You are on page 1of 48

UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas UU No.

8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPn BM


SEJARAH PPN

1. Pajak Pembangunan I (PPb I) sebelum tahun 1950

2. Pajak Peredaran 1950 (PPe 1950)

3. Pajak Penjualan 1951 (PPn 1951)

4. Pajak Pertambahan Nilai, sesuai dgn UU No. 8 Tahun 1983

2
PENGERTIAN UMUM PPN

Pajak Atas Konsumsi Barang Atau Jasa


Di Dalam Daerah Pabean
Oleh Orang Pribadi Badan

3
KARAKTERISTIK PPN
PPN adalah pajak tidak langsung, artinya beban pajak
dilimpahkan kepada pihak lain. Sehingga pemikul beban
pajak dan penyetor pajak ke negara berada pada pihak
yang berbeda.
PPN adalah pajak objektif, artinya timbulnya kewajiban
pajak ditentukan oleh objek pajak.
PPN bersifat multi stage levy, artinya dikenakan pada
setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi.
PPN merupakan pajak atas konsumsi di dalam negeri
(destination principle).
Pemungutan pajaknya menggunakan faktur pajak.
Penghitungan PPN terutang yang disetor ke negara
menggunakan indirect substraction method/credit
method/invoice method dengan cara mengkreditkan
pajak masukan (PK-PM).
4
CONTOH: MULTI STAGE LEVY
(NON-KUMULATIF)

Pajak Penjualan (PPn) bersifat kumulatif


Pengusaha Harga Jual PPn 10% Setor ke Negara Harga
Benang 1,000 100 100 1,100
Tekstil 2,100 210 210 2,310
Garment 3,310 331 331 3,641
Pedagang Besar 4,641 464 464 5,105
Pedangan Eceran 6,105 611 611 6,716

Jml yang dibayar pembeli 6,716


Jml pajak ditanggung pembeli 1,716
Maka beban pajak 28%
Pajak Pertambahan (PPN) bersifat non-kumulatif
Pengusaha Harga Jual PPn 10% Setor ke Negara Harga
Benang 1,000 100 100 1,100
Tekstil 2,000 200 200 - 100 = 100 2,200
Garment 3,000 300 300 - 200 = 100 3,300
Pedagang Besar 4,000 400 400 - 300 = 100 4,400
Pedangan Eceran 5,000 500 500 - 400 = 100 5,500

Jml yang dibayar pembeli 5,500


Jml pajak ditanggung pembeli 500
Maka beban pajak 10%

5
BEBERAPA DEFINISI
 Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perika-tan
atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas
atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai…
 Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar daerah
pabean ke dalam daerah pabean.
 Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli & menjual, terma-
suk kegiatan tukar menukar barang tanpa mengubah bentuk asli.
 Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yg merupakan satu
kesatuan baik yg melakukan kegiatan usaha maupun tidak…
 Pengusaha adalah OP atau badan yg dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, meng-
ekspor barang, melakukan perdagangan, memanfaatkan barang tak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

6
PEMUNGUT PPN

 Secara umum PPN dipungut oleh yang menyerahkan


BKP/JKP.
 Selain itu yang bertugas sebagai pemungut PPN adalah:
 Instansi pemerintah: Bendaharawan pusat dan daerah serta Kantor Kas
Negara.
 Badan-badan tertentu: Pertamina, BUMN/D, bank pemerintah, serta
kontraktor kontrak bagi hasil/karya dibidang pertambangan.

7
PENGERTIAN NILAI TAMBAH
DALAM PPN

Proses menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui


proses mengubah bentuk atau sifat, mempunyai daya guna
baru, mengolah sumber daya alam.
Pemberian “jasa” seperti terlihat pada definisi jasa.

Profit yg berkaitan erat dengan perdagangan seperti yang


terlihat pada definisi perdagangan.
Kegiatan memasukkan barang atau memanfaatkan barang
tak berwujud dan jasa ke dalam daerah pabean.

8
PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

 Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang


melaku-kan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak
menurut UU ini, tidak termasuk pengusaha kecil yang
ditetapkan KMK.
 Batasan Pengusaha Kecil adalah jika pengusaha tersebut
melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kurang dari Rp
4,8 M
 Pengusaha kecil boleh memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.

