You are on page 1of 17

Sharing Jurnal

SASARAN ANEMIA PADA


PENDERITA KANKER PARU
Kelompok 6
Anggota Kelompok
● Serliyanti Ambun 235170109111024
235170109111004 ● Cristian Lasria Roma Uli . S
● Yuliana Devi Triyanti 235170109111030
235170109111009 ● Nur Ekyan Rahma Duani
● Rekha Julian Ridsan 235170109111031
235170109111012 ● Nia Cantika Pasaribu
● Manik Bayu Prasetyo 235170109111034
235170109111016 ● Muhammad Sahadewo Pintarto
● Latifatul Hasanah 235170109111041
BAB 1
Menurut WHO, Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah dan ukuran sel darah merah, atau
konsentrasi haemoglobin di bawah nilai batas yang di tentukan, akibtanya merusak kapasitas darah
untuk mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Pada kanker paru-paru, prevalensi kejadian Anemia pada
penderita tanpa Tindakan pengobatan adalah sebesar 37,6%. Tingkat keparahaan anemia pada pasien
kanker Paru dipengaruhi oleh stadium penyakit, durasi, jenis dan intensitas kemoterapi akan meningkat
sekitar 80%. Anemia pada pasien kanker berkontribusi terhadap kelelahan dan gejala lain yang dapat
menganggu kualitas kesehatan hidup pasien.

1 2
Tujuan Manfaat
Untuk Mengetahui dan mempelajari tentang meningkatkan pemikiran kritis dan dapat menambah
Intervensi pada Pasien Kanker Paru dengan ilmu pengetahuan tentang Intervensi pada Kanker
Anemia menggunakan terapi Eritropoietin Paru yang disertai Anemia.
BAB 2
Identitas Jurnal
Judul : Sasaran Anemia pada Penderita Kanker Paru
Penulis : Jeffrey Crawford, MD,* Paris A. Kosmidis,
MD, Fred R. Hirsch, MD, PhD, dan Corey J. Langer
Nama Jurnal : Journal of Thoracic Oncology
Penerbit : Journal of Thoracic Oncology
Tahun Terbit : 07 September 2006
(Edisi dan vol.) : Vol.1, Issue 7
ISI JURNAL (LATAR BELAKANG)
Anemia sangat umum terjadi pada pasien kanker paru-paru, sering terjadi pada awal dan
sering diperburuk sebagai akibatnya pengobatan. Salah satu faktor utama yang berkontribusi
terhadap anemia pada pasien kanker paru adalah penggunaan kemoterapi berbasis platinum,
sebuah rejimen yang menghasilkan penurunan Hb yang bermakna secara klinis sebagai
kemoterapi lini pertama untuk kanker paru-paru. Tingkat keparahan anemia pada pasien ini
tergantung pada stadium penyakit, serta durasi, jenis, dan intensitas kemoterapi. Anemia
pada pasien kanker berkontribusi terhadap kelelahan dan gejala lain yang dapat
mengganggu kualitas Kesehatan hidup (QOL). strategi untuk memperbaiki anemia pada
penyakit ini pasien mungkin bermanfaat dalam meningkatkan hasil terapi selain
meningkatkan kualitas hidup.
Tujuan
untuk melaporkan hasil Kanker Eropa Survei Anemia yang
menggambarkan prevalensi anemia pada pasien dengan
kanker paru-paru, dan mengevaluasi hasil klinis
eritropoietik terapi

Metode Penelitian
Rancangan Penelitian menggunakan
skor risiko klinis (CRS) untuk menentukan
keseluruhan risiko terjadinya anemia.
Hasil Penelitian
Hasil Studi ini memberikan wawasan lebih lanjut
tentang kegunaan klinis dan keamanan epoetin alfa
dalam pengaturan ini, memberikan wawasan
tentang besarnya dan waktu respons terhadap
epoetin alfa dan darbe-poetin alfa.
Kesimpulan
Manfaat klinis terapi eritropoietik dalam meningkatkan Hb, menurunkan transfusi, dan

meningkatkan kualitas hidup pada pasien pasien dengan kanker telah dibuktikan dalam

beberapa besar studi. Studi langsung menunjukkan bahwa epoetin alfa setidaknya sama

efektifnya dengan darbepoetin alfa dalam mengoreksi anemia pada pasien dengan

kanker.
Saran
Pasien dengan anemia dan kanker paru-paru harus ditangani sesuai
dengan pedoman praktik klinis, dengan terapi eritropoietik
dipertimbangkan untuk pasien dengan Hb 11 g/dL atau kurang dan
pengobatan disesuaikan untuk mempertahankan target Hb optimal
sebesar 12 gram/dL. Tambahan, pada pasien dengan kanker paru-
paru adalah diperlukan evaluasi lebih lanjut hubungan antara kadar
Hb dan koreksi anemia pada fungsi kognitif dan kelangsungan
hidup.
BAB 3
(Bagaimana isi jurnal tersebut relevan dengan kasus/sistem yang
dibahas?)

Banyak penelitian yang menunjukan bahwa pengobatan anemia dengan agen eritropoietik

pada pasien kanker paru-paru menghasilkan peningkatan yang signifikan pada hemoglobin,

penurunan tranfusi dan meningkatkan kualitas hidup. Peneliti sendiri sedang melakukan

evaluasi terhadap terapi eritropoetik dapat mengurangi gangguan kognitif terkait dengan

kanker paru, terapi sitotoksik dan anemia.


