You are on page 1of 66

PROSES PENYUSUNAN

PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BIRO HUKUM
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
BIODATA
a. Nama : BELLY ISNAENI, SH., MH

b. NIP : 19760527 199502 1 001

c. Pendidikan Terakhir : MAGISTER HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

d. Kantor : BIRO HUKUM KEMENTERIAN DALAM NEGERI

e. HP : 081314325000

f. Email : Belly_puu@yahoo.com
UUD 1945
BERDASARKAN KONSTRUKSI DALAM UUD 1945 :

MAKA UNTUK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN


DALAM NEGARA KESATUAN, INDONESIA DIBAGI ATAS
DAERAH-DAERAH PROVINSI, DAN PROVINSI DIBAGI LAGI
MENJADI DAERAH-DAERAH KABUPATEN DAN KOTA.
SETIAP DAERAH MERUPAKAN PEMERINTAH DAERAH
YANG DIBERI KEWENANGAN MENGATUR DAN MENGURUS
SENDIRI URUSAN PEMERINTAHAN YANG BERDASARKAN
PADA ASAS OTONOMI LUAS, NYATA DAN
BERTANGGUNGJAWAB
DERIVASI KEWENANGAN PRESIDEN YANG DIOTONOMIKAN

PUSAT UUD 1945

LEGISLATIF EKSEKUTIF YUDIKATIF

DPR MPR DPD


PRESIDEN/ MA MK BPK
WAPRES
KPU KY
K/L
BANK dewan
pertimbangan
SENTRAL
TNI/POLRI

Lingkungan
PROVINSI Peradilan PERWAKILAN
DAERAH Umum BPK PROV
KDH DPRD
Agama

Militer
KAB/KOTA TUN

KDH DPRD

4
OTONOMI DAERAH
Adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia

Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas


Pembantuan, Daerah membentuk Perda
(Pasal 236) UU 23/2014
BERDASARKAN KONSTRUKSI DALAM UUDNRI 1945 :

MAKA UNTUK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN


DALAM NEGARA KESATUAN, INDONESIA DIBAGI ATAS
DAERAH-DAERAH PROVINSI, DAN PROVINSI DIBAGI LAGI
MENJADI DAERAH-DAERAH KABUPATEN DAN KOTA.
SETIAP DAERAH MERUPAKAN PEMERINTAH DAERAH
YANG DIBERI KEWENANGAN MENGATUR DAN MENGURUS
SENDIRI URUSAN PEMERINTAHAN YANG BERDASARKAN
PADA ASAS OTONOMI LUAS, NYATA DAN
BERTANGGUNGJAWAB
1. UUD 1945
2. KETETAPAN MPR
3. UNDANG- PERPU
Jenis UNDANG /
Adalah Peraturan Perundang-
adalah Peraturan Perundang-
undangan yang ditetapkan oleh
Presiden dalam hal ihwal

dan
undangan yang dibentuk oleh
kegentingan yang memaksa.
Dewan Perwakilan Rakyat dengan
persetujuan bersama Presiden

Hierarki PUU 4. Peraturan Pemerintah


adalah Peraturan Perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden
untuk Menjalankan Undang-undang sbgm mestinya.

5. Peraturan Presiden
adalah Peraturan Perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden
untuk menjalankan perintah Peraturan perundang- undangan yang
lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

6. Peraturan Daerah Provinsi


adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama
Gubernur

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota


adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan
bersama Bupati/Walikota.
Pasal 7
Peraturan Perundang-undangan lain
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri,
badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan
Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala
Desa atau yang setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Pasal 8
Tahapan Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan

1. Perencanaan 2. Penyusunan

5. Pengundangan 3. Pembahasan
Penyebarluasan

4. Pengesahan dan Penetapan

ketum
1.PERENCANAAN
APA ITU PROLEGDA ??

