You are on page 1of 82

PENGENALAN DASAR

HUKUM INVESTASI
Dr. Bernard Nainggolan, S.H., M.H.
PENGENALAN DASAR HUKUM
INVESTASI
Pengertian dan Ruang Lingkup Investasi
1. Investasi: penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek dengan
tujuan memperoleh keuntungan
2. Pasal 2 UU 25/2007 Tentang Penanaman Modal : yang dimaksud dengan penanaman
modal di semua sektor di wilayah NKRI adalah penanaman modal langsung atau tidak
termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio
3. Unsur penanaman modal:
1. Kegiatan menanam modal: Uang / aset lain yang bernilai ekonomis
2. Investor/penanam modal: Perseorangan / badan usaha. PMDN / PMA
3. Kegiatan usaha: Mengerjakan proyek, mendirikan perusahaan
4. Wilayah tertentu: Berkedudukan dan berkegiatan di Indonesia
JENIS
INVESTASI

01 INVESTASI TIDAK LANGSUNG (INDIRECT / PORTOFOLIO


INVESTMENT)
• Tidak aktif melakukan pengelolaan dan pengawasan
• Membeli surat berharga: saham, obligasi
• Berorientasi jangka pendek / spekulatif sehingga investor tidak dapat menggugat pasar modal domestik atas
kerugian membeli portofolio
• Investasi secara virtual di pasar modal seluruh dunia
• Tidak harus mendirikan badan usaha
• Pasar modal diatur dan diawasi OJK (UU 21 / 2011)
• Kelompok:
1. Partisipasi modal / penyertaan (equity participation): pembelian saham yang tidak memberikan kontrol
/ pengelolaan pada perusahaan
2. Pembelian surat berharga bersifat penyertaan (equity securities): saham, partisipasi, saham preferen,
option, obligasi, pinjaman, surat utang
3. Perjanjian kontraktual: lisensi / turnkey contract yang tidak melibatkan kontrol manajemen perusahaan
JENIS
INVESTASI

02 INVESTASI LANGSUNG (DIRECT INVESTMENT)


 Aktif melakukan pengelolaan, kontrol dan pengawasan perusahaan
 Mengerjakan proyek produktif / konstruksi
 Mendirikan perusahaan baru / memperluas usaha perusahaan eksis
 Berorientasi jangka panjang dan mengembangkan perusahaan
 Memiliki perusahaan dalam bentuk aset berwujud dan aset tidak berwujud
 Berkedudukan di wilayah tertentu dan tunduk pada hukum setempat

PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN)


 Investor: Perseorangan WNI, Badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, Daerah yang melakukan
investasi di Indonesia
 Modal: dimiliki langsung Investor
JENIS
INVESTASI
PENANAMAN MODAL ASING (PMA)
• Investor: Perseorangan WNA, Badan usaha asing, Pemerintah negara asing yang melakukan investasi di
Indonesia
• Modal: dimiliki sepenuhnya asing / patungan dengan modal dalam negeri
• Tujuan strategis investasi asing:
1. Resources Seeking FDI: Mendapatkan SDA dan SDM lebih murah
2. Market Seeking FDI: Melindungi pangsa pasar di negara asing target, dengan cara mendekati
konsumen/pemasok utama, menyesuaikan barang/jasa yang dibutuhkan konsumen, menjadi bagian
dari produksi global untuk menguasai pasar
3. Efficiency Seeking FDI: Melakukan tata kelola yang umum dengan memanfaatkan dukungan, budaya,
kebijakan lokal, sistem ekonomi, struktur pasar yang ada
4. Strategic Aseet Seeking FDI: Memperoleh aset di negara lain untuk mendukung strategi tujuan jangka
panjang
JENIS
INVESTASI
CARA MASUK INVESTASI ASING
1. Mendirikan anak perusahaan
2. Membuka cabang perusahaan
3. Akuisisi atau cara lain untuk mendapatkan kontrol perusahaan
4. Penggabungan perusahaan (merger)
5. Melakukan equity joint venture dengan perusahaan lain
6. Waralaba (franchising)
7. Kerja sama kontraktual (contractual alliance)

INVESTASI ASING DILAKUKAN DENGAN CARA:


1. Penyertaan modal (equity capital)
2. Menginvestasikan kembali keuntungan (reinvested earnings)
3. Memberi pinjaman oleh perusahaan induk dengan perusahaan afiliasinya (intra company loans)
JENIS
INVESTASI
JENIS INVESTASI DARI PERSPEKTIF INVESTOR
1. Horizontal foreign investment: Ekspansi investasi ke banyak negara dengan replika aktivitas produksi
barang yang sama / mirip di negara asal.
2. Vertical foreign direct investment: mengeksploitasi bahan mentah dan mendekati pasar / konsumen
melalui akuisisi outlet distribusi. Keunggulannya profit finansial dan operasional seperti efisiensi harga,
penguasaan pasar, quality control, margin profit tinggi. Dua macam vertical FDI:
• Backward vertical FDI: mendirikan anak perusahaan yang akan memasok input untuk induk
perusahaan. Misalnya: bahan mentah dan tenaga kerja yang murah. Contohnya: Freeport, Chevron,
Exxon Mobile Oil, British Petroleum.
• Forward vertical FDI: pemecahan rantai pasokan dari lokasi produksi ke tempat target dengan cara
mendirikan perusahaan perakitan atau oulet pemasaran. Misalnya: perusahaan mobil BMW dari
Jerman mendirikan jaringan dealer sendiri di Jepang karena Jepang memiliki perusahaan mobil
sendiri.
3. Conglomerate direct investmens: mendirikan perusahaan yang kegiatannya sangat berbeda dengan
kegiatan inti perusahaan sebelumnya. Misalnya: perusahaan logistik mendirikan perusahaan lain di luar
bidang logistik.
JENIS
INVESTASI
JENIS INVESTASI DARI PERSPEKTIF HOST STATE:
1. Import substituting: memproduksi produk barang yang sebelumnya diimpor host state.
2. Export substituting FDI: mencari sumber baru seperti bahan mentah dan produk setengah
jadi sehingga host state akan meningkatkan ekspor di negara mana investasi asing berasal.
3. Government initiated FDI: Pemerintah menawarkan insentif kepada investor asing untuk
mengurangi deficit neraca pembayaran.
JENIS
INVESTASI
JENIS INVESTASI BERDASARKAN INVESTOR DAN ANGGARAN (PEMERINTAH /
PRIVAT)
1. Public Investment:
• Pemerintah menggunakan anggaran pemerintah melalui lembaga publik atau lembaga negara melakukan
investasi.
• Biasanya sektor infrastruktur yang sifatnya produktif untuk pertumbuhan ekonomi: jalan, rel kereta,
bandara, pelabuhan, jembatan, pembangkit energi, struktur telekomunikasi.
• Kelompok investasi publik: infrastruktur tradisional, infrastruktur SDM, barang keperluan publik,
perumahan rakyat, perlindungan sosial, fasilitas rekreasi.
• Pasal 3 PP No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah:
• Investasi surat berharga: Surat utang, saham
• Investasi langsung: Penyertaan modal, pemberian pinjaman untuk membiayai kegiatan usaha.
• Investasi langsung dilakukan dengan cara baik kerjasama pemerintah dan swasta maupun selain pola
kerjasama tertentu.
• Pengelolaan investasi pemerintah: asas fungsional, asas kepastian hukum, asas efisiensi, asas
akuntabilitas, asas kepastian nilai.
• Sumber dana: APBN, keuntungan investasi terdahulu, dana/barang yang dikelola pemerintah, dana dari
masyarakat / swasta.
JENIS
INVESTASI
JENIS INVESTASI BERDASARKAN INVESTOR DAN ANGGARAN (PEMERINTAH /
PRIVAT)
2. Private Investment:
• Investor swasta terdiri dari perusahaan dan badan hukum lainnya, individu atau lembaga non
perusahaan, organisasi nonprofit dan yayasan.
• Tujuan untuk memperoleh keuntungan
• Mengalokasikan sumber daya secara efisien, menciptakan lapangan kerja, menghasilkan pendapatan,
memberikan jasa pelayanan dan penyediaan infrastruktur.
HUKUM
INVESTASI
HUKUM INVESTASI
1. Tujuan utama hukum investasi: mengatur atau mengontrol investasi serta mendorong meningkatnya kegiatan
investasi.
2. Dua perspektif kepentingan negara dalam investasi:
• Negara menginvestasikan modal di negara lain sehingga hukum harus mengakomodir kepentingan investor dan
menetapkan kewajiban kepada host state untuk melindungi modal yang diinvestasikan.
• Negara menarik modal asing berinvestasi ke dalam negeri sehingga hukum harus dapat mengatur dan
mengontrol investasi agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
3. Hukum investasi kerangka hukum dasar untuk:
• Jenis transaksi investasi
• Insentif dan jaminan untuk jaminan untuk penanam modal
• Pengaturan dan pengawasan arus investasi
• Sistem yang mengadministrasikan proses inventasi
HUKUM INVESTASI
4. Pasal 3 ayat (2) UU 25/2007, yaitu:
• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
• Menciptakan lapangan kerja
• Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
• Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
• Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
• Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
• Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi rill dengan menggunakan dana yang berasal baik dari
dalam negeri maupun luar negeri.
• Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Sejarah Pengaturan investasi:
• Pengaturan untuk PMA: UU No. 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, kemudian diubah dengan UU No.
11 Tahun 1970
• Pengaturan untuk PMDN: UU No. 6 Tahun 1968 jo UU No. 11 Tahun 1970 Tentang Penanaman Modal.
• UU PMA dan PMDN dilebur menjadi satu dan yang berlaku hanya UU 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
dengan tujuan untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif.
SUMBER
HUKUM
INVESTASI
1. Sumber Hukum Investasi yang Bersifat Internasional
a. Hukum Investasi Internasional yang Tertulis
• Konvensi: Washington Convention 1965
• Persetujuan
• Traktat Bilateral: Energy Charter Treaty (1995), the North Merican Free Trade Agreement (NAFTA) (1993), the
ASEAN Comprehensive Investments Agreement (2009)
• Traktat Multilateral: WTO Aggrement on Trade Related Investment Measures (TRIMS) (1994), the General
Agreement on Trade in Services (GATS), the Multilateral Investment Guarantee Agency 1988.

