You are on page 1of 41

Pemadatan Material Timbunan

Pemadatan Material Timbunan


 Kriterial pemadatan untuk material timbunan adalah
kebutuhan yang wajar pada pembangunan conduit yang
flexibel.
 Pemadatan akan mengurangi rongga antara butiran
tanah dan menambah kepadatan tanah.
 Pemadatan yang baik akan mengurangi permasalahan
defleksi, penurunan dan infiltrasi pada conduit.
 Pemadatan material timbunan akan menaikkan
kepadatan tanah di lapangan dan menghasilkan pre-
stressing pada timbunan.
Kepadatan Lapangan Yang
Dibutuhkan
 Kebutuhan derajat kepadatan lapangan akan ditentukan
berdasarkan tinggi lapisan penutup, penambahan beban
hidup, elevasi muka air tanah dan sifat-sifat tanah.
 Umumnya akan dilakukan sampai pada tingkat “Moderate”.
 Jika pemadatan dilakukan sampai tingkat ini, maka target
minimum tingkat kepadatan di lapangan adalah 90% dari
kepadatan proctor standar.
 Pengujian kepadatan lapangan yang umum dilakukan
untuk memastikan derajat kepadatan lapangan dilakukan
dengan menggunakan test sand cone dan nuclear.
Pemadatan
 Pemadatan dekat dengan conduit ketika
menggunakan impact-type tampers, conduit
tidak diijinkan kontak langsung dengan alat.
 Untuk lokasi yang berada di atas conduit,agar
dihindari pemadatan secara langsung, jika
menggunakan peralatan Impact Tampers
sampai tinggi timbunan mencapai 12”.
 Hal ini dilakukan untuk menghindari lokal
deformation pada conduit.
Pemadatan
 Pemadatan utama awal penimbunan
dilakukan kadar air tanahnya dekat dengan
kadar air optimum.
 Rentang yang diijinkan untuk kadar air
adalah 2% lebih besar dan 2% lebih kecil dari
kadar air optimum
 Material dihampar dan dipadatkan pada
kedua sisi conduit untuk menghindari
berpindah/terangkatnya conduit.
Pemadatan Material Klass I
dan II
 Pemadatan dengan getaran adalah cara
paling efektif untuk material kelas I dan II.
 Pemadatan pada material batu tidak
mengakibatkan terjadinya deformasi, tetapi
akan mengakibatkan bertambah padat.
 Derajat kepadatan lapangan yang >90%
dibutuhkan untuk pemasangan conduit pada
lapisan yang lebih dalam,
Pemadatan Material Klass I
dan II
 Pemadatan mekanik untuk material ini
dibutuhkan.
 Impact tamper juga akan menaikkan
kepadatannya, terutama akibat getarannya.
 Impact tamper juga berfungsi untuk
memasukkan material timbunan ke dalam
tanah
Pemadatan Material Klass II
 Pemadatan pada material ini dapat dibantu
dengan menggunakan sedikit air.
 Saat pemadatan dilaksanakan, dijaga agar
material penimbun tidak menjadi jenuh atau
banjir. Hal ini harus diperhatikan pada lokasi
galian jika material tidak benar-benar drain.
 Pemadatan dengan air/flooding dapat
mengakibatkan conduit,menjadi flotation.
Pemadatan Dengan Bantuan Air
 Pemadatan dengan cara penjenuhan disebut flooding atau
water tamping, terkadang digunakan untuk material kelas
II.
 Dengan menggunakan metode ini derajat kepadatan
lapangan jarang yang mencapai >75%, sehingga tidak
akan menghasilkan E=750 psi atau lebih.
 Flooding sesuai dilakukan jika conduit mempunyai
kekuatan dukungan internal yang cukup dan tidak
tergantung kepada dukungan tanah di sekelilingnya.
 Metode ini juga hanya dapat dilakukan jika material
penimbun dan lokasi yang akan ditimbun mempunyai sifat
drained.
Pemadatan Material Klass III
dan IV
 Pemadatan dengan impact akan lebih efektif
dan praktis digunakan.
 Jumlah pemadatan yang dibutuhkan
tergatung kepada jenis materialnya,kadar air
dan tinggi timbunan.
 Kepadan lapangan harus dimonitor untuk
memastikan bahwa spesifikasi terpenuhi.
Pengujian Kepadatan
Lapangan
 Pengujian kepadatan lapangan perlu
dilakukan untuk memastikan tingkat
kepadatan lapangan yang dipersyaratkan
adalah memenuhi persyaratan atau tidak.
 Pengujian lapangan dilakukan secara
randum untuk setiap elevasi untuk
memastikan bahwa material dan prosedur
yang digunakan sudah benar.
Most common method is nuclear
Konsep-konsep dasar tanah untuk
pemasangan fleksibel conduit