Adapun populasi yang mengalami anemia pada saat pengobatan adalah 1900 pasien, ada
1462 (77%) mengalami anemia pada saat melakukan pegobatan, mengalami anemia saat
menerima kemoterapi,(965/1174 /83%), kombinasi antara kemoterapi radiasi yang tidak
bersamaan ada (342/407/84%). Dan dari 1147 passien yang menjalani kemoterapi saat
survey, anemia terjadi lebih sering pada pasien yang menerima kemoterapi platinum
(692/818 / 95 %) dibandingkan dengan kemoterapi nonplatinum (264/329/ 80%).
Sehubungan dengan pengobatan anemia sendiri ada (507/956/53%) pasien anemia yang
menjalani kemoterapi tidak menerima pengobatan anemia, 24 % menerima therapi
eritropoetik rata- rata Hb nya 9,1g/dL, 18 % menerima tranfusi sel darah merah rata rata
Hb 8,5 g/dL. Dan pada study banding yang di lakukan peneliti terhadap efektiffitasnya
penggunaan eritropoietic pada kasus anemia adalah adanya peningkatan Hb yang
signifikan.
Bagaimana relevansi dan penerapannya pada keperawatan di
Indonesia
Dalam Menyusun bab pembahasan dapat mengutip referensi dari
sumber lain (textbook/ Jurnal lain)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Riswan, 2022) Hubungan Hb dengan Kadar EPO pada pasien
tumor padat sebelum menjalani kemoterapi dianalisis dengan bahwa Hb rata-rata pasien adalah 10,7 g/dl
dengan SD adalah 4,2 g/dl. Kadar EPO serum dengan nilai tengah 21,5 mIU/ml dan range 7,1-72,5
mIU/ml. Dengan menggunakan korelasi Pearson’s Correlation tampak bahwa terdapat hubungan negatif
(berbanding terbalik) yang signifikan antara Hb dengan EPO dengan koefisien korelasi r adalah -0,067
dan nilai p sebesar 0,025. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Hb pasien dengan tumor padat
maka kadar EPO serum semakin rendah. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara Hb
dengan EPO pada pasien tumor padat sebelum menjalani kemoterapi
Menurut penelitian (Setiawan, 2021) Kadar Hemoglobin Setelah Intervensi
Pemberian Eritropoietin diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan
pemberian eritropoietin setelah intervensi pada responden gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa rutin di RSUD Balaraja, lebih dari
setengah responden masuk kategori Hb normal sebanyak 40 responden
(70%), hampir setengah responden masuk kategori Hb optimal sebanyak
17 responden (30%) dan tak seorang responden masuk kategori
anemia (0%). Pada kategori setelah intervensi pemberian EPO adalah
seluruh responden diberikan terapi EPO (100%).
Uji Wilcoxon berfungsi untuk menguji perbedaan antara data berpasangan,
menguji komparasi antara dua pengamatan sebelum dan sesudah (pretest-posttest)
dan mengetahui efektifitas suatu perlakuan. Dengan tingkat kemaknaan p-value
<0,05 (Birda, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
Pemberian Eritropoietin Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Balaraja, dan
didapatkan hasil bahwa dari 57 responden dalam kategori sebelum intervensi terapi
eritropoietin didapatkan hasil 25 cenderung tidak ada peningkatan kadar hb
dengan nilai kadar Hb sebesar 9,975 dan setelah intervensi pemberikan terapi
eritropoietin masuk kategori mengalami peningkatan dengan nilai kadar
hemoglobin rata-rata 9,605g/dl.
BAB 4 Kesimpulan
Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap anemia pada pasien kanker paru adalah
penggunaan kemoterapi berbasis platinum, sebuah rejimen yang menghasilkan penurunan Hb yang
bermakna secara klinis sebagai kemoterapi lini pertama untuk kanker paru-paru Tingkat keparahan
anemia pada pasien ini pasien tergantung pada stadium penyakit, serta durasi, jenis, dan intensitas
kemoterapi. ada solusi dalam pengobatan anemia dengan yaitu dengan menggunakan agen
eritropoietik. Agen eritropoietin merupakan hormon eritropoietin atau EPO yaitu hormon yang
berfungsi untuk mengatur produksi sel darah merah di sumsum tulang. Kekurangan atau kelebihan
hormon ini dapat menyebabkan beberapa penyakit yang berbahaya. pada pasien dengan kanker paru-
paru dikatakan bahwa dengan menggunakan terapi eritropoietin menghasilkan peningkatan
signifikan dalam hemoglobin, penurunan transfusi, dan peningkatan kualitas hidup.
Saran
Pasien dengan anemia dan kanker paru-paru harus ditangani sesuai
dengan pedoman praktik klinis, dengan terapi eritropoietik
dipertimbangkan untuk pasien dengan Hb 11 g/dL atau kurang dan
pengobatan disesuaikan untuk mempertahankan target Hb optimal
sebesar 12 gram/dL. Tambahan, pada pasien dengan kanker paru-
paru adalah diperlukan evaluasi lebih lanjut hubungan antara kadar
Hb dan koreksi anemia pada fungsi kognitif dan kelangsungan
hidup.
Thanks !

You might also like