 PKP wajib dikukuhkan dan memiliki NPPKP (Nomor Pokok


Pengu-saha Kena Pajak) yang bentuknya sama dengan NPWP.
 Kewajiban PKP adalah mengenakan, memungut, menyetor dan
melaporkan PPN dan PPnBM.
9
OBJEK PPN
 Penyerahan BKP/JKP di dalam Daerah Pabean Oleh
Pengusaha
 Impor BKP.
 Ekspor BKP Yang Dilakukan PKP.
 Pemanfaatan BKP Tak Berwujud Dari Luar Daerah Pabean di
dalam daerah pabean
 Pemanfaatan JKP Dari Luar Daerah Pabean di dalam daerah
pabean
 Ekspor BKP Berwujud dan Tidak Berwujud oleh PKP
 Ekspor JKP oleh PKP

10
BARANG TIDAK DIKENAKAN PPN

Hasil pertambangan/pengeboran yang diambil langsung


dari sumbernya:
 Minyak mentah (crude oil),
 Gas bumi, kecuali gas bumi yang langsung dikonsumsi masyarakat spt elpiji,
 Panas bumi,
 Pasir dan kerikil,
 Batubara sebelum diproses dari briket batubara,
 Bijih (besi, timah, emas, tembaga, nikel, dan perak serta bauksit).
Barang-barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan rakyat
banyak seperti beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, dan
garam beryodium maupun tidak.
Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
rumah makah, warung, dan jasa boga/catering.
Uang, emas batangan dan surat-surat berharga.

11
BARANG DIBEBASKAN PPN
(PP No. 146 Tahun 2000)

 Rumah sederhana, RSS, rusun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa dan
pelajar serta perumahan lain yg ditetapkan KMK.
 Senjata, amunisi, alat angkut di air, alat angkut di bawah air, alat angkut di
udara, kendaraan lapis baja, kendaraan angkutan khusus lainnya dan komponen
atau bahan yang diperlukan dalam pembuatan senjata dan amunis oleh PT.
PINDAD utk TNI/Polri.
 Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program PIN.
 Buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku pelajaran.
 Kapal dan suku cadang dan alat keselamatan pelayaran atau alat kesela-matan
manusia yg digunakan oleh perusahaan pelayaran nasional atau perusahaan
penangkap ikan nasional.
 Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan dan
keselamatan manusia yang digunakan perusahaan airline nasional.
 Kereta api, suku cadang, alat keselamatan yang digunakan PT. KAI.
 Peralatan yg digunakan utk penyediaan data batas negara kepada TNI.

12
BARANG DIBEBASKAN PPN
(PP No. 12 Tahun 2001)

 Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik tidak termasuk suku cadang
yang diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan BKP
 Makanan ternak, unggas, ikan dan atau bahan baku pembuatan makan-an
ternak, unggas dan ikan.
 Impor atau penyerahan barang didalam daerah pabean bibit dan atau benih dari
barang hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau
perikanan.
 Penyerahan di dalam daerah pabean barang hasil pertanian yang dilakukan oleh
petani atau kelompok tani.
 Penyerahan bahan baku perak dlm btk butiran (granule) atau batangan.
 Bahan baku pembuatan uang kertas rupiah dan uang loga rupiah.
 Penyerahan air bersih yg dialirkan melalui pipa oleh pershn air minum.
 Penyerahan listrik kecuali utk perubahan dgn daya lebih dari 6000 watt.

13
Bukan JKP

14
JASA TIDAK DIKENAKAN PPN
(PP No. 144 Tahun 2000)

 Jasa dibidang pelayanan jasa medik: dukun kampung, para-


normal, dokter, mulai dari puskesmas sampai rumah sakit
mahal.
 Jasa dibidang pelayanan sosial: panti asuhan, panti wreda,
krematorium, yayasan pemakaman, jasa pemadam kebakaran.
 Jasa dibidang pengiriman surat dengan perangko.
 Jasa dibidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha
dengan hak opsi.
 Jasa dibidang keagamaan.
 Jasa dibidang pendidikan, baik pendidikan sekolah ataupun
luar sekolah seperti kursus. Kecuali jasa pendidikan tersebut
berkaitan dengan penyerahan BKP.

15
JASA TIDAK DIKENAKAN PPN
(PP No. 144 Tahun 2000)

 Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang sudah dikenakan


pajak tontonan.
 Jasa dibidang penyiaran yang bukan bersifat iklan.
 Jasa dibidang angkutan umum di darat dan air, termasuk jasa
angkutan udara luar negeri.
 Jasa dibidang tenaga kerja, selama penyedia jasa tidak
bertanggung-jawab atas hasil kerja tenaga kerja dimaksud.
 Jasa dibidang perhotelan, meliputi persewaan kamar, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas utk tamu
mengi-nap, dan jasa persewaan ruangan untuk kegiatan
acara.
 Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka menjalankan
pe-merintahan secara umum.