 Penimbunan tanah disekeliling flexibel conduit berguna


untuk mencegah agar tidak terjadi defleksi pada conduit
 Pencegahan ini terjadi melalui kekuatan geser dan
kekakuannya.
 Kekuatan geser tanah terjadi akibat structure dan
susunan butiran tanah.
 Tanah terdiri dari mineral tanah, air dan udara.
 Mineral tanah ada yang besar seperti kerikil dan sampai
yang kecil bersifat colloidal pembuat mineral lempung.
 Berdasarkan kondisi butiran tanah, maka material
penimbun dikatakan material berbutir halus dan kasar.
Tanah Berbutir Halus
 Ukuran partikel tanah yang paling kecil dapat menyerap
air sebanyak 10 kali dari berat sendiri.
 Partikel ini menumpuk satu dengan lainnya untuk
menghasilkan massa tanah. Sifat ini dikatakan kohesi
atau plasticity. Tanah yang mengandung contoh partikel
diatas dikatakan cohesive.
 Kohesi tanah ini menghasilkan tahanan terhadap geser.
 Kekuatan tanah lempung tergantung kepada jumlah air
pada tanah.
Tanah Berbutir Halus
 Saat kadar air bertambah, kekuatan geser tanahnya
berkurang.
 Oleh karena itu penggunaan tanah lempung sebagai
material timbunan di bawah muka air tanah harus
dipertimbangkan. Yang harus diperhatikan adalah sifat
sensitif tanah tersebut terhadap air.
 Fat Clays (CH) dengan sifat expansive yang tinggi
terhadap air biasanya membuat mutu material timbunan
buruk.
 CL mempunyai sifat sedikit sensitive terhadap air
terkadang dapat digunakan sebagai material timbunan
Tanah Lanau
 Tanah ini mempunyai sifat sedikit sampai
tidak kohesi dan terdiri dari butiran yang
sangat halus yang membuat prilaku tanah ini
seperti lempung jika kadar airnya tinggi.
 Simbol untuk lanau adalah ML dan MH atau
OL dan OH.
 Biasanya untuk material lanau dan lempung
mempunyai treatmen yang sama
Tanah Berbutir Kasar
 Material ini berbutir kasar seperti pasir (S) dan kerikil (G) dan
tidak mempunyai sifat plastis.
 Tidak berpengaruh terhadap air dan dikatakan cohesionless
atau granular.
 Umumnya mempunyai kekuatan geser yang tinggi.
 Ketika digeser, secara individual butiran tanah akan
berputar,bergeser,pecah atau terganggu sepanjang
permukaan geser.
 Banyak tanah-tanah kohesif mengandung butiran pasir, jenis
tanah ini akan menunjukkan kekuatan geser yang significant.
 Material ini akan menghasilkan timbunan yang baik pada
kondisi basah maupun kering.
Kepadatan dan Pemadatan
 Kepadatan diartikan sebagai perbandingan berat tanah
dengan volume tanah.
 Saat tanah dipadatka, phase mineral dapat mengalami
beberapa perubahan, tetapi air dan udara dipaksa keluar
dari tanah sehingga mengakibatkan volume tanah
berkurang.
 Berat phase mineral sama.Sehingga menghasilkan berat
phase mineral yang menempati volume yang lebih kecil
setelah dicompact
Kepadatan dan Pemadatan
 Pemadatan diartikan sebagai jumlah energi yang
diberikan pada masa untuk mengurangi volumenya atau
dikatakan “compactive effort” yang akan bertambah
besar pada material berbutir halus dibandingkan dengan
tanah berbutir kasar.
 Hal ini terjadi karena dibutuhkan gaya yang lebih besar
untuk mengeluarkan air dari tanah berbutir halus
dibandingkan dengan tanah berbutir kasar akibat nilai
koefisient permeabilitasnya yang kecil.
Sinar
Matahari

Sampel
Tanah

1 2

5 Mold 1 Mold 2 Mold 3

4
(w1) (w2) (w3)

Mold 4 Mold 5
(w4) (w5)

7
Berat Jenis Kering
d)
Zero air voids
Berat Jenis Kering (saturation = 100%)
Maksimum

Proctor 6
Modifikasi

Proctor
Standar

Kurva Kadar Air


Kadar Air (w)
Pemadatan Optimum
Metode Pengukuran
Kepadatan
 Ada dua metode yaitu:
1. Berdasarkan energi yang diberikan kepada tanah,
dengan jumlah tumbukan dan tinggi jatuh yang tertentu.
Contoh metode ini adalah Pemadatan standar proctor
dan modiefied proctor.
2. Dengan mengukur kepadatan yang ada di lapangan
dengan kepadatan maksimum yang dapat di capai tanah
tersebut di laboraturium. Metode Pengujian Kepadatan
Relatif adalah contoh dari metode ini
Pemadatan Proctor standar
dan modiefied.
 Metode ini yang paling banyak di pakai pada pekerjaan
penimbunan conduit.
 Sample tanah diambil dari material timbunan dan diuji di
laboraturium dengan menggunakan energi pemadat
tertentu (standard atau modified).
 Selanjutnya diperoleh hubungan antara kadar air
dengan berat isi kering laboraturium.
 Yang diperoleh dari test ini adalah berat isi kering
maksimum laboratorium dan kadar air optimum.
Pemadatan Proctor standar dan modiefied