b. Hukum Kebiasaan Internasional


• Diberlakukan ketika ada ketidaksamaan persepsi mengenai interpretasi dari ketentuan traktat internasional
yang sifatnya tertulis.
• Pengakuan memberlakukan hukum kebiasaan Internasional diatur secara eksplisit dalam hukum tertulis,
misalnya Pasal 105 (1) NAFTA yang menyatakan komisi perdagangan bebas NAFTA menyarankan agar standar
minimum yang diberlakukan kepada investor asing yang terdapat dalam hukum kebiasaan Internasional
(misalnya fair and equitable treatment) harus diberlakukan untuk investasi oleh pihak asing lainnya.
SUMBER
HUKUM
INVESTASI
c. Putusan Pengadilan
• Putusan Pengadilan Internasional merupakan yurisprudensi kasus investasi Internasional
• Putusan Pengadilan menjadi rujukan dalam hal:
− Untuk menggali alasan dari putusan Pengadilan.
− Adanya kebutuhan untuk membuat putusan atas dasar fakta yang sama.
− Apabila tidak merusak koherensi dan konsistensi hukum.
− Putusan terdahulu mendasarkan pada prinsip yang benar, dapat diterapkan dan dibuat tidak
berdasarkan kepentingan pihak tertentu.
SUMBER
HUKUM
INVESTASI
2. Sumber Hukum Investasi yang Bersifat Nasional
a. Undang-Undang
• UU 25 / 2007 Tentang Penanaman Modal
• UU 40 / 2007 Tentang Perseroan Terbatas
• UU 20 / 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)
• UU 39 / 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
• Dan lain sebagainya
b. Peraturan Pemerintah
• PP 44 / 1997 Tentang Kemitraan
• PP 27 / 1999 Tentang Analis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
• PP 24 / 2009 Tentang Kawasan Industri
• PP 2 / 2011 Tentang Penyelengaraan Kawasan Ekonomi Khusus
• Dan lain sebagainya
c. Peraturan/Keputusan Presiden
d. Peraturan Menteri
e. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
SUBJEK HUKUM DALAM
KEGIATAN INVESTASI
1. Investor
• Individu/manusia (natural person) dan badan hukum (legal person).
• Dahulu investasi dilakukan perorangan atau kelompok individu yang tidak terkait dengan
perusahaan/asosiasi modal untuk memperoleh keuntungan secara cepat.
• Saat ini investasi asing didominasi oleh perusahaan multinasional yang berbadan hukum dan
tidak berbadan hukum yang terdiri dari perusahaan induk dan perusahaan afilisi asingnya.
• Perusahaan afiliasi asing terdiri dari:
− Anak perusahaan (Subsidiary) : saham perusahaan > 50%
− An associate: saham perusahaan 10 - 50%
− Cabang (a branch): Kantor permanen dengan kerja sama non badan hukum
SUBJEK HUKUM DALAM
KEGIATAN INVESTASI
• Perusahaan multinasional merupakan perusahaan besar yang berasal dari negara maju dengan
karakteristik:
− Dominan industri monopoli dan oligopoly dicirikan posisi marketing dan teknologinya yang
penting
− Produk umumnya baru, maju, memenuhi selera konsumen kelas atas, berselera canggih,
responsive terhadap pemasaran modern
− Teknik produksi lebih maju
− Ekspansi cenderung bersifat oligopoli di pasar domestik
− Kematangan yang membawa pengaruh pada praktik komersial untuk memperbesar domisansi
pasar
− Tertarik pada negara ekonomi yang besar dan berkembang dengan kondisi politik yang stabil
− Evolusi organisasi perusahaan menuju pada sentralisasi fungsi, seperti keuangan, pemasaran
dan riset
− Cenderung kepemilikan mayoritas atau penuh pada anak perusahaan
− Meningkatnya peran internasional dari perusahaan yang berimplikasi penting pada struktur
kekuatan sosio-politik di negara maju dan berkembang.
• Perusahaan multinasional memiliki pengaruh dan kekuatan yang dapat menentukan pembentukan
hukum investasi internasional untuk perlindungan kepentingan investasinya.
SUBJEK HUKUM DALAM
KEGIATAN INVESTASI
1. Perusahaan Negara (State Corporation)
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai tiga kriteria yaitu:
− Adanya kepemilikan negara secara substansial pada perusahaan
− Adanya keterlibatan pemerintah secara langsung pada perusahaan
− Kebanyakan perusahaan dijalankan secara publik dan beroperasi pada kondisi pasar
• Melalui perusahaan negera, pemerintah berorientasi untuk meneyediakan pelayanan kepada
masyrakat dan tidak semata-mata mengejar keuntungan
• Karakkteristik kegiatan perusahaan negara:
− Barang keperluan publik: listrik, air, komunikasi, transportasi
− Barang keperluan dasar industri: batu bara, minyak, nuklir
− Jasa keuangan: bank, asuransi, administrasi keamanan masyarakat