• Prolegda adalah instrumen


perencanaan program pembentukan
Peraturan Daerah Provinsi atau
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
yang disusun secara terencana,
terpadu, dan sistematis.
(Pasal 1 angka 10 UU No.12 / Tahun 2011)

• Prolegda merupakan bagian yang


dipersyaratkan dalam pembentukan
peraturan daerah.
(Pasal 32 UU No. 12/2011)
SIAPA YANG BERWENANG

Penyusunan Prolegda dilaksanakan oleh DPRD dan


Pemerintah Daerah.
 Penyusunan Prolegda antara DPRD dan Pemerintah Daerah
dikoordinasikan oleh DPRD melalui alat kelengkapan DPRD yang
khusus menangani bidang legislasi (Badan Legislasi Daerah).
 Penyusunan Prolegda Provinsi di lingkungan DPRD dikoordinasikan
oleh alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi
(Badan Legislasi Daerah).
 Penyusunan Prolegda di lingkungan Pemerintah Daerah
dikoordinasikan oleh Biro Hukum/Bagian Hukum dan dapat
mengikutsertakan instansi vertikal terkait.
Lanjutan….

• Hasil penyusunan Prolegda antara


DPRD dan Pemerintah Daerah
disepakati menjadi Prolegda dan
ditetapkan dalam Rapat Paripurna
DPRD.
• Prolegda ditetapkan dengan
Keputusan DPRD.
KAPAN PROLEGDA DITETAPKAN

 Prolegda ditetapkan untuk jangka waktu 1


(satu) tahun berdasarkan skala prioritas
pembentukan RPERDA
 Penyusunan dan penetapan Prolegda Provinsi
dilakukan setiap tahun sebelum penetapan
RPERDA PROVINSI tentang APBD.
SUBSTANSI PROLEGDA (1)
Penyusunan Prolegda berdasarkan atas:
a. Perintah peraturan perundang-undangan lebih
tinggi;
b. Rencana pembangunan daerah;
c. Penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan; dan
d. Aspirasi masyarakat daerah.

(Pasal 35 UU No.12 Tahun 2011 jo. Pasal 9


Permendagri No.1 Tahun 2014)
SUBSTANSI PROLEGDA (2)
 Dalam Prolegda di lingkungan pemerintah daerah dan DPRD dapat dimuat
daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas:
1. Akibat putusan Mahkamah Agung;
2. APBD;
3. Pembatalan atau klarifikasi dari Menteri Dalam Negeri atau Gubernur;
dan
4. Perintah dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi setelah
Prolegda ditetapkan.

 Selain itu, Prolegda kabupaten/kota dapat juga memuat daftar


kumulatif terbuka mengenai
1. Pembentukan, pemekaran dan penggabungan kecamatan atau nama
lainnya; dan/atau
2. Pembentukan, pemekaran dan penggabungan desa atau nama lainnya.

(Pasal 38, 41 UU No.12 Tahun 2011 jo. Pasal 15 Permendagri No.1 Tahun 2014)
SUBSTANSI PROLEGDA (3)
• Dalam keadaan tertentu, DPRD atau kepala
daerah dapat mengajukan Rancangan Perda di
luar Prolegda, antara lain :
a. Untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan
konflik, atau bencana alam;
b. Akibat kerja sama dengan pihak lain; dan
c. Keadaan tertentu lainnya yang memastikan
adanya urgensi atas suatu Rancangan Perda
yang dapat disetujui bersama oleh Balegda dan
biro hukum provinsi atau bagian hukum
kabupaten/kota.

(Pasal 38 UU No.12 Tahun 2011 jo. Pasal 15 Permendagri No.1 Tahun 2014)
PROGRAM
DALAM KEADAAN TERTENTU, DPRD ATAU
PEMBENTUKAN KEPALA DAERAH DAPAT MENGAJUKAN
RANCANGAN PERDA DI LUAR
PERDA PROGRAM PEMBENTUKAN PERDA
KARENA ALASAN:
a. Untuk mengatasi keadaan LUAR BIASA,
PERDA KUMULATIF TERBUKA KEADAAN KONFLIK, atau BENCANA
ALAM
• Akibat putusan
b. AKIBAT KERJASAMA dengan pihak lain
Mahkamah Konstitusi c. MENGATASI Keadaan tertentu lainnya
• APBD yang memastikan adanya URGENSI atas
suatu RPERDA yg dapat disetujui
bersama oleh alat kelengkapan DPRD yg
Khusus menangani Bidang
PROGRAM PEMBENTUKAN Pembentukan Perda dan Unit yang
PERDA KABUPATEN/KOTA menangani bidang hukum pada
pemerintah daerah.
DAPAT MEMUAT DAFTAR
KUMULATIF TERBUKA d. Akibat pembatalan oleh Menteri untuk
Perda Provinsi dan oleh Gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk
• penataan Kecamatan; dan Perda Kabupaten/Kota
• penataan Desa. e. Perintah dari ketentuan peraturan per-
uu-an yang lebih tinggi setelah program
Pasal 239 UU 23 Tahun 2014 pembentukan perda ditetapkan
MATRIKS PROLEGDA