16
JASA KENA PAJAK TERTENTU
 Jasa Custodian (SE-25/PJ.53/1995), berupa penitipan (safe custody)
yang dilakukan oleh bank meliputi jasa penyimpanan, penjagaan
serta pemeliharaan.
 Jasa Anjak Piutang (SE-06/PJ.53/1997), berupa pembelian atau
pengalihan piutang/tagihan jangka pendek serta penatausahaan
penjualan kredit serta penagihan klien. Dilakukan oleh bank, lem-
baga keuangan bukan bank, perusahaan pembiayaan, PT, dan
Koperasi. DPPnya adalah 5% dari jumlah imbalan yang diterima
berupa service charge, provisi dan diskon.
 Jasa Wali Amanat (SE-03/PJ.32/1996), jasa trusteeship/agency.
 Jasa Periklanan (SE-10/PJ.3/1998).
 Jasa Perdagangan termasuk e-commerce (SE-08/P.52/1996).
 Jasa Biro Perjalanan/Wisata dan Pengiriman Paket (DPP = 10%).
 Jasa Sewa Ruangan, DPP = Harga sewa + (0.4 x service charge).

17
JASA DIBEBASKAN PPN
(PP No. 146 Tahun 2000)

 Jasa yang diterima perusahaan pelayaran nasional atau perusa-


haan penangkapan ikan nasional meliputi jasa persewaan, jasa
pelabuhan, jasa perawatan (docking) kapal.
 Jasa yang diterima perusahaan angkutan udara nasional
meliputi jasa persewaan, perawatan atau reparasi.
 Jasa perawatan atau reparasi yang diterima oleh PT. KAI.
 Jasa kontraktor bangunan rmh sederhana, RSS, rusun
sederhana, pondok boro, asrama masahasiswa atau pelajar serta
perumahan lainnya yang ditetapkan oleh KMK.
 Jasa persewaan rusun sederhana, rumah sederhana, dan RSS.
 Jasa yang diserahkan oleh TNI sehubungan data batas/foto
udara wilayah NKRI.

18
SKEMA PPN

Penyerahan BKP/JKP
Membuat Faktur Pajak

Penjual/Pengusaha Jasa Pembeli/Penerima Jasa

Pemotong Pajak Pemikul Beban Pajak

PPN

PPN disetor ke negara

19
MEKANISME PPN

Setiap PKP yang menjual BKP atau menyerahkan JKP


wajib membuat Faktur Pajak untuk memungut pajak yang
terutang, disebut Pajak Keluaran (output tax).
PKP membeliBKP /menerima JKP dari PKP lain, maka
PKP pembeli/penerima membayar pajak yang terutang
kepada negara lewat PKP penjual, disebut Pajak Masukan
(input tax).
Pada akhir masa pajak, Pajak Masukan dapat dikreditkan
terhadap Pajak Keluaran.
Jika Pajak Keluaran > Pajak Masukan, berarti kurang
bayar

20
TARIF PPN
Tarif PPN yang dikonsumsi/
dimanfaatkan didalam daerah pabean
adalah 10%
PPN ekspor BKP Berujud/Tdk berujud,
Ekspor JKP  0%.