 Selanjutnya di lapangan kadar air optimum digunakan


sebagai pedoman pada saat pemadatan dan berat isi
kering lapangan dibandingkan dengan berat isi kering
laboraturium.
 Perbandingan ini yang disebut dengan derajat
kepadatan lapangan.
 Derajat kepadatan lapangan dianjurkan> 90%
Perbandingan pemasangan conduit yang
Flexibel dan yang Kaku

 Pemasangan conduit yang flexibel berlawanan dengan


yang kaku
 Galian yang sempit (Bd) mengakibatkan beban yang
akan dipikul conduit menjadi lebih kecil
 Kedua conduit/ pipa membutuhkan kekakuan,bedding
yang stabil dan dukungan bedding yang seragam saat
memikul beban
 Conduit yang flexibel membutuhkan dukungan dari
sisinya sedangkan yang kaku tidak
 Dukungan dari sisi berasal dari penempatan material
yang kaku dan kestabilan material di samping conduit
Perbandingan pemasangan conduit yang
Flexibel dan yang Kaku

 Space yang cukup sepanjang conduit harus disiapkan


untuk proses pemadatan.
 Material timbunan di atas conduit untuk yang flexibel dan
rigid dapat disamakan mutu dan pengolahannya
 Lebih padat material di atas conduit akan
mengakibatkan beban yang akan dipikul oleh conduit
lebih kecil
 Saat conduit melengkung, banyak tanah di tranmit
dengan arching action ke tanah di sekeliling conduit
sehingga dibutuhkan tanah yang stabil disamping
conduit
Rigid Conduit
 Rigid conduit tidak dilengkapi dengan kemampuan
material untuk berdeformasi dan deformasi tanah.
 Jika tegangan yang terjadi melebihi kekuatannya maka
conduit tersebut akan runtuh dengan keruntuhan atau
keretakan secara tiba-tiba.
Keuntungan Conduit yang Dapat Berdefleksi

 Defleksi mengijikan pelepasan akumulasi


tegangan yang mengakibatkan arching dan
menyebabkan lebih seragamnya distribus
tekanan tanah disekitar conduit.
 Lendutan memberikan sebuah metode
pengamatan yang baik sekali terhadap
kualitas pemasangan.Lendutan yang kecil
akibat pemasangan conduit yang lebih baik
Rigid Conduit
Pemasangan Pipa/Conduit
 Bedding terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1,2,3 dan
4
 Mutu pemasangan kelas 4 yang paling
rendah sedangkan untuk kelas 1 yang paling
tinggi.
Type 4
 Tidak membutuhkan kontrol pemadatan tanah
yang tinggi, serta dapat digunakan jenis tanah
sembarangan
 Hal ini dimungkinkan karena mutu conduit yang
tinggi.
 Jika tanah lempung berlanau digunakan pada
pangkal dan zona bagian luar bedding, harus
dicompact.
 Tebal bedding minimum 3 inchi dengan tujuan
untuk menghindari penempatan bedding sacara
langsung pada subgrade yang keras.
Kelas 3
 Diijinkan penggunaan tanah untuk lokasi
pangkal dan bedding asal diadakan pemadatan.
 Sebaiknya digunakan material berbutir
 Tebal bedding minimum 3 inchi dengan tujuan
untuk menghindari penempatan bedding sacara
langsung pada subgrade yang keras.
 Jika tanah lempung berlanau digunakan pada
pangkal dan zona bagian luar bedding, harus
dicompact secukupnya.
Kelas 2
 Tebal bedding minimum 3 inchi dengan
tujuan untuk menghindari penempatan
bedding sacara langsung pada subgrade
yang keras.
 Diijinkan penggunaan material alami asalkan
dipadatkan dengan tingkat pemadatan yang
cukup.
 Sebaiknya digunakan material berbutir.
Kelas 1
 Membutuhkan tingkat pemadatan yang baik
 Menggunakan material berbutir
 Membutuhkan material penimbun dengan
kualitas yang baik
Contoh pemasangan rigid conduit
Contoh pemasangan rigid conduit
CBR Lapangan
 Untuk penkerjaan conduit tidak dibutuhkan
pengujian Californea Baring Ratio (CBR)
 Pengujian kepadatan dibutuhkan untuk
mendapatkan hubungan antara derajat
kepadatan lapangan dengan E’.
 Dari besar E yang diperoleh, dapat
ditentukan besar penurunan yang akan
terjadi
Test CBR lapangan untuk lapisan Sub Base Course di zona
TERIMA KASIH

You might also like