You are on page 1of 58

PENAGIHAN DENGAN

SURAT PAKSA
Pertemuan 5 dan 6
• PMK - 24/PMK.03/2008 Tanggal 6 Februari 2008 Tata
cara penagihan dg SP dan PSS
• PER - 109/Pj./2007, 6 Agustus 2007 ttg Pemblokiran Dan
Penyitaan Harta Yang Tersimpan Pada Bank
• PMK No. 23/PMK.03/2006, 20 Maret 2006 Tata Cara
Penyitaan Piutang
• Keputusan Bersama Menteri Nomor 294/KMK.03/2003,
25 Juni 2003 ttg Penitipan sandera Di RTN.
• KEP - 474/Pj./2002, 12 Nopember 2002 ttg Bentuk, Jenis,
Dan Kode Kartu, Formulir, Surat, Dan Buku
• KEP - 459/Pj./2002, 16 Oktober 2002 ttg Penyitaan
Piutang
Defenisi Penagihan Pajak
Penagihan Pajak adalah serangkaian
tindakan agar Penanggung Pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak
dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang yang telah disita.
Dasar Penagihan Pajak
STP , SKPKB, SKPKBT , dan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan
Dasar penagihan Banding, serta Putusan Peninjauan
pajak Kembali, yang menyebabkan jumlah
pajak yang masih harus dibayar
bertambah, merupakan dasar
penagihan pajak. Termasuk
STPPBB, SKBKB, SKBKBT dan
STB

pajak yang masih harus dibayar


Utang Pajak termasuk sanksi administrasi berupa
bunga, denda atau kenaikan. yang
tercantum dalam surat ketetapan pajak
atau surat sejenisnya
Pelaksanaan penagihan pajak

Pelaksanaan Penagihan Pajak dilakukan


berdasarkan UU No. 19 tahun 1997 std UU
nomor 19 Tahun 2000.
Pasal 20 UU KUP

Kecuali diatur dlm Pasal 20 ayat ( 2) UU KUP dan


PMK Nomor PER-24/PMK.03/2008 tanggal 2 Februari
2008. - Penagihan Seketika dan Sekaligus
PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS
• akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya atau indikasi;
• memindahtangankan barang yang dimiliki atau
yang dikuasai
• menghentikan atau mengecilkan perusahaan,;
KONDISI • membubarkan, menggabungkan,
memekarkan, memindahtangankan atau
mengubah bentuk.
• badan usaha akan dibubarkan oleh negara;
atau
• terjadi penyitaan atas barang Penanggung
Pajak oleh Pihak ketiga atau terdapat tanda-
tanda kepailitan

• sebelum TGL jt pembayaran;


• tanpa didahului ST;
PENERBITAN • diterbitkan sebelum jangka waktu 21 hari
sejak Surat Teguran diterbitkan; atau
• diterbitkan sebelum penerbitan SP.
DALUWARSA PENAGIHAN

setelah melampaui waktu 5 (lima)


Pasal 22 KUP
tahun terhitung sejak ketetapan
pajak

• memberitahukan Surat Paksa


• WP menyatakan pengakuan utang
tertangguh
• SKPKB/SKPKBT yang diterbitkan
karena tindak pidana perpajakan.
• dilakukan penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan
PENGHAPUSAN PIUTANG
PAJAK
WP OP :
• WP meninggal dunia dengan tidak meninggalkan
harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, atau
P ahli waris tidak dapat ditemukan,.
E • Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi,
• Daluwarsa Penagihan ;
N • sebab lain sesuai hasil penelitian.
Y WP Badan:
E • Wajib Pajak bubar, likuidasi , atau pailit dan
PP/likuidator, /kurator tidak dapat ditemukan
B • WP/PP tidak memiliki harta kekayaan lagi;
• Salinan Surat Paksa kepada PP, likuidator, kurator,
A pengadilan negeri, pengadilan niaga, atau Pemda,
B baik secara langsung maupun tidak;
• hak untuk melakukan penagihan pajak sudah
daluwarsa;
• sebab lain sesuai hasil penelitian
Diperlukan penelitian setempat dan penelitan
administrasi
PENGHAPUSAN PIUTANG
PAJAK
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.03/2002 Tentang Tata Cara
Penghapusan Piutang Pajak Dan Penetapan Besarnya Penghapusan.

