You are on page 1of 19

PENCEGAHAN DISMENORE PADA REMAJA

PUTERI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 2
Praktik Asuhan Kebidanan pada Remaja, Pranikah dan Prakonsepsi

NAMA : REVI PSUPASARI

NPM : E1AC23039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI 2023


Jurnal 1

Pengetahuan, Asupan Energi dan Zat Gizi Berhubungan


dengan Kekurangan Energi Kronis pada Wanita Prakonsepsi

Kekurangan energi kronis merupakan masalah kesehatan pada wanita usia reproduksi. Tujuan penelitian ini
untuk melihat hubungan antara pengetahuan gizi, asupan energi dan protein dengan kekurangan energi kronis.
Desain penelitian adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan
secara eksekutif sampling dengan jumlah sampel sebanyak 152 wanita prakonsepsi. Penelitian dilakukan di
Kabupaten Boalemo. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat yaitu uji chi square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masih ditemukan wanita yang menikah di usia ≤20 (10%) tahun dan diatas >35 tahun (6,7%).
Rata-rata tingkat pendidikan wanita pranikah di Kecamatan Batang Kuis adalah Sekolah Menengah Atas (SMA).
Terdapat 11 wanita pranikah yang mengalami KEK dari total 30 sampel wanita pranikah. Selisih peningkatan
pengetahuan sampel sebesar 3,37 sehingga ratarata skor pengetahuan sampel sebelum dan sesudah pemberian
intervensi berupa konseling gizi prakonsepsi meningkat dari 12,60 menjadi 15,97. Selisih peningkatan sikap sampel
sebesar 3,30 sehingga rata-rata skor sikap sampel sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa konseling gizi
prakonsepsi meningkat dari 23,70 menjadi 27,00. Uji chi square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan
gizi (p = 0,000), asupan energi (p = 0,007) dan asupan protein (p = 0,029) dengan gizi buruk energi kronis pada ibu
prakonsepsi. Konseling yang dilakukan dengan tiga kali pengulangan dalam waktu satu minggu memberikan
pengaruh yang signifikan (p=0,001) terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap wanita pranikah tentang gizi
prakonsepsi di Kecamatan Batang Kuis. Disimpulkan bahwa pengetahuan gizi rendah, asupan energi dan protein
rendah memiliki hubungan dengan gizi buruk kronis.
Kata kunci : Prakonsepsi, Pengetahuan, Asupan Energi, Asupan Protein
Jurnal 2

Pengaruh Konseling Gizi Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pranikah Di
Kecamatan Batang Kuis

Status gizi pada masa prakonsepsi merupakan salah satu penentu kelancaran dari proses kehamilan
hingga persalinan nanti. Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah
menikah wanita akan langsung menjalani proses pembuahan. Masa prakonsepsi adalah masa sebelum
kehamilan. Masa prakonsepsi adalah rentang waktu tiga bulan hingga satu tahun sebelum pembuahan
dan idealnya harus mencakup waktu ketika sel telur dan sperma matang, yaitu sekitar 100 hari sebelum
pembuahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan gizi prakonsepsi terhadap
pengetahuan dan sikap ibu pranikah di Kabupaten Batang Kuis. Penelitian ini menggunakan desain
eksperimen semu dengan one group prepost test. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode konseling dan pemberian angket. Analisis data
menggunakan uji Wilcoxon dan uji T-dependent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan terhadap pengetahuan (p=0,001) dan sikap (p=0,001) sebelum dan sesudah intervensi.
Kata Kunci : Pengetahuan Ibu, Status Gizi
Jurnal 1
Kualitas Diet, Status Gizi Dan Status Anemia Wanita Prakonsepsi Antara Desa Dan Kota