PPN = Tarif x DPP

21
DASAR PENGENAAN PAJAK

DPP (dasar pengenaan pajak) adalah nilai berupa uang yang dijadi-
kan dasar untuk menghitung pajak terutang:
Harga jual, adalah nilai berupa uang termasuk semua
biaya yg diminta atau seharusnya diminta oleh penjual krn
penyerahan BKP
Penggantian, adalah nilai berupa uang termasuk semua
biaya yg diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi
jasa karena penyerahan JKP.
Nilai impor = CIF + BM + BMT.
Nilai Ekspor, adalah nilai berupa uang termasuk semua
biaya yg diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir
seperti termaktub dalam PEB (Pemberitahuan Ekspor
Barang).
Nilai lain yang ditetapkan dengan KMK. 22
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
Pajak masukan (PM) dikreditkan dengan Pajak keluaran
(PK) yang dipungut pada masa pajak yang sama.
PM yang belum dikreditkan dengan PK dalam masa pajak
yang sama dapat dikreditkan sampai dengan selambat-
lambatnya dalam bulan ketiga setelah akhir tahun buku,
dengan syarat:
 PM tersebut belum dibebankan sebagai biaya.
 Belum dilakukan pemeriksaan, kecuali perolehannya telah dicatat
dalam pembukuan PKP yang bersangkutan.
Syarat PM dapat dikreditkan jika PM tersebut
berhubungan lang-sung dengan kegiatan usaha.
Hasil pengkreditan PM terhadap PK:
 Kurang Bayar, jika PM<PK.
 Nihil, jika PM=PK.
 Lebih bayar, jk PM>PK; dapat direstitusi atau dikompensasi.
23
PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
 PM yang dibayar sebelum dikukuhkan sebagai PKP.
 Tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.
 Utk perolehan dan pemeliharaan mobil sedan, jip, station wagon, van, combi,
kecuali barang dagangan atau sesuai dengan usaha.
 Pemanfaatan BKP tak berwujud/JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean sebelum ditetapkan sebagai PKP.
 Tercantum dalam Faktur Pajak (FP) sederhana.
 Tercantum dalam Faktur Pajak standar tapi cacat.
 Pemanfaatan BKP tak berwujud/JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean, yang Faktur Pajaknya cacat.
 Ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
 PK ditanggung pemerintah.
 PK dibebaskan dari pengenaan pajak.

24
SAAT PAJAK TERUTANG

Pada saat penyerahan BKP atau JKP.


Pada saat impor BKP.
Pada saat pembayaran, jika pembayaran dilakukan
sebelum penyerahan BKP/JKP.
Pada saat dimulai pemanfaatan BKP tak
berwujud/JKP dari luar daerah pabean didalam
daerah pabean.
Pada saat pembayaran, jika pembayaran sebelum
pemanfaatan BKP tak berwujud/JKP dari luar daerah
pabean didalam daerah pabean.
Saat lain yang ditetapkan dengan KMK.
Saat ekspor BKP.
25
TEMPAT PAJAK TERUTANG

Tempat tinggal atau tempat kedudukan.


Tempat kegiatan usaha dilakukan.
Tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
Tempat BKP dimasukkan ke dlm daerah pabean, dalam
hal impor.
Tempat OP/Badan terdaftar sebagai NPWP, dalam hal
pemanfaa-tan BKP tak berwujud/JKP dari luar daerah
pabean didalam daerah pabean.
Satu tempat atau lebih yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak
atas permohonan tertulis dari PKP.
Dalam hal kegiatan membangun sendiri, pajak terutang
ditempat bangunan didirikan.
PKP yang memiliki lebih satu tempat usaha dapat
mengajukan permohonan pemusatan tempat pajak
terutang secara tertulis kepada Dirjen Pajak.
26
Setor & Lapor

harus dibayar ke Kas Negara paling lambat tanggal


15 bulan berikutnya
Pembayaran menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP).

27
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH (PPnBM)

Karakteristik PPnBM: Dasar Pertimbangan:


 Merupakan pungutan tambahan Perlu keseimbangan pembebanan
disamping PPN. pajak antara konsumen
 Hanya dipungut satu kali, yaitu pada penghasilan rendah dengan
saat impor BKP mewah, pabrikan konsumen penghasilan tinggi.
BKP mewah. Perlu adanya pengendalian pola
 PPnBM tidak dapat dikreditkan konsumsi atas BKP yang tergolong
dengan PPN. mewah.
 Namun jika eksportir mengekspor Perlu adanya perlindungan atas
BKP mewah, PPnBM yang dibayar produsen kecil/tradisional.
pada saat perolehannya dapat Perlu untuk mengamankan
diminta kembali. penerimaan negara.

28
BKP YANG TERGOLONG MEWAH

 Barang tersebut bukan merupakan kebutuhan pokok.

 Dikonsumsi oleh masyarakat tertentu (bersifat


eksklusif).
 Pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi.
 Dikonsumsi untuk menunjukkan status.

 Bila dikonsumsi bisa merusak kesehatan dan moral


serta mengganggun ketertiban masyarakat.

29
OBJEK DAN TARIF PPnBM

Objek PPnBM meliputi: Tarif PPnBM:


Penyerahan BKP yang mulai 10% s.d. 200%
tergolong mewah oleh
pengusaha dari hasil
pabrikasi.
Impor BKP yang tergolong
mewah.