DAFTAR PIUTANG YANG DIPERKIRAKAN TIDAK DAPAT ATAU


TIDAK MUNGKIN DITAGIH LAGI UNTUK DILAKUKAN
PENELITIAN SETEMPAT, ATAU PENELITIAN ADMINISTRASI
TENTANG DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

SURAT PERINTAH PENELITIAN SETEMPAT UNTUK


PENAGIHAN PAJAK NEGARA

LAPORAN HASIL PENELITIAN


SETEMPAT
LAPORAN HASIL PENELITIAN
ADMINISTRASI
JURUSITA PAJAK

• Adalah Pelaksana tindakan penagihan


pajak
• Diangkat oleh pejabat yang ditunjuk Menteri
Keuangan atau gubernur Kepala Daerah
• Persyaratan fisik , mental dan profesional
• Wilayah kerja Juru sita sama dengan
wilayah Pejabat yang mengangkatnya
• Diangkat dengan sumpah jabatan
• Syarat pengangkatan:
• Alasan pemberhentian
ALUR DAN JADWAL
PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK

Dasar Hukum :
UU No 19 Tahun 2000
UU No 28 Tahun 2007  UTANG PAJAK &
BIAYA
PP No 80 Tahun 2007
PENAGIHAN
PMK No 24/PMK.03/2008 Langsung,Pos, PENCABUTAN
Ekspedisi/kurir  PUTUSAN
dgn bukti kirim SITA`
PENGADILAN

LUNAS

7 hari SURAT 21 hari 2X24 jam SPMP/ Barang


SKP SP PENYITAAN 14 HARI TDK LUNAS Bergerak
TEGURAN 1X
SKPKB
SKPKBT Jatuh tempo
 SPMP
PENGUMUMAN
 JURUSITA + 2 SAKSI
dll  PARATE EXECUTIE  BAP SITA LELANG
 DIBERITAHUKAN  BRG BERGERAK & BRG
OLEH JURUSITA TDK BERGERAK
PAJAK  Barang
BRG YG DISITA DILARANG:
 DIBUAT BAP SP  DIPINDAHTANGANKAN Tdk
 DISEWAKAN 14 hari Bergerak
 DIPINJAMKAN 2X
 DISEMBUNYIKAN
 DIHILANGKAN
 DIRUSAK
 PENYITAAN ATAS REK. PELAKSANAAN
BANK & EFEK LELANG

PENGUMUMAN DI
PEMBLOKIRAN PENCEGAHAN PENYANDERAAN SYARAT:
MEDIA MASA  UTANG PAJAK ≥ Rp100 jt
 DIRAGUKAN ITIKAD BAIK
JANGKA WAKTU:
6 BLN DPT DIPERPANJANG MAX 6 BLN
AKIBAT:
UTANG PAJAK TDK HAPUS & PENAGIHAN
TETAP DILAKSANAKAN
* KEP / IJIN MENKEU
SURAT TEGURAN

surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk


menegur atau memperingatkan kepada Wajib
Pajak untuk melunasi utang pajaknya

Pasal 27 ayat (5) PP 80 tahun 2008 Surat


Teguran tersebut diterbitkan setelah lewat 7
hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran.

Saat jatuh tempo di slide 2


Saat Penerbitan Surat Teguran
PMK NO. 24/PMK.03/2008 ,

1) WP tidak menyetujui pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan


tidak mengajukan keberatan SKPKB atau SKPKBT, 
setelah 7 hari jt pengajuan keberatan.
2) WP tidak tidak mengajukan permohonan banding atas
keputusan keberatan  setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh
tempo pengajuan banding.
3) WP mengajukan permohonan banding atas keputusan
keberatan  setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo
pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan
Putusan Banding.
4) WP menyetujui seluruh pembahasan akhir hasil pemeriksaan
 setelah 7 (hari sejak saat jatuh tempo pelunasan.
5) WP mencabut pengajuan keberatan setelah tanggal jatuh
tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat
Pemberitahuan Untuk Hadir oleh Wajib Pajak  setelah
7 (tujuh) hari sejak tanggal pencabutan pengajuan keberatan
tersebut.
Saat Penerbitan Surat Teguran
PMK NO. 24/PMK.03/2008 ,
• Penanggung Pajak menyampaikan
Tidak perlu permohonan angsuran atau
diterbitkan penundaan pembayaran pajak;
• Dilakukan penagihan seketika dan
sekaligus