(Lampiran I Permendagri No.1 Tahun 2014)


MEKANISME PENYUSUNAN PROLEGDA
DI LINGKUNGAN DPRD

Badan Legislasi Prolegda Pimpinan DPRD


Daerah menyusun Legislatif
Prolegda Legislatif
berdasarkan
masukan dan/atau (Mekanisme penyusunan Prolegda di lingkungan
DPRD/Pemda diatur dalam Pasal 34, 36, 37, 39, 40
Aspirasi Masyarakat UU No.12 Tahun 2011 jo. Pasal 53 PP 16 / 2010 jo.
Pasal 13, 14, 17, 18 Permendagri No 1 Tahun 2014)

DPRD + Pemda
Keputusan melaksanakan
Rapat Paripurna Rapat
DPRD dan Penetapan
Prolegda Penyusunan
Prolegda
Prolegda
Legislatif+
Prolegda Eksekutif
MEKANISME PENYUSUNAN PROLEGDA
DI LINGKUNGAN PEMDA
Kepala Pimpinan Biro/Bagian Prolegda
Daerah SKPD Hukum Eksekutif
Untuk melaksanakan
menyusun Rapat
Prolegda Penyusunan Kepala
Prolegda Daerah
Eksekutif melalui Setda

Rapat DPRD +
Paripurna Pemda Balegda
dan melaksanakan melalui
Penetapan Rapat Pimpinan
Prolegda Penyusunan DPRD
Prolegda
Legislatif+
Keputusan
Prolegda
DPRD
Eksekutif
Prolegda
SUBSTANSI PROLEGDA (4)

Prolegda memuat program pembentukan Peraturan Daerah dengan


judul Rancangan Peraturan Daerah, materi yang diatur, dan
keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya yang
meliputi :

a.Latar belakang dan tujuan penyusunan;


b.Sasaran yang ingin diwujudkan;
c.Pokok pikiran, lingkup atau objek yang akan diatur; dan
d.Jangkauan dan arah pengaturan.

Dimana kesemuanya harus melalui pengkajian dan penyelarasan serta


dituangkan dalam Naskah Akademik

(Pasal 33 UU No.12 Tahun 2011 jo. Pasal 20 ayat (1)


Permendagri No.1 Tahun 2014)
CATATAN MEKANISME PENYUSUNAN
PROLEGDA...

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


penyusunan Prolegda Provinsi/Kab/Kota di
lingkungan DPRD Provinsi/Kab/Kota diatur
dengan Peraturan DPRD Provinsi/Kab/Kota.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


penyusunan Prolegda di lingkungan Pemerintah
Daerah diatur dengan Peraturan Kepala
Daerah.
(Pasal 36 jo. Pasal 40 UU No.12 Tahun 2011)
2.PENYUSUNAN
Untuk menyelenggarakan Otonomi daerah
dan
Tugas Pembantuan
Pasal 236 UU 23/2014
•Peny. Otda dan Tugas tujuan
Pembantuan
•Penjabaran lebih lanjut

PERDA
•memuat materi muatan
lokal Materi
Muatan

Pasal 14 UU 12/2011
• Peny. Otda dan Tugas dibentuk
Pembantuan
DPRD
• Menampung kondisi Dengan persetujuan bersama
khusus daerah Kepala Daerah
RANCANGAN PERDA

Rancangan Peraturan Daerah dapat


diajukan oleh anggota, komisi, gabungan
komisi, atau alat kelengkapan DPRD yang
khusus menangani bidang legislasi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


mempersiapkan Rancangan Peraturan
Daerah diatur dalam Peraturan DPRD.
RANCANGAN PERDA