Status kesehatan periode prakonsepsi berperan penting untuk mempersiapkan kehamilan. Keadaan wilayah tempat tinggal
akan mempengaruhi akses pangan, informasi dan pola konsumsi masyarakatsehingga bisa mempengaruhi kualitas diet dan
status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kualitas diet, status gizi dan stats anemia wanita
prakonsepsi di wilayah desa dan kota. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 68 subjek pengantin wanita
berusia 16-35 tahun dan dipilih dengan metode consecutive sampling. Kualitas diet diukurmenggunakan form Diet Quality
Index International (DQI-I). Status gizi dilihat berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar lengan atas (LILA). Kadar
hemoglobin (Hb) diukur menggunakan metode cyanmethemoglobin. Analisis data dengan uji Independent t-test dan Mann
Whitney. Hasil penelitian menunjukkan subjek di wilayah desa maupun kota memiliki kualitas diet rendah. Skor variasi jenis
asupan protein, total lemak dan lemak jenuh lebih tinggi pada subjek desa dibandingkankota (p=0,001; p=0,013; p=0,002).
Rerata IMT dan LILA subjek kota lebih tinggi dibandingkan desa namun kadar hemoglobin subjek desa lebih tinggi
dibandingkan kota. Subjek anemia di kota (23,5%) lebih tinggi dibandingkan desa (14,7%) namun risiko KEK di desa
(55,9%) lebih tinggi dibandingkan kota (11,8%). Tidak ada perbedaan kualitas diet dan kadar hemoglobin antara subjek
didesa dan kota(p=0,990; p=0,116). Ada perbedaan status gizi berdasarkan IMT dan LILA antara subjek didesa dan kota
(p=0,026; p=<0, 001 Simpulan: Ada perbedaan status gizi berdasarkan IMT dan LILA pada kedua wilayah. Tidak ada
perbedaan kualitas diet dan kadar hemoglobin subjek wilayah desa dan kota.
Kata kunci: wanita prakonsepsi, kualitas diet, status gizi, anemia
BAB II TINJAUAN
KASUS
Asuhan Kebidanan pada Nn.D
No. Registrasi : 01
Tanggal pengkajian : 01 Agustus 2022
Pola Nutrisi
Waktu Pengkajian : 11.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Bidan R ● Makan : 2x sehari,
Pengkaji : REVI PUSPASARI
porsi sedang, dengan lauk pauk, tidak
PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
suka sayur dan daging
Nama Ibu : Ny. P Nama Suami : Tn. A ● Minum : 7-8 gelas
Umur : 23 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam perhari, air putih
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Alamat : KP.Cikembar RT 06/07

1. Alasan datang
Ibu datang ingin memeriksakan dirinya dan ingin merencanakan kehamilan
2. Keluhan utama
Ibu tidak mengeluhkan apapun
DATA SUBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum 3. Pemeriksaan Antropometri
Keadaan umum : Baik Berat Badan : 42 kg
Kesadaran : Tinggi Badan : 152 cm
Composmentis LILA : 23
2. Pemeriksaan Umum cm
Tekanan darah : 10/80 4. Pemeriksaan Fisik
mmhg :
Denyut Nadi Wajah : Tidak pucat,
: 80 x/menit simetris, tidak oedema,
Frekuensi Nafas : 24 x/ Mata : Simetris,
menit konjungtiva pucat, sklera putih, refleks pupil
Suhu tubuh : 36,5 normal mengikuti arah cahaya

Analisis
● Diagnosa : Ny. P Usia 33 dengan keadaan
penatalaksanaan
1. . Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan umum ibu baik. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Melakukan informed consent pada ibu untuk dilakukan pemeriksaan fisik lengkap dan setelahnya akan diberikan
konseling. Ibu menyetujuinya
3. Mendiskusikan bersama keluarga khususnya pasangan/ suami keputusan merencanakan kehamilan agar kehamilan
diterima dan mendapat support yang baik dari lingkungan sekitar untuk meminimalisir kehamilan yang tidak
diinginkan. Suami menyetujui
4. Meningkatkan kesiapan ibu untuk kehamilan dan menjadi orang tua. Ibu telah siap hamil kembali
5. Meberitahu ibu bahwa ibu harus makan makanan yang bergizi seimbang, ada nasi, lauk sayur dan buah dalam satu
kali makan, perbanyak makan makanan tinggi protein seperti daging, ikan dan telur Evaluasi: Ibu Mengetahuinya
6. Memberikan asam folat dan suplementasi gizi (Fe) pada ibu untuk persiapan kehamilan. Ibu bersedia mengkonsumsi
obatnya.
• Mempertahankan pola hidup kebiasaan baik dengan tidak meminum alkohol, merokok, dan obat- obatan yang dapat
membahayakan janin

• Mengupayakan pada ibu untuk menjaga kesehatan mental. Ibu mengerti dan akan selalu bahagia

• Memberikan KIE seputar persiapan kehamilan, diantaranya :


KIE tentang pola hidup sehat pada ibu prakonsepsi dalam mengupayakan keadaan ibu dan bayi sehat.
KIE pola nutrisi dengan gizi seimbang sebagai persiapan prakonsepsi.
KIE kebutuhan istirahat dengan mempertahankan istirahat cukup dimalam hari 6-8 jam dan siang 1-2 jam perhari.
KIE pola aktivitas dengan memberitahukan pada ibu untuk dapat melakukan aktivitas seperti olahraga rutin agar
meningkatkan daya tahan tubuh dan tidak mudah sakit.
KIE pola aktivitas seksual dengan menganjurkan melakukan hubungan seksual dengan tidak menggunakan kontrasepsi
(kondom) dan dilakukan pada masa subur. Ibu mengerti dan akan melaksanakan semua anjuran yang diberikan.