Secara Jabatan

Pembetulan
Surat Teguran Permohonan WP :
•Penggantian atau pembetulan
•dlm jk waktu 7 hari harus dijawab
•Dalam 21 hari tdk ada pelunasan
dilanjutkan dengan Surat Paksa.
SURAT PAKSA
Surat Paksa adalah surat perintah membayar
utang pajak dan biaya Penagihan Pajak

SURAT PAKSA
SURAT PP tidak melunasi sd. Jt dan telah
PAKSA diterbitkan Surat Teguran atau Surat
Peringatan atau surat lain yang sejenis;

telah dilaksanakan penagihan seketika


Diterbitkan dalam hal dan sekaligus

tidak memenuhi ketentuan dalam


keputusan persetujuan angsuran atau
penundaan pembayaran

Karakteristik :
Memerintahkan dengan paksa untuk melunasi utang pajak beserta biaya
penagihan.
Kepala surat : “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Telah memiliki kekuatan eksekutorial dan memiliki kedudukan hukum yang
sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
parate executie
Dalam Surat Paksa terdapat 2 (dua) perintah.
- kepada Penanggung Pajak
- kepada Jurusita
Tatacara Penyampaian Surat
Paksa.
Dengan pernyataan : dibacakan dan penyerahan
Salinan
menandatangani Berita Acara

PP di tempat tinggal, usaha atau lainnya


W
P Orang dewasa yg tinggal bersama /
bekerja di tempat usaha PP
O
Salah seorang ahli waris atau pelaksana
P wasiat atau yang mengurus harta
peninggalannya
Pengurus, kepala perwakilan, kepala
cabang, penanggung jawab, pemilik modal,
baik di tempat kedudukan badan yang
bersangkutan, di tempat tinggal mereka
W maupun di tempat lain yang memungkinkan

P Pengurus :
•PT Direksi, Komisaris, pemegang saham tertentu,
B dan key person
•BUT  kepala perwakilan/cabang/Penanggung Jawab.
D •CV, Firm, KIK, persek  Direktur / Penanggung Jawab /
Pimpinan.

N •Yayasan  Ketua, Pengendali & Penanggung Jawab.

pegawai tetap di tempat kedudukan atau


tempat usaha badan
PENYITAAN
PENYITAAN
Menguasai barang Penanggung Pajak guna
dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak

Akibat hukum dari penyitaan adalah beralihnya


hak kepemilikan atas barang Penanggung Pajak
kepada Negara

Objek Sita adalah Barang milik Penanggung


Pajak yang dapat dilakukan Penyitaan
Barang bergerak
Objek sita

Barang Tidak bergerak

Objek sita WP OP ad brg pribadi PP/istri dan


anak dlm tanggungan kec. Pisah harta

Objek sita WP Bdn ad brg perusahaan,


pengurus, penanggungjawab, pemilik modal

Prioritas penyitaan pada barang bergerak dan


dilanjutkan brg tdk bergerak
Jumlah nilai barang yang disita sebesar
perkiraan nilai jual yang cukup untuk melunasi
utang pajak
Tidak dapat dijadikan objek sita :
• pakaian dan tempat tidur
• persediaan makanan dan minuman ,peralatan memasak obat-
obatan.
• Perlengkapan bersifat dinas yang diperoleh dari negara;
• buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan alat-
alat untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan;
• peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan jumlah
seluruhnya tidak lebih dari Rp 20.000.000,00
• peralatan penyandang cacat.
Latihan di kelas
saat pembahasan, pemeriksa menolak permohonan dari PT. Pagi Sore. Oleh karena itu, terbitlah
SKPKB sebesar 200 juta rupiah. PT. Pagi Sore menilai bahwa hasil tersebut tidak benar, tetapi tidak
berniat untuk mengajukan banding. Perusahaan hanya bersikeras untuk tidak membayar utang pajak
tersebut. Setelah 1 minggu jatuh tempo pembayaran, pejabat pajak tempat PT. Pagi Sore terdaftar
menerbitkan Surat Teguran. Setelah 3 minggu sejak diterbitkan Surat Teguran, PT. Pagi Sore tetap
tidak membayar utang pajaknya yang membuat pejabat pajak terkait menerbitkan Surat Paksa. Pada
laporan keuangan PT. Pagi Sore, terdapat informasi aset berupa kas, persediaan barang dagang,
buku tata kelola perusahaan, perlengkapan, kendaraan, tanah dan bangunan, serta peralatan (nilai
dari peralatan perusahaan mencapai 75 juta rupiah).
Pertanyaan:
a. Apakah Surat Paksa dapat diterbitkan kepada PT. Pagi Sore? Apa syarat dari penerbitan
Surat Paksa kepada Wajib Pajak?
b. Apakah Surat Penyitaan dapat diterbitkan kepada PT. Pagi Sore?
c. Apabila penyitaan dapat dilaksanakan oleh pejabat setempat, apa saja aset PT. Pagi Sore
yang akan disita?
d. Apabila terjadi pencegahan atau penyanderaan, siapakah pihak PT. Pagi Sore yang akan
dikenai pencegahan atau penyanderaan?
Barang yang telah disita oleh Kejaksaan atau
Kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus pidana,
baru dapat dilaksanakan setelah barang bukti tersebut
dikembalikan kepada Penanggung Pajak

Surat Perintah Melakukan Penyitaan

Dasar dilakukannya Penyitaan

Perintah kepada Jurusita Pajak


Isi SPMP
Saksi

Perintah untuk membuat BAPS


Tatacara Melakukan Penyitaan
jangka waktu 2 X 24 jam

dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh


sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
Jurusita Pajak harus :
• memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita
Pajak;
• memperlihatkan SPMP;
• memberitahukan tentang maksud dan tujuan
penyitaan

membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita


Tatacara Melakukan Penyitaan
Badan maka Berita Acara Pelaksanaan Sita
ditandatangani oleh pengurus, kepala
perwakilan, kepala cabang, penanggung
jawab, pemilik modal atau pegawai tetap
perusahaan (ORANG YG BERKEDUDUKAN
SEBAGAI PENANGGUNG JAWAB BDN TSB)

BASP ditandatangani PP

WP OP oleh penanggung pajak OP


Larangan bagi Penanggung Pajak
sehubungan pelaksanaan Penyitaan
• memindahkan hak, memindahtangankan,
menyewakan, meminjamkan, menyembunyikan,
menghilangkan, atau merusak barang yang telah
disita;
• membebani barang tidak bergerak yang telah disita
dengan hak tanggungan untuk pelunasan utang
tertentu;
• membebani barang bergerak yang telah disita
dengan fidusia atau diagunkan untuk pelunasan
utang tertentu; dan atau
• merusak, mencabut, atau menghilangkan segel
sita atau salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita
yang telah ditempel pada barang sitaan
Barang yang telah disita Pengadilan
Negeri/PUPN
Penyitaan tidak dapat dilaksanakan
• Terhadap barang yang telah disita sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Jurusita Pajak menyampaikan Surat Paksa
kepada Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang.
• Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dalam sidang berikutnya menetapkan barang yang telah disita
dimaksud sebagai jaminan pelunasan utang pajak.
• Instansi lain yang berwenang setelah menerima Surat Paksa
menjadikan barang yang telah disita dimaksud sebagai
jaminan pelunasan utang pajak.
• Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang
menentukan pembagian hasil penjualan barang dimaksud
berdasarkan ketentuan hak mendahulu Negara untuk tagihan
pajak.
OBJEK SITA TERTENTU
perhiasan emas, permata dan sejenisnya
uang tunai termasuk mata uang asing
kekayaan Penanggung Pajak yang disimpan di
bank
surat berharga yang diperdagangkan di bursa
efek
surat berharga yang tidak diperdagangkan di bursa
efek
piutang

penyertaan modal pada perusahaan lain

Penyitaan Barang Tidak Bergerak Tanah dan


bangunan
PERHIASAN EMAS, PERMATA DAN SEJENISNYA
• membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga
perhiasan yang disita dalam suatu daftar yang
merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita;
• membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