 Rancangan Peraturan Daerah yang telah


disiapkan oleh DPRD disampaikan dengan
surat pimpinan DPRD kepada
Bupati/Walikota.
 Rancangan Peraturan Daerah yang telah
disiapkan oleh Bupati/Walikota
disampaikan dengan surat pengantar
Bupati/Walikota kepada pimpinan
DPRD.
RANCANGAN PERDA

Apabila dalam satu masa sidang DPRD


PEMDA menyampaikan Rancangan
Peraturan Daerah mengenai materi yang
sama, yang dibahas adalah Rancangan
Peraturan Daerah yang disampaikan oleh
DPRD dan Rancangan Peraturan Daerah
yang disampaikan oleh PEMDA digunakan
sebagai bahan untuk dipersandingkan.
PEMRAKARSA
adalah menteri atau pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian yang mengajukan usul penyusunan RUU,
RPERPU, RPP, RPERPRES,
atau
pimpinan SKPD dan DPRD Provinsi yang mengajukan usul
RPERDA Provinsi dan pimpinan SKPD Kabupaten/Kota
dan DPRD Kabupaten/Kota yang mengajukan usul
RPERDA Kabupaten/Kota
PENYUSUNAN PENJELASAN ATAU KETERANGAN
DAN/ATAU NASKAH AKADEMIK

disertai dengan penjelasan atau keterangan


PEMRAKARSA dan/atau Naskah Akademik
Menyiapkan
RPERDA

berasal dari pimpinan Satuan Kerja


NASKAH Perangkat Daerah mengikutsertakan biro
AKADEMIK hukum

berasal dari anggota DPRD, komisi,


gabungan komisi, atau Balegda,
dikoordinasikan oleh Balegda/Badan
Pembentukan Perda
NASKAH AKADEMIK

• adalah naskah hasil penelitian atau


pengkajian hukum dan hasil penelitian
lainnya terhadap suatu masalah tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam suatu RUU, RanPerDa
sebagai solusi terhadap permasalahan
dan kebutuhan hukum masyarakat
PENYUSUNAN PERDA

NASKAH Penjelasan
AKADEMIK atau
keterangan
digunakan sebagai pedoman
dalam penyusunan
Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi
paling sedikit memuat
pokok pikiran dan materi
muatan yang akan diatur
Penyusunan

dapat mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan pihak
ketiga yang mempunyai keahlian sesuai materi yang akan diatur dalam
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
SISTEMATIKA
NASKAH AKADEMIK
• JUDUL
• KATA PENGANTAR
• DAFTAR ISI
• BAB I PENDAHULUAN
• BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
• BAB III EVALUASI & ANALISIS PERAT. PERUUAN TERKAIT
• BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, & YURIDIS
• BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, & RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN PERDA
• BAB VI PENUTUP
• DAFTAR PUSTAKA

• LAMPIRAN: RANCANGAN PERDA


BAB I PENDAHULUAN

• Pendahuluan memuat :
A.latar belakang sasaran yang akan
diwujudkan,
B.identifikasi masalah,
C.tujuan dan kegunaan, serta
D.metode penelitian.
A. Latar Belakang
• Latar belakang memuat:
a. Pemikiran dan alasan-alasan perlunya penyusunan NA
sebagai acuan pembentukan RUU/Ranperda.
b. Mengapa perlunya pembentukan RUU/Ranperda.
c. Kajian yang mendalam dan komprehensif mengenai
teori/pemikiran ilmiah yang berkaitan dengan materi
muatan RUU/Ranperda yang akan dibentuk.
d. Mengarah kpd penyusunan argumentasi filosofis,
sosiologis, & yuridis guna mendukung perlu/tidak perlunya
penyusunan suatu RUU/Ranperda.
B. Identifikasi Masalah