30
Contoh soal PPn BM

 PPN BM
Bpk.Andi seorang importir mengimpor BKP Barang Mewah dengan tarif
20% seharga Rp 200.000.000,-
hitung : - PPN dan PPN-BM
- jumlah yang di bayar Bpk.Andi
 jawab :
 Jumlah pembayaran Rp200.000.000,-
 PPN 10% X Rp 200.000.000 Rp 20.000.000,-
 PPN-BM 20% X Rp 200.000.000 Rp 40.000.000,-
 ---------------+
 jumlah yang harus dibayar Rp 260.000.000,

31
FAKTUR PAJAK
Faktur Pajak

adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh


Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak

33
FAKTUR PAJAK

Merupakan bukti pungut pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP/JKP. FP dibuat selambat-lambatnya:
 Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan dilakukannya
penyerahan BKP/JKP secara keseluruhan.
 Pada saat pembayaran, jika pembayaran mendahului
penyerahan.
 Pada saat pembayaran termin diterima.
 Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada
pemungut PPN.

Bagi penjual merupakan bukti pajak keluaran, sedangkan bagi


pembeli merupakan bukti pajak masukan

34
MACAM-MACAM FAKTUR PAJAK
 Faktur pajak
 Faktur pajak gabungan,
gabungan adalah FP standar yang memuat
lebih dari satu transaksi dalam satu masa pajak untuk satu
pelanggan.
 Dokumen lain yang telah ditetapkan sebagai FP:
 PIB+SSP, untuk impor barang.
 SPPB, FP standar untuk Bulog/Dolog.
 Tanda pembayaran jasa telkom.
 Tiket, Airways bill, dan delivery bills, untuk jasa angkutan udara.
 Nota penjualan jasa, untuk jasa pelabuhan.
 SSP untuk pemanfaatan BKP tak berwujud/JKP dari luar daerah pabean
didalam daerah pabean.
 PEB+Invoice, untuk ekspor barang yang sudah difiat oleh DJBC.
 Faktur Nota Bon Penyerahan (PNBP), faktur pajak Pertamina utk
penyerahan BBM/non BBM

35
Faktur Pajak Memuat

 nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP;


 nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP;
 jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian,
dan potongan harga;
 PPN yang dipungut;
 PPn BM yang dipungut;
 kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
 nama dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur
Pajak.

36
Larangan Membuat Faktur Pajak
Orang Pribadi atau Badan yang tidak dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak dilarang membuat
Faktur Pajak.

Sanksi
PKP dikenai sanksi administrasi sebesar 2% dari Dasar
Pengenaan Pajak apabila tidak membuat Faktur Pajak,
tidak mengisi Faktur Pajak secara lengkap, dan
melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan Faktur Pajak.

37
Kode dan Nomor Seri

kode Faktur Pajak terdiri dari :


 2 (dua) digit Kode Transaksi;
 1 (satu) digit Kode Status; dan
 3 (tiga) digit Kode Cabang.
nomor seri Faktur Pajak terdiri dari :
 2 (dua) digit Tahun Penerbitan; dan
 (delapan) digit Nomor Urut.

38
KODE DAN NOMOR SERI
FAKTUR PAJAK

0 0 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Kode Cabang Tahun PenerbitanNomor Urut
Kode Status

Kode FP Nomor Seri FP

39
KODE FAKTUR PAJAK STANDAR
Kode Transaksi :
01-kepada Selain Pemungut PPN
02-kepada Pemungut Bendaharawan
03-kepada Pemungut PPN lainnya
04-yg mnggnkn DPP Nilai Lain kpd Selain Pemungut PPN
05-DIHAPUS
06-penyerahan Lainnya kpd Selain Pemungut PPN/VAT
Refund
07-yang PPN-nya TDP kpd Selain Pemungut PPN
08-yg dibbskan dr pengenaan PPN kpd Selain Pemungut
PPN
09-pnyrhn Aktiva pasal 16 D kpd Selain Pemungut PPN

Kode Status :
0 – Normal
1 - Penggantian
40
Saat Pembuatan FP :

1. Saat penyerahan BKP/JKP


2. saat penerimaan pembayaran dlm hal
penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan;
3. pada saat penerimaan pembayaran termin dlm
hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau
4. pada saat PKP rekanan menyampaikan
tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah
sebagai Pemungut PPN
Saat Pembuatan FP Gabungan :