• Menganjurkan untuk datang kunjungan selanjutnya 1 bulan kemudian dalam rangka memberikan asuhan yang
berkesinambungan. Ibu akan datang sesuai jadwal.

• Melakukan pendokumentasian asuhan. Pendokumentasian telah dilakukan dalam bentuk SOAP.


BAB III
PEMBAHASAN.”

—Someone Famous
PEMBAHASAN 1

Masalah gizi Indonesia memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kualitas
sumber daya manusianya (SDM). Tidak memadainya asupan makanan untuk jangka waktu
panjang sebagai akibat dari penyediaan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan diet yang
diperlukan mengakibatkan stunting, masalah kekurangan gizi kronis(Sentolo dkk., 2018)
Berdasarkan hasil wawancara data subjektif saat anamnesa pada Ny. P didapatkan hasil
biodata Ny. P untuk pendidikan terkahir adalah SMA, hal ini Ny. P mempunyai jenjang
pendidikan yang cukup tinggi. Tingkat pendidikan wanita prakonsepsi dapat mempengaruhi
keadaan status gizi dan pemilihan bahan makanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan perubahan baru serta
pendidikan yang tinggi diasumsikan mempunyai pengetahuan dan akses informasi yang cukup
tentang berbagai hal termasuk masalah gizi. Dengan tingginya tingkat pendidikan Ny. P maka
akan berpengaruh pula pada cara penerimaan informasi yang didapatkan sehingga akan lebih
meningkatkan pengetahuannya juga.
PEMBAHASAN II
. Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi perilaku gizi yang berdampak pada pola kebiasaan makan. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan umur
sedangkan faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan sosial ekonomi. Ny P bertempat tinggal didaerah pusat Kota
sehingga memungkinkan mendapat akses informasi melalui media sosial untuk mengakses informasi terutama mengenai
gizi prakonsepsi.
Hasil pemeriksaan LILA didapatkan hasil bahwa Ny. D memiliki LILA 26 cm hal ini berarti NY. P tidak
mengalami KEK karena kurang dari 23,5 cm. KEK dapat diketahui dengan cara pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
dengan ambang batas (cut off point) kurang dari 23,5 cm. Pengukuran mid-upper-arm circumference (MUAC) atau yang
lebih dikenal dengan LILA dapat melihat perubahan secara paralel massa otot, sehingga bermanfaat untuk mendiagnosis
kekurangan gizi (Gibson, 2005). Dilihat pula pada data karakteristik Ny. D berumur 33 tahun, berpendidikan terakhir
SMA dan kegiatan sehari- hari sebagai ibu rumah tangga. Hal ini berarti Ny. P merupakan wanita prakonsepsi yang sudah
memenuhi kebutuhan energi dan protein sesuai kebutuhan yang dianjurkan.
PEMBAHASAN III
Masalah gizi pada masa prakonsepsi selain KEK yaitu anemia. Pada pemeriksaan laboratorium Hb Ny. P didapatkan
hasil 12,5 gr%, dari wawancara pada Ny. P bahwa kebiasaan konsumsi makanan sudah memenuhi gizi seimbang sehingga
menyebabkan hasil Hb Ny. P kategori normal. Wanita prakonsepsi yang mengalami anemia berisiko mengalami keguguran
pada awal kehamilan. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kasus keguguran terjadi pada awal kehamilan di usia <12 minggu.
Anemia menyebabkan gangguan gizi dan peredaran oksigen menuju sirkulasi uteroplasenter sehingga dapat secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta. Selain itu, anemia pada masa prakonsepsi dan berlanjut
saat kehamilan dapat meningkatkan risiko persalinan prematur, retardasi pertumbuhan intra uteri (intra-uterine growth
retardation, IUGR) dan kematian janin intra uterin (intrauterine fetal death, IUFD). Asupan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi seseorang. Asupan rendah secara terus menerus dapat menyebabkan gizi kurang dan rendah nya
kadar hemoglobin karena kebutuhan zat gizi terutama protein dan zat besi yang tidak terpenuhi
PEMBAHASAN IV
Dari hasil wawancara dan sesi konseling didapatkan pengetahuan Ny. P akan gizi prakonsepsi sudah baik, hal ini
merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi kejadian KEK. Setelah digali Ny. P memiliki pengetahuan tentang