• Identifikasi masalah memuat rumusan mengenai masalah apa


yang akan ditemukan & diuraikan dalam NA tsb.
• Pd dasarnya identifikasi masalah mencakup 4 pokok masalah:
1) Permasalahan apa yg dihadapi serta bagaimana permasalahan
tsb dpt diatasi.
2) Mengapa perlu RUU/Raperda sbg dasar pemecahan masalah tsb,
yg berarti membenarkan pelibatan negara dlm penyelesaian
masalah tsb.
3) Apa yg menjadi pertimbangan/landasan filosofis, sosiologis,
yuridis pembentukan RUU/Raperda.
4) Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan, & arah pengaturan.
C. Tujuan dan Kegunaan
1) Merumuskan permasalahan yg dihadapi dlm kehidupan
berbangsa, bernegara, & bermasyarakat serta cara-cara
mengatasi permasalahan tsb.
2) Merumuskan permasalahan hukum yg dihadapi sbg alasan
pembentukan RUU/Ranperda sbg dasar hukum penyelesaian/
solusi permasalahan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, &
bermasyarakat.
3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
yuridis pembentukan RUU/Raperda.
4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam
RUU/Raperda.

Kegunaan adalah sebagai acuan/referensi penyusunan dan


pembahasan RUU/Raperda.
D. Metode
• Berbasiskan metode penelitian hukum/penelitian lain, yg dpt
dilakukan melalui metode yuridis normatif & metode yuridis empiris.
• Metode yuridis normatif melalui studi pustaka yg menelaah
(terutama) data sekunder yg berupa Perat. Peruuan, putusan
pengadilan, perjanjian, kontrak, atau dokumen hukum lainnya, serta
hasil penelitian, hasil pengkajian, &referensi lainnya.
• Metode yuridis normatif dpt dilengkapi dgn wawancara, diskusi
(FGD), dan rapat dengar pendapat.
• Metode yuridis empiris/sosiolegal adalah penelitian yg diawali dgn
penelitian normatif/penelaahan thd Perat. Peruuan (normatif) yg
dilanjutkan dgn observasi yg mendalam serta penyebarluasan
kuesioner utk mendapatkan data faktor nonhukum yg terkait & yg
berpengaruh thd Perat. Peruuan yg dteliti.
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

• Bab ini memuat uraian mengenai materi yg bersifat teoretis, asas, praktik,
perkembangan pemikiran, serta implikasi sosial, politik, dan ekonomi,
keuangan negara dr pengaturan dlm suatu UU, Perda Provinsi, atau
Perda Kabupaten/Kota.
• Bab ini dapat diuraikan dalam beberapa sub bab berikut:
A. Kajian teoretis.
B. Kajian thd asas/prinsip yg terkait dgn penyusunan norma.
Analisis thd penentuan asas-asas ini juga memperhatikan berbagai
aspek bidang kehidupan terkait dgn Perat. Peruuan yg akan dibuat, yg
berasal dari hasil penelitian.
C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta
permasalahan yang dihadapi masyarakat.
D. Kajian thd implikasi penerapan sistem baru yg akan diatur dlm
UU/Perda thd aspek kehidupan masyarakat & dampaknya thd aspek
beban keuangan negara.
BAB III
EVALUASI & ANALISIS PERAT PERUUAN TERKAIT

• Bab ini memuat hasil kajian thd Perat. Peruuan terkait yg memuat kondisi
hukum yg ada, keterkaitan UU & Perda baru dgn Perat. Peruuan lain,
harmonisasi secara vertikal & horizontal, serta status dari Perat Peruuan yg
ada, termasuk yg dicabut dan & dinyatakan tidak berlaku serta yg masih
tetap berlaku karena tidak bertentangan dengan UU dan Perda yg baru.
-Kajian ini dimaksudkan utk mengetahui kondisi hukum/perat peruuan yg
mengatur mengenai substansi/materi yg akan diatur. Dalam kajian ini akan
diketahui posisi dari UU atau Perda yg baru.
-Analisis ini dapat menggambarkan tingkat sinkronisasi, harmonisasi perat
peruuan yg ada serta posisi dari UU & Perda utk menghindari terjadinya
tumpang tindih pengaturan.
-Hasil dr penjelasan/uraian ini menjadi bahan bg penyusunan landasan
filosofis & yuridis dari pembentukan UU dan Perda yg akandibentuk.
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, & YURIDIS