− Pelayanan sosial: pendidikan dan jasa kesehatan
SUBJEK HUKUM DALAM
KEGIATAN INVESTASI
• Perusahaan Negara dan Perusahaan multinasional harus melakukan joint venture karena
penggunaan sumber daya alam dan tujuan negara dengan konsep menyejahterakan rakyat serta
agar keuntungan sektor publik tidak menjadi milik swasta
• Pembentukan perusahaan negara didasarkan pada:
− Kegagalan pasar (market failures)
− Meningkatkan pembangunan ekonomi yang didasarkan pada perencanaan jangka panjang
− Adanya talangan industri dan keuangan akibat adanya krisis
TEORI
INVESTASI
Teori Klasik (Classical Theory)
• Teori klasik memandang kebijakan investasi berfokus pada perlindungan investor asing / PMA karena
membawa manfaat positif bagi perekonomian host state
 Membawa alih teknologi baru
 Lapangan kerja baru dan keterampilan kerja baru
 Fasilitas transportasi, pendidikan, kesehatan meningkat untuk kepentingan penanam modal dan
bermanfaat untuk masyarakat luas
 Persaingan meningkat dan ekspansi perdagangan internasional
• Modal dalam negeri dapat digunakan untuk hal lain seperti kepentingan publik.
• Melindungi semua investasi asing di bawah rezim hukum internasional
• The World Bank dan IMF melalui Washington Consensus memberikan pinjaman kepada negara berkembang.
• WTO melalui Trade Related Aspect of Investment Measures (TRIMs) dan Doha Ministerial Conference of WTO
menyediakan aturan investasi bagi anggota WTO sehingga akan meningkatkan arus investasi asing.
Teori Ketergantungan Middle PathTheory
(DependencyTheory)
• Teori ketergantungan bertentangan dengan teori klasik. • Setelah teori ketergantungan resisten terhadap teori
• Menganggap investasi asing membawa dampak negatif. klasik maka selanjutnya resistensi itu memudar karena
• Induk perusahaan asing ada di negara maju dan superiornya pasar bebas dan gagalnya komunisme.
cabangnya ada di negara berkembang, sehingga • Teori ini menawarkan jalan tengah dengan cara:
pembangunan ekonomi host state tidak menjadi utama  Host states membuat aturan bagi investor asing
melainkan melayani kepentingan negara maju tempat mengatasi dampak negatif
induk perusahaan asing.  Membentuk lembaga pengawas atau pemberi
• Investasi asing tidak berpengaruh positif pada insentif kepada investasi asing
pembangunan ekonomi hanya sebatas distribusi • Terbuka atas masuknya investasi asing namun host state
kesejahteraan untuk masyarakat. berhak mengaturnya demi melindungi kepentingan
• Tujuan teori ini untuk menghilangkan investasi asing / negaranya.
modal asing seperti menjustifikasi kebijakan nasionalisasi • Investor asing harus tunduk pada hukum dan regulasi
perusahaan modal asing dan restrukturisasi ekonomi host state
tanpa investasi asing. • Aturan harus dibuat dengan fleksibel
• Melindungi kepentingan lokal melawan kepentingan
perusahaan asing
PRINSIP
INVESTASI
PRINSIP PENANAMAN
MODAL INTERNASIONAL
1. Prinsip Non Discrimination
• Indonesia meratifikasi persetujuan pembentukan organisasi perdagangan dunia (WTO) melalui
UU 7/1994 yang terdapat prinsip non discrimination
• Penghapusan perlakuan diskriminatif (prinsip kesetaraan) pada hubungan perdagangan
internasional
• Tidak memperlakukan negara asing secara berbeda baik secara de facto yaitu berdasarkan asal
investor asing maupun secara de jure yaitu berdasarkan peraturan yang membebankan lebih
besar kepada investor asing misalnya pembebasan bea masuk hanya beberapa perusahaan asing
saja.
• Diskriminatif:
 Perlakuan disengaja
 Lebih mengistimewakan kepentingan warga negaranya
 Melawan investor asing
 Tidak didasarkan kondisi yang sama
PRINSIP PENANAMAN
MODAL INTERNASIONAL
2. Prinsip National Treatment
• Dalam melakukan kegiatan yang sama, perlakuan nasional mensyaratkan bahwa investor asing
seharusnya mendapatkan perlakukan yang tidak lebih baik dari perlakuan yang diterima oleh
investor nasional oleh host state.
• Kondisi persaingan yang sama antara investor asing dan investor dalam negeri
• Doktrin Carlos Calvo dari Argentina pada prinsip kedalatan territorial negara:
 Persamaan absolut di depan hukum
 Tunduknya WNA dan kekayaannya pada ketentuan hukum host state
 Tidak ada campur tangan perlindungan diplomatik dari pemerintah negara asing bila ada
sengketa investor asing di host state
• Syarat bagi investor asing untuk dapat diterapkan national treatment:
• PMA harus beroperasi secara aktual dan efektif di dalam negara anggota WTO dalam bentuk
cabang perusahaan
• Perusahaan harus dikontrol asing melalui induk perusahaan di negara asal
PRINSIP PENANAMAN
MODAL INTERNASIONAL
3. Prinsip Most Favoured Nation
• Prinsip ini paling tua dan paling penting baik untuk penanaman modal maupun hukum
perdagangan internasional
• Memberikan jaminan perlindungan kepada semua investor asing dari negara manapun berasal
(antar-investor asing) atas semua bentuk perlakuan diskriminatif
• Penerapan prinsip ini berkaitan dengan hak substantif investor:
 Pre entry investment: dilakukan pada saat investasi masih dalam fase sebelum pendirian,
investor akan masuk dan mendirikan perusahaan di suatu negara.
 Post entry investment: dilakukan ketika investasi telah masuk di negara bersangkutan,
dalam hal pengelolaan, pemelihaaan, penggunaan, pemanfaatan, atau
penjualan/pemberian.
 Pre and post entry investment: dilakukan pada saat sebelum pendirian dan
berlangsungsampai berakhirnya investasi yang bersangkutan.
PRINSIP PENANAMAN
MODAL INTERNASIONAL
4. Prinsip Fair and Equitable Treatment
• Prinsip ini bertujuan untuk mempromosikan investasi dan memberikan perlindungan investasi yang sifatnya
timbal balik.
• Memberikan perlindungan kepada investor berdasarkan keadilan dan kepatutan yang didasarkan pada:
 Hukum administrasi setempat : diskresi, prinsip konsistensi dengan mempertimbangkan kepentingan
investor
 Prosedur yudisial di Pengadilan setempat dan aturan hukum setempat: peradilan yang jujur dan efisien,
prosedur penyelesaian sengketa efektif, stabilitas hukum.
 Unsur/standar prinsip ini adalah:
• Perlindungan terhadap harapan/ekspektasi investor
 Proses hukum dan pengingkaran keadilan
 Kewajiban untuk menjaga dan melindungi
 Keterbukaan dan stabilitas
 Tidak sewenang-wenang dan non disktriminasi
 Proporsional
 Penyalahgunaan kewenangan
• Konsitensi hukum, kondisi politik, sosial-ekonomi, budaya, dan sejarah host state mempengaruhi ekspektasi
investor yang telah kalkulasi keputusan investasinya
PRINSIP PENANAMAN
MODAL INTERNASIONAL
5. Prinsip Protection and Security
• Investor harus mendapatkan perlindungan penuh dan keamanan sebagaimana diamanatkan
hukum internasional.
• Host state harus melndungi investor asing dan kekayaannya
 Hak untuk memiliki dan ketersediaan kekayaan tersebut
 Perlindungan hukum
 Hak kompensasi dalam hal ada nasionalisasi
• Diberlakukan ketika investor mengalami kekerasan fisik, konflik militer sehingga terganggunya
ketertiban internal, perselisihan perdata.
PRINSIP PENANAMAN
MODAL DALAM UU 25/2007
 Asas Penanaman Modal berdasarkan Pasal 3 UU 25/2007 Tentang Penanaman Modal:
• Asas kepastian hukum: hukum dan peraturan perundang-undangan sebagai dasar setiap kebijakan dan
tindakan
• Asas keterbukaan: hak masyarakat memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif
• Asas akuntabilitas: hasil akhir dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
• Asas perlakuan yang sama: tidak membedakan asal negara
• Asas kebersamaan: peran seluruh pihak untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat
• Asas efisiensi berkeadilan: mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif dan berdaya saing
• Asas berkelanjutan: secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan
• Asas berwawasan lingkungan: memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan
lingkungan hidup
• Asas kemandirian: mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada
masuknya pemodal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi
• Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional: menjaga keseimbangan kemajuan
ekonomi wilayah dan kesatuan ekonomi nasional
PRINSIP PENANAMAN
MODAL DALAM UU 25/2007
 Prinsip full protection and security dalam Pasal 30 ayat (1) UU 25/2007 bahwa Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal.
 Pasal 14 UU 25/2007 berisi prinsip perlindungan kepada penanam modal untuk mendapatkan hak berupa:
• Kepastian hak, hukum dan perlindungan
• Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya
• Hak pelayanan
• Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuaidengan ketentuan peraturabn perundang undangan.
KEBIJAKAN
INVESTASI
KEBIJAKA  Kebijakan investasi harus selaras dituangkan dalam hukum investasi
 Kerangka kebijakan investasi:

N • Mempromosikan dan memfasilitasi investasi


• Perdagangan
INVESTASI • Persaingan
• Pajak
SECARA • Tata kelola perusahaan
UMUM
• Mempromosikan kegiatan bisnis yang bertanggung jawab
• Pengembangan sumber daya manusia
• Pembangunan infrastruktur dan sektor keuangan
• Tata kelola publik
 Kebijakan investasi berdasarkan sifatnya:
• Restriktif: menentang investasi asing, investasi privat / swasta yang dapat menyebabkan
berkurangnya kontrol / pembatasan oleh negara
• Terbuka / bebas: dapat menerima investasi asing, investasi privat / swasta
 Kebijakan investasi yang kondusif harus mencerminkan kejelasan, stabilitas dan transparansi,
seperti:
• Terdokumentasi, sederhana, tidak membingungkan, kriteria yang obyektif, komprehensif dan
lengkap, stabil dan dapat diprediksi, penerapan konsisten
KEBIJAKA 1. Fleksibel Atas Masuknya Investasi (Flexibility in Investor Entry)

N
• Mengurangi bahkan menghilangkan batas modal minimum bagi investasi asing
• Menarik investasi yang masuk seluas-luasnya agar menciptakan lapangan kerja

INVESTASI
• Mendorong inovasi melalui investasi asing
• Meningkatkan pendapatan negara melalui pajak investasi yang masuk

SECARA
UMUM
2. Memberi Hak dan Jaminan Kepada Investor

• Perlakuan yang tidak diskriminatif


• Hak atas kepemilikan dan keamanan investasi
• Hak transfer dan repatriasi atas keuntungan dan investasi
• Mekanisme penyelesaian sengketa melalui alternative dispute resolution
• Penggunaan tenaga kerja asing yang tidak dapat diisi oleh tenaga kerja lokal
KEBIJAKAN  Kebijakan dasar penanaman modal dalam Pasal 4 ayat (2) UU 25/2007

INVESTASI
• Perlakuan yang sama bagi PMDN dan PMA dengan memperhatikan
kepentingan nasional
DI INDONESIA • Menjamin kepastian hukum, kepastian beusaha, keamanan
berusaha bagi investor
• Membuka kesempatan bagi perkembangan dan perlindungan bagi
UMKM dan koperasi
KEBIJAKAN Arah kebijakan penanaman modal berdasarkan Pasal 2 huruf d Perpres 16/2012 Tentang Rencana Umum
Penanaman Modal:

INVESTASI 1. Perbaikan iklim penanaman modal

DI INDONESIA •• Iklim penanaman modal sangat berpengaruh ke minat investor


Pembangunan sistem pelayanan terpadu satu pintu yang efektif dan akomodatif
• Peningkatan koordinasi antar lembaga/instansi
• Mengarahkan lembaga terkait di daerah secara proaktif
• Tata laksana persaingan usaha
• Memperbaiki hubungan industrial (peningkatan kompetensi pekerja)
• Perbaikan sistem perpajakan dan kepabeanan

2. Persebaran penanaman modal dilakukan dengan cara:

• Pengembangan sentra ekonomi baru di luar pulau Jawa


• Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal di daerah
• Pengembangan sumber energi baru dan terbarukan di daerah
• Pengembangan pusat pertumbuhan strategis: Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan
pengembangan koridor ekonomi Indonesia
• Percepatan pembangunan infrastruktur di daerah: Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan non
KPS
KEBIJAKAN 3. Fokus pengembangan pangan, infrastruktur, dan energi

INVESTASI
a. Pengembangan pangan dilakukan:

• Pengembangan tanaman pangan berskala besar diarahkan di daerah luar Jawa dengan

DI INDONESIA •
memperhatikan perlindungan petani kecil
Pemberian fasilitas, kemudahan dan insentif penanaman modal yang promotif untuk
ekstensifikasi dan intensifikasi lahan usaha
• Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana budi daya dan pasca panen yang layak, dan
ketersediaan infrastruktur
• Pembiayaan, kejelasan status lahan, dan pengembangan klaster industri agribisnis di daerah
yang berpotensi bahan baku produk pangan.
• Peningkatan kegiatan penelitian, promosi, dan membangun citra positif produk pangan
Indonesia.
• Pengembangan sektor strategis pendukung ketahanan pangan nasional, seperti sektor
pupuk dan benih
KEBIJAKAN
b. Pengembangan infrastruktur:

INVESTASI
• Optimalisasi kapasitas dan kualitas infrastruktur yang ada saat ini
• Pengembangan infrastruktur baru dan perluasan layanan infrastruktur

DI INDONESIA
• Pengintegrasian pembangunan dan jangkauan pelayanan infrastruktur nasional
• Percepatan pembangunan infrastruktur khususnya wilayah berkembang dan belum
berkembang melalui mekanisme skema KPS atau non-KPS
• Pengembangan sektor strategis pendukung pembangunan infrastruktur (industri baja dan
industri semen)

c. Pengembangan energi:

• Optimalisasi potensi energi baru dan terbarukan dengan mendorong investasi infrastruktur
energi bidang listrik di dalam negeri
• Peningkatan pangsa sumber daya energi baru dan terbarukan untuk mendukung efisiensi,
konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup
• Pengurangan energi fosil (transportasi, listrik, industri) dan substitusi menggunakan energi
baru dan terbarukan
• Pemberian fasilitas, kemudahan, insentif investasi pembiayaan domestik dan infrastruktur
energi, khususnya energi baru dan terbarukan
• Pengembangan sektor strategis pendukung sektor energi, antara lain industri alat
transportasi, industri mesin, dan industri pipa
BENTUK USAHA
DAN KERJA SAMA
DI BIDANG
PENANAMAN
MODAL
BENTUK USAHA
 Pasal 5 UU 25/2007, PMDN dapat dilakukan badan usaha berbadan hukum (PT, Koperasi), tidak badan hukum
(Firma, CV, Maatschap) dan usaha perseorangan
 PMA wajib berbentuk PT untuk mendapatkan fasilitas penanaman modal dari pemerintah. Apabila PMA tidak
berbentuk PT maka tidak berhak mendapatkan fasilitas
 Syarat materil badan hukum
• PT harus dibuat berdasarkan akta Harta kekayaan terpisah antara pribadi dan perusahaan/badan
• Ada kepentingan tertentu perusahaan/badan
• Ada orang-orang sebagai pengurus perusahaan/badan dengan fungsi dan tugas masing-masing notaris dan
mendapat pengesahan Kemenkumham
 Sebelum PT berbadan hukum, maka perbuatan PT tidak mengikat dan menjadi tanggung jawab direksi/komisaris
 Ciri substansif PT:
• Tanggung jawab pemegang saham terbatas
• Terdapat kebebasan pemegang saham mengalihkan/mobilitas saham tanpa mempengaruhi eksistensi PT
• PT memiliki kekayaan sendiri dan bertanggung jawab sebatas harta PT
• PT memiliki kewenangan kontraktual, dapat menuntut dan dituntut sendiri
BENTUK KERJA