1. pada akhir bulan penyerahan, dalam hal


pembayaran baik sebagian atau seluruhnya
terjadi setelah berakhirnya bulan penyerahan;
atau
2. pada akhir bulan penyerahan, dalam hal
pembayaran baik sebagian atau seluruhnya
terjadi sebelum berakhirnya bulan
penyerahan
KETENTUAN PENTING (cont’d)

PKP menerbitkan FP setelah lewat jangka


waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak
seharusnya dibuat  dianggap tidak
menerbitkan FP

Konsekuensi bagi PKP Pembeli :


tidak dapat mengkreditkan sebagai Pajak
Masukan
KETENTUAN PENTING (cont’d)
Tata Cara Pembatalan FP :

 Pembatalan harus didukung oleh bukti atau dokumen


 PKP Penjual harus memiliki bukti dari PKP Pembeli yang
menyatakan bahwa transaksi dibatalkan
 PKP Penjual harus mengirimkan surat pemberitahuan dan copy
dari FP yg dibatalkan ke KPP Penjual dan ke KPP Pembeli.
 Dalam hal PKP Penjual belum melaporkan FP yg dibatalkan di
dalam SPT Masa PPN, maka PKP harus tetap melaporkan dengan
mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan
PPn BM.
 Dalam hal PKP Penjual telah melaporkan Faktur Pajak tersebut
dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak Keluaran, maka PKP
Penjual harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa
 Dalam hal PKP Pembeli telah melaporkan Faktur Pajak yang
dibatalkan tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur Pajak
Masukan, maka PKP Pembeli harus melakukan pembetulan SPT
Masa PPN
KETENTUAN PENTING (cont’d)

• Penerbitan FP Pengganti atau pembatalan FP, hanya


dapat dilakukan paling lambat 2 tahun sejak diterbitkan
sepanjang belum dilakukan pemeriksaan dan belum
dibebankan sebagai biaya
• Sebagai konsekuensi, PKP Penjual harus melakukan
pembetulan terhadap SPT Masa PPN dimana FP yang
diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan.
• Pembeli BKP dan/atau Penerima JKP yang telah
melakukan pengkreditan PM atas PPN pada FP yang
diganti atau dibatalkan oleh PKP Penjual, harus
melakukan pembetulan SPT Masa PPN dimana FP
yang diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan,
sepanjang belum dilakukan pemeriksaan dan belum
dibebankan sebagai biaya.
soal
PT Gerak Cepat bergerak di bidang industri sepatu, telah dikukuhkan
sebagai Kawasan Berikat, dalam bulanMei 2009 dapat dipetik beberapa
transaksi berikut:
1)Menyerahkan sejumlah kulit kepada PT Kickstep Indonesia sebuah
perusahaan Industri sepatu yangberkedudukan di Kawasan Berikat,
dengan harga jual Rp 300.000.000,00
2)Menerima pembayaran dari Kanwil Depdiknas atas tagihan yang
disampaikanpada tanggal 1 Mei 2009atas penyerahan sejumlah sepatu
dengan harga jual Rp 260.000.000,00 yang dilakukan pada tanggal
29Maret 2009
3)Menyerahkan sepatu kepada Bank BNI dengan harga jual
Rp 120.000.000,00
4)Menerima sejumlah tekstil pelapis sepatu dari PT Pelangi Nusa,
industri tekstil di kawasan berikatdengan harga jual Rp 130.000.000,00
Permasalahan :
a.Berapa PPN yang terutang atas tiap-tiap transaksi tersebut diatas?
b.Berapa PPN yang dibayar atau dipungut oleh PT Gerak Cepat atas
setia transaksi tersebut?
c. Apa fasilitas yang berlaku dalam kasus ini? 46
Jawaban contoh soal

a.10% x Rp 300.000.000 = Rp 30.000.000


Tidak dipungut
karena penyerahan barang hasil produksi dari suatu kawasan berikat
ke kawasan berikatlain yang mana barang tersebut akan diolah lebih lanjut
mendapat fasilitas tidak dipungut PPN
b.10% x Rp 260.000.000 = Rp 26.000.000
Dipungut
karena melakukan penyerahan ke Depdiknas di luar kawasan berikat
c.10% x Rp 120.000.000 = Rp 12.000.000Dipungut
karena meakukan penyerahan barang di dalam daerah pabean
d.10% x Rp 130.000.000 = Rp 13.000.000
Tidak dipungut
karena penyerahan barang hasil produksi dari suatu kawasan berikat
ke kawasan berikatlain yang mana barang tersebut akan diolah lebih lanjut
mendapat fasilitas tidak dipungut PPN

47

You might also like