A. Landasan Filosofis
• menggambarkan bhw peraturan yg dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran,
& cita hukum yg meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yg bersumber dari
Pancasila dan Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945.
B. Landasan Sosiologis.
• bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.
Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan
masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.
C. Landasan Yuridis.
• bhw peraturan yg dibentuk utk mengatasi permasalahan hukum /mengisi kekosongan hukum dgn
mempertimbangkan aturan yg telah ada, yg akan diubah, atau yg akan dicabut guna menjamin
kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yg berkaitan dgn substansi/materi yg diatur shg
perlu dibentuk perat peruuan yg baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yg
sdh ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis/ tumpang tindih, jenis peraturan yg lebih rendah
dr UU shg daya berlakunya lemah, peraturannya sdh ada tetapi tidakmemadai, atau memang
sama sekalibelum ada.
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN,
& RL MATERI MUATAN UU ATAU PERDA

• NA pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup materi muatan


RUU atau Ranperda yang akan dibentuk.
• Dalam Bab ini, sebelum menguraikan ruang lingkup materi muatan,
dirumuskan sasaran yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan
pengaturan.
• Materi didasarkan pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab
sebelumnya. Selanjutnya mengenai ruang lingkup materi pada dasarnya
mencakup:
A. ketentuan umum memuat rumusan akademik mengenai
pengertian istilah, dan frasa;
B. Materi yang akan diatur;
C. ketentuan sanksi; dan
D. ketentuan peralihan.
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan
• Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang berkaitan dengan praktik
penyelenggaraan, pokok elaborasi teori, dan asas yang telah diuraikan
dalam bab sebelumnya.

B. Saran
1. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik dalam suatu
Perat Peruuan & Perat Peruuan di bawahnya.
2. Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan
RUU/Ranperda dalam Prolegnas/Prolegda.
3. Kegiatan lain yg diperlukan utk mendukung penyempurnaan
penyusunan NA lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA & LAMPIRAN

• Daftar pustaka memuat buku, Perat


Peruuan, dan jurnal yang menjadi sumber
bahan penyusunan Naskah Akademik.

• Lampiran rancangan perda.


3.PEMBAHASAN
PEMBAHASAN PERDA Dilakukan 1.penjelasan KDH dalam rapat
paripurna mengenai RPerda;
(Psl. 35-42 permen 1 Th. 2014) 2.pemandangan umum fraksi
KDH terhadap RPerda; dan
3.tanggapan dan/atau jawaban

Berasal dari
KDH thdp pemandangan
PERDA umum fraksi.

1.penjelasan pimpinan komisi,


Dilakukan pimpinan gabungan komisi,
Berasal dari PEMBAHASAN pimpinan Balegda, atau
pimpinan panitia khusus dalam
TINGKAT I
DPRD rapat paripurna mengenai
DPRD atau KDH Rperda;
2.pendapat KDH terhadap
RPerda; dan
dilakukan 3.tanggapan dan/atau jawaban
fraksi terhadap pendapat KDH
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN DALAM RAPAT KOMISI,
PEMBAHASAN TINGKAT II GABUNGAN KOMISI, ATAU PANITIA KHUSUS
YANG DILAKUKAN BERSAMA DENGAN KDH
Untuk mendapatkan ATAU PEJABAT YANG DITUNJUK UNTUK
MEWAKILINYA
meliputi
a. pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului dengan:
PERSETUJUAN 1. penyampaian laporan pimpinan komisi/pimpinan gabungan komisi/pimpinan
panitia khusus yang berisi pendapat fraksi dan hasil pembahasan
BERSAMA
2. permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh pimpinan rapat
paripurna.
b. pendapat akhir KDH
Lanjutan

TIDAK MENCAPAI
MUFAKAT

Dalam hal

PERMINTAAN
PERSETUJUAN
DARI ANGGOTA SUARA TERBANYAK
SECARA LISAN
OLEH PIMPINAN
RAPAT
PARIPURNA TIDAK MENDAPATKAN
PERSETUJUAN BERSAMA
RPERDA TIDAK BOLEH
DIAJUKAN LAGI DALAM
PERSIDANGAN DPRD
MASA ITU.
PENARIKAN KEMBALI PERDA

disampaikan
SURAT
KDH disertai
oleh
Sebelum di KDH ALASAN
bahas bersama PENARIKAN
DPRD dan KDH KEPUTUSAN
PIMPINAN DPRD
oleh DPRD