Diletakkan dlm suatu wadah , ditempel salinan BAPS


dan ditempel Segel Sita
Dapat meminta bantuan jasa Penilai
Dapat dititipkan kepada Penanggung Pajak atau
disimpan di tempat lain
PENYITAAN UANG TUNAI /
VALAS
• Menghitung
• Membuat rinciannya : mata uang, besaran
pecahan, jumlah lembar dan nilai
nominalnya
• Berita Acara Pelaksanaan Sita,
ditandatangani oleh Jurusita, Penanggung
Pajak dan Saksi-saksi
• Meletakan dalam tempat penyimpanan ,
ditempeli dengan segel sita
• Menitipkannya pada Penanggung Pajak
atau menitipkannya pada bank.
LELANG DAN
PENJUALAN
BARANG SITAAN
LELANG DAN PENJUALAN ASET SITAAN
• Persiapan lelang
• Kepala kantor mengajukan permohonan lelang secara tertulis disertai
dokumen yang disyaratkan kepada Kepala Kantor Lelang.
• Jurusita menyiapkan Berkas-Berkas Penagihan yang terdiri dari:
• STP, SKPKB, SKPKBT, SPPT, SKP, SKPT, STB, SKBKB, SKBKBT,
SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Peninjuan Kembali
• Surat Setoran Pajak atau bukti transaksi pembayaran pajak (NTPP),
• Surat Teguran
• Surat Paksa
• Laporan Surat Paksa
LELANG DAN PENJUALAN ASET SITAAN

• Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan


• mberitahuan Penyitaan Barang Tidak Bergerak atas nama Wajib
Pajak/Penanggung Pajak
• Berita Acara Pelaksanaan Sita
• Permintaan Jadwal Waktu dan tempat pelelangan
• Surat Pemberitahuan akan Dilakukan Pelelangan/Kesempatan Terakhir
• Bukti-bukti pemilikan dari barang-barang yang disita, antara lain untuk
pelaksanaan tanah atau tanah dan bangunan dilengkapi dengan:
• Surat Keterangan Tanah dari Kantor Pertanahan/ BPN apabila kepemilikan
tanah sudah terdaftar; atau
• Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah yang menerangkan status
kepemilikan dan selanjutnya Kepala KLN meminta Surat Keterangan Tanah
dari Kantor Pertanahan.
• Daftar Perincian utang pajak terdiri dari: Pokok Pajak, bunga/denda dan
biaya penagihan.
Pengumuman lelang
 Pengumuman lelang dilakukan setelah kepastian waktu
lelang KP2LN
 Kepala Kantor mengumumkan lelang paling cepat 14 hari
setelah penyitaan, melalui surat kabar harian, selebaran atau
tempelan atau media elektronik termasuk internet di wilayah
kerja Kantor Lelang
 Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 kali.
 Pengumuman lelang barang tidak bergerak dilakukan 2 kali.
Jangka waktu pengumuman pertama dengan kedua
sekurang-kurangnya 15 hariPengumuman kedua harus
dilakukan melalui surat kabar harian dan dilakukan sekurang-
kurangnya 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan
lelang.
Pengumuman lelang
 Pengumuman lelang barang tidak bergerak yang akan
dilelang bersama-sama dengan barang bergerak, maka
pengumumannya dilakukan sebagai berikut:
 Pengumuman pertama dilakukan untuk barang bergerak
dan barang tidak bergerak.
 Pengumuman kedua dilakukan hanya untuk barang tidak
bergerak.
 Pengumuman lelang untuk barang dengan nilai paling
banyak Rp.20.000.000,- tidak harus diumumkan melalui
media massa,
Pembatalan Pengumuman Lelang

• Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak melunasi utang-


utang pajak serta biaya pelaksanaannya sesudah
pengumuman lelang dimuat di surat kabar/media
cetak/media elektronik tetapi sebelum pelaksanaan
lelang, maka pengumuman lelang itu dibatalkan dengan
memuat iklan pembatalan lelang dalam surat kabar/media
cetak/media elektronik yang bersangkutan.
• Pembatalan Pengumuman Lelang baru dapat dilakukan
apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak menunjukkan
bukti pembayaran utang pajak serta biaya
pelaksanaannya.
Pelaksanaan Lelang 1

• Penjualan secara lelang setelah 14 hari sejak


pengumuman lelang melalui media massa
• Kepala Kantor bertindak sebagai penjual barang yang
disita mengajukan permohonan lelang kepada Kantor
Lelang sebelum pelaksanaan lelang
• Kepala Kantor menentukan nilai limit dan diserahkan
kepada Pejabat Lelang selambat-lambatnya pada saat
akan dimulainya pelaksanaan lelang
Pelaksanaan Lelang 2
• Kepala Kantor atau yang mewakilinya menghadiri
pelaksanaan lelang untuk:
 menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang
apabila harga penawaran yang diajukan oleh calon
pembeli lebih rendah dari harga limit yang ditentukan,
 menghentikan lelang apabila hasil lelang sudah cukup
untuk melunasi utang pajak dan atau biaya penagihan
pajak,
 menandatangani asli Risalah Lelang
• Kepala Kantor, Kepala Seksi Penagihan dan Jurusita Pajak,
termasuk istri, keluarga sedarah dan semenda dalam
keturunan garis lurus, serta anak angkat; tidak
diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang.
Pelaksanaan Lelang 3
Lelang tetap dapat dilaksanakan meskipun:
• Wajib Pajak sedang mengajukan keberatan dan belum
memperoleh keputusan keberatan (eseblun UU no.
28/2007)
• Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak hadir.

Lelang tidak dilaksanakan dalam hal:


• Wajib Pajak/ Penanggung Pajak telah melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak
• Terdapat putusan pengadilan
• Objek lelang musnah
Pelaksanaan Lelang 4
• Pejabat harus menghentikan pelaksanaan lelang apabila hasil
lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak. Sisa barang dan kelebihan
hasil lelang harus dikembalikan paling lambat 3 hari setelah
pelaksanaan lelang.

• Penggunaan hasil lelang terlebih dahulu untuk membayar biaya


penagihan pajak dan sisanya untuk membayar utang pajak.

• Biaya penagihan pajak ditambah 1% dari:

• Hasil penjualan barang yang dikecualikan dari


penjualan secara lelang
• Pokok lelang dari penjualan secara lelang.
PENCEGAHAN DAN
PENYANDERAAN
Pencegahan
PENCEGAHAN
• Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara
terhadap Penanggung Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah
Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pencegahan sangat selektif dan hati-hati. Tidak boleh
sewenang-wenang, diberikan syarat-syarat yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif.
• Syarat Kualitatif tunggakan sebesar Rp100.000.000,00 dan
syarat kuantitatif adalah diragukan itikad baiknya.
• Pencegahan terhadap Penanggung Pajak tidak
mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya
pelaksanaan penagihan pajak.
Pencegahan
Dasar Hukum :

• Psl 1 angka 20, Psl 29 – Psl 32 UU Nomor 19 thn 2000 UU PPSP;


