang berbeda, terlebih mereka beralih bahwa Rasulullah SAW tidak
perneh memerintahkan berdirinya negara Islam. Paham ini banyak diterapkan di
Eropa, sebagian Asia, bahkan Arab Saudi sudah menegaskan bahwa mereka
menganut sistem yang bersumber dari paham ini. Kelompok ini diwakili oleh :

a. Ali Abd al-raziq (1888-1966) yang menulis Al-Islam wa Ushul al-Hukn : bahts
fi al-Khilafati wa al-Hukumati fi al-Islam.
b. Thaha Husein (1889-1973) yang menulis Mustabal atsTsaqofah fi Mishr.
c. Mustafa Kemal Atturk (1881-1938) pendiri Republik Turki Moderen.

Objek bahasan dari pemikiran politik Islam Kontemporer juga bukan sekedar
membahas normatif dari isu-isu klasik dalam Islam seperti dibahas dalam Fikih
Siyasah, tetapi memperkenakan isu-isu yang bersifat kekinian seperti tentang negara
bangsa, demokrasi, hak asasi manusia, perempuan dan politik, partai politik,
kelompok kepentingan, pluralisme dalam politik.
Terimakasih
‫َو َم ْن ُيَش اِقْق َي ْشُقِق ُهَّللا َع َلْي ِه َي ْو َم اْلِقَي اَم ِة‬
“Barang siapa yang menyulitkan (orang lain) maka Allah akan
mempersulitnya para hari kiamat” (HR Al-Bukhari no 7152)

‫ َو َم ْن َش اَّق ُم َس ِّلًما َشَّق ُهَّللَا َع َلْي ِه‬, ‫َم ْن َض اَّر ُمْس ِلًما َض اَّر ُه هللَا‬
“Barangsiapa yang memberi kemudharatan kepada seorang
muslim, maka Allah akan memberi kemudharatan kepadanya,
barangsiapa yang merepotkan (menyusahkan) seorang muslim
maka Allah akan menyusahkan dia.” (HR. Abu Dawud dan At-
Tirmidzi)

You might also like