RPERDA dilakukan disertai

sedang di bahas
DAPAT DITARIK KEMBALI berdasatkan

TIDAK DAPAT
DIAJUKAN
PERSETUJUAN RAPAT RPERDA
YG DI TARIK LAGI PADA
bersama PERIPURNA KDH MASA
KEMBALI
DPRD dan KDH DPRD SIDANG YG
Dilakukan dihadiri SAMA
dlm
4.PENGESAHAN
DAN
PENETAPAN
PENETAPAN
ditetapkan

Rancangan o/ Pimpinan

Perda yg
DPRD kepada
Kepala Daerah
PERDA
disetujui
penyampaian
3 hari

penyampaian
GUBERNUR
PERDA PROVINSI 3 hari MENTERI 7 hari
Memberikan
BUPATI/ penyampaian nomor
Register
WALIKOTA 3 hari GUBERNUR
PERDA KAB/KOTA
Lanjutan... PENETAPAN

KDH
RPERDA 30 hr TTD
PERDA
Yg telah mendapat KDH
nomor register TIDAK
TTD

SAH
“ Peraturan Daerah
Ini dinyatakan sah”
Rancangan Perda yang belum mendapatkan nomor
register belum dapat ditetapkan kepala Daerah dan
belum dapat diundangkan dalam lembaran daerah.

•Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat secara berkala


menyampaikan laporan Perda Kabupaten/Kota yang telah
mendapatkan nomor register kepada Menteri.

•tata cara pemberian nomor register Perda diatur dengan


Peraturan Menteri.

Pasal 243
PENGUNDANGAN
PENGUNDANGAN

PERDA

LEMBARAN NEGARA
oleh

SEKRETARIS DAERAH

diundangkan
Perda mulai berlaku dan mempunyai kekuatan
mengikat pada tanggal diundangkan,
kecuali ditentukan lain di dalam Perda yang
bersangkutan.
PENANDATANGANAN
PRODUK HUKUM YG BERSIFAT PRODUK HUKUM YG BERSIFAT

PENGATURAN PENETAPAN
Dilakukan
oleh
Kept. DPRD dan Kept. Badan
Kept.KDH Kept. Pimpinan Kehormatan
KDH DPRD DPRD
berhalangan sementara atau Dilakukan Dilakukan Dilakukan
oleh oleh oleh
berhalangan tetap
KETUA/WAKIL KETUA BADAN
Dilakukan KDH
oleh
KETUA DPRD KEHORMATAN
DAPAT DPRD
1.pelaksana tugas, Di DELEGASIKAN
1.pelaksana tugas, kepada
2.pelaksana harian atau
2.pelaksana harian atau
3.penjabat kepala daerah.
3.penjabat kepala daerah.

1.wakil kepala daerah;


1.wakil kepala daerah;
2.sekretaris daerah; dan/atau
2.sekretaris daerah; dan/atau
3.kepala SKPD
3.kepala SKPD
PENDOKUMENTASIAN
PRODUK HUKUM YG BERSIFAT PRODUK HUKUM YG BERSIFAT

PENGATURAN PB KDH PENETAPAN


Rangkap 3

PERDA PERKADA KEPT. DPRD KEPT. KDH


Rangkap 4 Rangkap 3 Rangkap 3 Rangkap 3
1. DPRD 1. sekretaris daerah;
1. DPRD 1. Sekretaris daerah; 1. Pimpinan DPRD; 1. sekretaris daerah;
2. Sekretaris daerah; 1. Sekretaris daerah; 1. Pimpinan DPRD;
2. Sekretaris daerah; 2. biro hukum provinsi 2. alat kelengkapan DPRD 2. biro hukum provinsi
2.atau
biro bagian
hukum hukum
provinsi 2.pemrakarsa;
alat kelengkapan 2.atau
biro bagian
hukum hukum
provinsi
3. biro hukum dan DPRD
3.provinsi
biro hukum
atau atau bagian hukum
kabupaten/kota pemrakarsa; dan kabupaten/Kota hukum
atau bagian
provinsi atau kabupaten/kota 3. sekretaris DPRD kabupaten/Kota
berupa minute; dan
bagian hukum berupa minute; dan 3. sekretaris DPRD
bagian hukum berupa minute; dan berupa minute; dan
kabupaten/Kota 3. SKPD Pemrakarsa.
kabupaten/Kota
berupa minute; dan 3. SKPD pemrakarsa 3. SKPD Pemrakarsa.
berupa minute; dan 3. SKPD pemrakarsa
4. SKPD pemrakarsa.
4. SKPD pemrakarsa.
1. Sekretaris daerah masing-masing daerah;
1. Sekretaris daerah masing-masing daerah;
2. biro hukum provinsi atau bagian hukum
2.kabupaten/kota
biro hukum berupa
provinsi atau
minute; dan bagian hukum
kabupaten/kota berupa minute; dan
3. SKPD masing-masing pemrakarsa
3. SKPD masing-masing pemrakarsa
6.PENYEBARLUASAN
PENYEBARLUASAN
PROGRAM PEMBENTUKAN PERDA DAN RANCANGAN