bahan makanan yang dikonsumsi untuk keluarganya. Pengetahuan tersebut akan mempengaruhi perilaku dalam
pemilihan dan pengolahan makanan. Pengaruh pengetahuan gizi terhadap konsumsi makanan semestinya linier, artinya
semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi, diharapkan konsumsi makanan menjadi baik. Meskipun konsumsi makanan
jarang terpenuhi oleh pengetahuan gizi sendiri tetapi merupakan interaksi sikap dan keterampilan dalam konsumsi
makananNy. P dalam sesi konseling dapat terlihat bahwa konseling yang telah diberikan berdampak siginifikan untuk
Ny. P terbukti Ny. P memiliki pengetahuan yang baik dengan mampu mengulang semua penjelasan yang telah diberikan
dan berjanji akan mengikuti semua anjuran yang telah diberikan. Terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah
pemberian intervensi berupa konseling yaitu terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan Ny. P. Intervensi berupa
pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan wanita tentang gizi prakonsepsi dengan metode konseling di
akhir sesi pemeriksaan. Hal ini membuktikan bahwa dengan pemberian intervensi berupa konseling gizi prakonsepsi
dapat meningkatkan atau merubah sikap wanita tentang gizi prakonsepsi. Selain itu, perubahan sikap setelah diberikan
konseling dikarenakan media pendidikan berupa leaflet/ lembar balik yang mudah dimengerti tidak hanya berguna untuk
menambah pengetahuan, tetapi juga berpengaruh pada sikap yang akan termotivasi untuk bersikap mendukung
pemenuhuan gizi pada masa prakonsepsi.
Pembahasan v
Salah satu upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai gizi adalah melalui konseling gizi. Secara
umum, definisi konseling adalah suatu proses dua arah yang terjadi antara konselor dan klien yang bertujuan
untuk membantu klien mengatasi dan mengambil keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang
dihadapi Konseling gizi adalah suatu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau
keluarga melalui bentuk pendekatan guna mendapatkan pengertian yang lebih baik, sehingga diharapkan
individu atau keluarga mampu mengambil langkahlangkah untuk mengatasi masalah gizi termasuk perubahan
pola makan serta memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat. Dalam pemberian konseling
pada Ny. P, ibu ditemani dengan suaminya sehingga diharapkan peran keluarga juga turut membantu dalam
keberhasilan konseling gizi. Anggota keluarga yang lain dapat mendukung pelaksanaan perubahan pola
makan klien. Hingga pada akhirnya klien dapat menerapkan pola makan yang baik sesuai dengan yang
diharapkan.
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi, asupan energi dan asupan protein dengan gizi buruk energi
kronis pada ibu prakonsepsi. Konseling yang dilakukan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap wanita pranikah tentang gizi prakonsepsi
2. Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah intervensi
pemberian konseling tentang gizi prakonsepsi.
SARAN
1.Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang gizi prakonsepsi melalui penyuluhan dan
konseling dari tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan bisa di Posyandu atau Puskesmas. Serta dapat pula menambah
wawasan dari media elektronik seperti dari televisi atau media sosial sehingga pasien lebih siap dalam
mempersiapakan untuk kehamilan, mencegah kelainan janin serta meningkatkan peluang kehamilan.

2.Bagi Profesi Bidan


Perlu adanya edukasi dan konseling gizi dalam mempersiapkan kehamilan pada masa prakonsepsi oleh Bidan
sebagai tenaga kesehatan terdekat dengan masyarakat. Bidan sebagai profesi diharap dapat lebih memperhatikan
kembali kewenangannya dalam memberikan pelayanan kebidanan pada klien agar dapat memberikan asuhan yang
sesuai dengan standar dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi khususnya masa prakonsepsi. Bidan sebagai
profesi juga harus mampu terus meningkatkan mutu pelayanannya agar klien
THANKS!
Do you have any questions?

You might also like