• Psl 11-Psl 14 UU No 9 Thn 1992 ttg Keimigrasian;
• PP No. 30 Thn 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan
dan Penangkalan;
• Psl 1 angka 13, Psl 117 – Psl 134 KMK No. 300/KMK.01/2002
tanggal 13 Juni 2002 tentang Pengurusan Piutang Negara;
• S-43/PJ.045/2007 tanggal 28 Maret 2007 perihal Tata Cara
Permintaan Pencegahan, Perpanjangan, dan Pencabutan
Bepergian ke Luar Negeri
• S-158/PJ.75/2006 tanggal 30 Agustus 2006 perihal Permintaan
Usulan Pencegahan Wajib Pajak/Penanggung Pajak Bepergian ke
Luar Negeri
Pencegahan
• Pencegahan dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini adalah
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang
Keimigrasian
• Keputusan pencegahan diterbitkan oleh Menteri
Keuangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam UU No. 9 Thn 1992 tentang Keimigrasian,
yang menentukan bahwa wewenang dan tanggung jawab
atas pencegahan dilakukan oleh Menkeu jika menyangkut
urusan piutang negara.
Pencegahan
• Keputusan pencegahan memuat sekurang-kurangnya:
- Identitas Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan:
a. nama
b. umur
c. Pekerjaan
d. Alamat
e. jenis kelamin; dan
f. kewarganegaraan.
g. Alasan untuk melakukan pencegahan
h. Jangka waktu pencegahan
i. Jangka waktu pencegahan atau penangkalan harus
secara tegas ditentukan dalam keputusan pencegahan
atau penangkalan.
Pencegahan
• Keputusan pencegahan tersebut disampaikan kepada
Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan, Menteri
Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM), Pejabat yang
memohon pencegahan, atasan Pejabat yang
bersangkutan, dan Kepala Daerah setempat.
• Tindakan pencegahan ini dapat dilakukan terhadap
beberapa orang sebagai Penanggung Pajak Wajib Pajak
Badan atau ahli waris.
Pelaksanaan Pencegahan
• Pelaksanaan atas keputusan pencegahan tersebut dilakukan oleh
Menteri Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM) atau Pejabat Imigrasi .
• Berdasarkan keputusan pencegahan yang diterimanya dari Menkeu,
Menteri Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM) memerintahkan Dirjen
Imigrasi agar nama orang yang terkena pencegahan dimasukkan ke
dalam Daftar Pencegahan dan melaksanakan pencegahan. Direktur
Jenderal Imigrasi dalam waktu paling lama 7 hari sejak tanggal menerima
perintah tersebut langsung memasukkan nama orang yang dikenai
pencegahan ke dalam Daftar Pencegahan dan mengirimkannya kepada
Kepala Kantor Imigrasi di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia
untuk melaksanakan pencegahan.
• Berdasarkan keputusan pencegahan tersebut, Pejabat Imigrasi di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi wajib menolak orang-orang tertentu ke luar wilayah
Indonesia.
• Keputusan pencegahan disampaikan dengan surat tercatat kepada orang
atau orang-orang sebagai Penanggung Pajak selambat-lambatnya 7 hari
terhitung sejak tanggal penetapan.
Jangka Waktu Pencegahan
• Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat
diperpanjang untuk selama-lamanya 6 (enam) bulan.
• Keputusan Perpanjangan dan Keputusan Pencabutan Pencegahan
• Apabila tidak ada keputusan perpanjangan, pencegahan yang sudah
ditetapkan berakhir demi hukum.
• Keputusan pencegahan atau penangkalan dinyatakan berakhir karena:

– Telah habis masa berlakunya


– Dicabut oleh pejabat yang berwenang menetapkan;
atau
– Dicabut berdasarkan putusan Pengadilan Tata Usaha
Negara
• Apabila keputusan pencegahan dinyatakan berakhir sebelum habis masa
berlaku sebagaimana tercantum dalam surat keputusan pencegahan, maka
pencabutan tersebut harus dinyatakan dalam bentuk keputusan
pencabutan.
• Keputusan pencabutan pencegahan tersebut disampaikan
kepada:
1. Penanggung Pajak yang dikenai pencegahan;
2. Menteri Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM)

• Berdasarkan keputusan pencabutan pencegahan tersebut,


Penanggung Pajak yang dikenai pencegahan dicoret dari
Daftar Pencegahan. Direktur Jenderal Imigrasi dalam waktu
paling lama tujuh hari sejak tanggal menerima keputusan
pencabutan tersebut mencoret nama Penanggung Pajak
yang dikenai pencegahan dari Daftar Pencegahan, dan
mengirimkannya kepada Kepala Kantor Imigrasi di seluruh
wilayah Negara Republik Indonesia.
Pelaksanaan Penyanderaan
• Surat Perintah Penyanderaan memuat sekurang-kurangnya:
1. identitas Penanggung Pajak;
2. alasan penyanderaan;
3. izin penyanderaan;
4. lama penyanderaan;
5. tempat penyanderaan.

• Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh Kepala


KPP/KPPBB kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Pajak u.p. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan
dalam bentuk Surat Permohonan Izin Melakukan
Penyanderaan dengan tembusan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak yang bersangkutan
Pelaksanaan Penyanderaan
Permohonan izin penyanderaan memuat sekurang-
kurangnya:
1. identitas Penanggung Pajak yang akan disandera;
2. jumlah utang pajak yang belum dilunasi;
3. tindakan penagihan pajak yang telah dilaksanakan;
Pelaksanaan Penyanderaan
Penanggung Pajak diragukan itikad baiknya dalam pelunasan utang
pajak, yang meliputi:
• Penanggung Pajak tidak merespon himbauan untuk melunasi utang
pajak;
• Penanggung Pajak tidak menjelaskan/tidak bersedia melunasi utang
pajak baik sekaligus maupun angsuran;
• Penanggung Pajak tidak bersedia menyerahkan hartanya untuk
melunasi utang pajak;
• Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya atau berniat untuk itu;
• Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;
• Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya, atau
menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau
melakukan perubahan bentuk lainnya.
Tempat Penyanderaan
Tempat penyanderaan adalah rumah tahanan negara yang
dijadikan tempat pengekangan sementara waktu kebebasan
Penanggung Pajak yang terpisah dari tahanan lain.
Tempat penyanderaan tersebut memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. tertutup dan terasing dari masyarakat;
2. mempunyai fasilitas terbatas;
3. mempunyai sistem pengamanan dan pengawasan yang
memadai.
Sebelum tempat penyanderaan yang sesuai persyaratan
tersebut dibentuk, Penanggung Pajak yang disandera dititipkan
di rumah tahanan negara dan terpisah dari tahanan yang lain.
Kondisi Pengecualian
Penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam hal Penanggung Pajak
sedang melakukan kegiatan:
1. beribadah,
2. mengikuti sidang resmi, atau
3. mengikuti Pemilihan Umum.

Jangka Waktu Penyanderaan


Masa penyanderaan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak
Penanggung Pajak ditempatkan dalam tempat penyanderaan dan dapat
diperpanjang untuk selama-lamanya 6 (enam) bulan.

Penentuan lamanya penyanderaan didasarkan pada:


4. perhitungan besarnya utang pajak
5. besarnya jumlah harta yang disembunyikan
6. hubungan harta yang disembunyikan tersebut dengan itikad tidak baik
Penanggung
7. Pajak untuk melunasi utang pajaknya
Penghentian Penyanderaan

Gugatan terhadap Pelaksanaan Penyanderaan


• Penanggung Pajak yang disandera dapat mengajukan
gugatan terhadap pelaksanaan penyanderaan hanya
kepada Pengadilan Negeri. Gugatan Penanggung Pajak
tersebut di atas tidak dapat diajukan setelah masa
penyanderaan berakhir.
Rehabilitasi Nama Baik dan Pemberian Ganti Rugi

Dalam hal gugatan Penanggung Pajak tersebut dikabulkan


oleh pengadilan dan putusan pengadilan tersebut telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, diberikan hak untuk
mengajukan permohonan rehabilitasi nama baik dan ganti rugi.

Permohonan rehabilitasi nama baik Penanggung Pajak


diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Kepala KPP/KPPBB sebagai Pejabat yang menerbitkan Surat
Perintah Penyanderaan, dengan dilengkapi dengan
persyaratan sebagai berikut:
1. Putusan Pengadilan;
2. Surat Perintah Penyanderaan;
3. Surat Pemberitahuan Pelepasan Penanggung Pajak yang
disandera.
Rehabilitasi Nama Baik dan Pemberian Ganti Rugi

Rehabilitasi nama baik dilaksanakan oleh Pejabat


dalam bentuk 1 (satu) kali pengumuman pada media
cetak harian yang berskala nasional/regional/lokal
dengan ukuran yang memadai, yang dilakukan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
permohonan Penanggung Pajak.

Ganti rugi diberikan paling lambat 30 (tiga puluh)


hari sejak diterimanya permohonan Penanggung
Pajak. Besarnya ganti rugi yang diberikan kepada
Penanggung Pajak adalah sebesar Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah) setiap hari selama masa
penyanderaan yang dijalaninya.

You might also like