DPRD dan kepala Daerah wajib melakukan


penyebarluasan sejak penyusunan program
pembentukan Perda, Penyusunan rancangan
Perda, dan pembahasan rancangan Perda

Pasal 253-254 UU 23/2014


APABILA TIDAK
MENYEBARLUASKAN?
• Kepala daerah yang tidak menyebarluaskan Perda dan
Perkada yang telah diundangkan dikenai sanksi
administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri untuk
gubernur dan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat untuk bupati/wali kota.
• Dalam hal teguran tertulis telah disampaikan 2 (dua) kali
berturut-turut dan tetap tidak dilaksanakan, kepala daerah
diwajibkan mengikuti program pembinaan khusus
pendalaman bidang pemerintahan yang dilaksanakan
oleh Kementerian serta tugas dan kewenangannya
dilaksanakan oleh wakil kepala daerah atau oleh pejabat
yang ditunjuk.
Pasal 254 ayat (2) dan (3) UU
23/2014
CATATAN
KERANGKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. JUDUL

B. PEMBUKAAN

C. BATANG TUBUH

D. PENUTUP

E. PENJELASAN (jika diperlukan)

F. LAMPIRAN (jika diperlukan) 61


• Jika suatu perubahan Peraturan Perundang-
undangan mengakibatkan:
a. sistematika Peraturan Perundang-undangan
berubah;
b. materi Peraturan Perundang-undangan berubah
lebih dari 50% (lima puluh persen); atau
c. esensinya berubah,
Peraturan Perundang-undangan yang diubah
tersebut lebih baik dicabut dan disusun
kembali dalam Peraturan Perundang-undangan
yang baru mengenai masalah tersebut.
PIDANA Materi muatan mengenai ketentuan
pidana hanya dapat dimuat dalam:

a. Undang-Undang;
b. Peraturan Daerah Provinsi; atau
c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

berupa ancaman pidana


kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah)

Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah


Kabupaten/Kota dapat memuat ancaman pidana
kurungan atau pidana denda selain sebagaimana
Dimaksud sesuai dengan yang diatur dalam
peraturan Perundang-undangan lainnya.
Pasal 15
Materi muatan SANKSI (uu. 23/2014-)

Bersifat
Pembebanan biaya Mengembalikan
paksaan penegakan/ selain keadaan semula
pelaksanaan perda
seluruhnya atau sebagian
Sanksi Administratif :

PIDANA a.
b.
Teguran Lisan;
Teguran tertulis;
c. Penghentian sementara
kegiatan;
Kurungan d. Penghentian tetap kegiatan;
paling lama 6 bln e. Pencabutan sementara izin;
f. Pencabutan tetap izzin;
g. Denda administrative;
dan/atau
h. Sanksi administrative lain
Denda sesuai dengan ket. Per-uu-an
paling banyak
Rp. 50.000.000,-
Pasal 238
NASKAH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1. Naskah Peraturan Perundang-undangan diketik


dengan jenis huruf Bookman Old Style, ukuran
huruf 12, di atas kertas F4 berwarna putih yang
bertanda khusus

2. Tanda khusus (no seri diletakan di hal belakang,


samping kiri bagian bawah) yang ditetapkan oleh
biro hukum provinsi dan bagian hukum kab/kota

(Terdapat dalam Lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011)

You might also like