SAMA
Modal investor asing dan modal investor dalam negeri dapat berkerja sama / patungan dalam
suatu perusahaan untuk tujuan bisnis / proyek tertentu.
 Bidang kerja sama joint venture: komersial, perdagangan, keuangan, aktivitas teknik, teknologi.
 Production sharing agreement (PSA): kerja sama di bidang industri minyak dan gas bumi antara
perusaahan asing yang diberi izin eksplorasi dan eksploitasi di wilayah tertentu dan host state
sebagai pemilik kekayaan SDA dengan pembagian persentase tertentu dari hasil produksi.
 Kerja sama distribusi: distributor wajib membeli dari produsen, mirip seperti waralaba
distribusi / franchise.
BENTUK KERJA
 SAMA
Kerjasama negara dan swasta: memberikan konsesi kepada perusahaan kontraktor swasta selama waktu
tertentu.
• Umumnya dilakukan untuk infrastruktur di negara berkembang
• Swasta menyediakan modal, teknologi, know how. Perusahaan lokal menyediakan tenaga kerja dan
infrastruktur pendukung
• Negara melakukan pengawasan strategis dan mendapat aset di akhir kontrak
• Bentuk Kerjasama: perjanjian kerja sama atau izin pengusahaan
• Prinsip: adil, terbuka, transparan, bersaing, bertanggung gugat, saling menguntungkan, saling,
membutuhkan, saling mendukung.
• Pasal 3 Perpres 67/2005 tentang Kerja Sama Pemerintah Dan Badan Usaha Dalam penyediaan Infrastruktur,
tujuan kerja sama:
 Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan
 Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui persaingan sehat
 Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan infrastruktur
 Prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima
BENTUK KERJA
 Kerjasama produksi:
SAMA
• Produsen di negara asal memberi lisensi kepada perusahaan lokal untuk memproduksi di
host state.
• Terjadi transfer know how / teknologi dan format bisnis agar sesuai standar kualitas dan
kontrol ketat
 Kerjasama informal antara perusahaan multinasional: untuk tujuan bisnis tertentu yang tidak
membutuhkan integrasi tingkat tinggi antara para pihak dan resiko lebih kecil (distribusi,
penentuan harga, produk, strategi keuangan, tender/lelang, penawaran R&D)
BIDANG USAHA
UNTUK KEGIATAN
INVESTASI
PENETAPAN BIDANG USAHA
 Prinsipnya semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha
tertutup atau terbuka dengan persyaratan (Perpres 76/2007)
 Pertimbangan penentuan bidang usaha tertutup dan terbuka dengan persyaratan:
• Membuat mekanisme pasar efektif demi pembangunan nasional
• Melindungi kepentingan nasional
• Menyelesaikan masalah penanaman modal baik PMA maupun PMDN
• Melebihi biaya yang ditimbulkan bagi ekonomi Indonesia
 Tujuan penentuan bidang usaha tertutup dan terbuka dengan persyaratan:
• Meletakkan landasan hukum
• Menjamin transparansi
• Memberikan pedoman penetapan kriteria bidang usaha, pengkajian ulang kriteria dan
perbedaan penetapan penafsiran daftar bidang usaha
PENETAPAN BIDANG USAHA
 Prinsip dasar penentuan bidang usaha (Pasal 5 dan 6 Perpres 76/2007)
• Penyederhanaan: khusus pada bidang usaha terkait dengan kepentingan nasional
• Kepatuhan perjanjian / komitmen Internasional: tidak boleh bertentangan dengan aturan yang telah
diratifikasi
• Transparansi: harus jelas, perinci, dapat diukur, tidak multi tafsir, kriteria tertentu
• Kepastian Hukum: Tidak dapat diubah kecuali dengan peraturan Presiden
• Kesatuan wilayah Indonesia sebagai pasar tunggal: tidak menghambat kebebasan arus barang, jasa, modal,
SDM dan informasi.
 Arti penting bagi kegiatan penanaman modal:
• Menjadi rujukan dalam melakukan pilihan bidang usaha kegiatan penanaman modal
• Menjadi persyaratan bentuk badan usaha yang berbadan hukum bagi penanam modal (PMA)
 Tata cara menyusun bidang usaha:
• Daftar bidang usaha dievaluasi dan disempurnakan secara berkala
• Penyusunan daftar bidang usaha dikoordinasikan oleh Kemenko Perekonomian dan kemudian ditetapkan
dalam Perpres
• Menteri / pimpinan instansi terkait mengusulkan kepada Kemenko Perekonomian
• Kemenko Perekonomian membentuk tim untuk menyempurnakan daftar bidang usaha
 Peraturan terkait daftar bidang usaha: Perpres 77/2007, Perpres 111/2007, Perpres 36/2010, Perpres 39/2014,
Perpres 44/2016
DAFTAR NEGATIF INVESTASI
 Daftar Negatif Investasi (DNI): daftar bidang-bidang yang dinyatakan
tertutup yang dibentuk setiap tiga tahun dengan review menyesuaikan
perkembangan investasi.
 Peraturan terkait DNI: Perpres 44/ 2016 (masih berlaku), Perpres 39/2014,
Perpres 36/2010, Perpres 76/2007 (masih berlaku), Perpres 111/2007,
Perpres 77/2007, Keppres sejak tahun 1989 sampai 2000
BIDANG USAHA TERTUTUP
 Kriteria bidang usaha tertutup (Pasal 12 ayat (5) UU 25/2007 Jo. Pasal 8 Perpres 76/2007):
Kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertanahan dan keamanan nasional, serta
kepentingan nasional lainnya.
 Perincian kriteria bidang usaha tertutup untuk:
• Memelihara tatanan hidup msyarakat
• Melindungi keanekaragaman hayati
• Menjaga keseimbangan ekosistem
• Memelihara kelestarian hutan alam
• Mengawasi penggunaan bahan berbahaya beracun
• Menghindari pemalsuan dan peredaran barang/jasa ilegal
• Menjaga kedaulatan negara
• Menjaga dan memelihara SDA yang terbatas
 Bidang usaha tertutup (Pasal 12 ayat (2) UU 25/2007):
• Produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang
• Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup oleh UU
BIDANG USAHA TERTUTUP
 Bidang usaha tertutup (Lampiran I Perpres 44/2016)
• Budidaya ganja
• Penangkapan spesies ikan tertentu yang hampir punah
• Pemanfaatan koral/karang baik hidup/mati untuk bahan bangunan, perhiasan
• Pengangkatan benda berharga dari kapal yang tenggelam
• Industri pembuat Chlor Alkali dengan proses merkuri
• Industri bahan aktif pestisida dan kimia industri tertentu
• Industri bahan perusak lapisan ozone
• Industri bahan kimia sebgai senjata kimia
• Industri minuman keras mengandung alkohol, anggur dan malt
BIDANG USAHA TERTUTUP
• Penyelenggaraan terminal penumpang angkutan darat
• Penyelenggaran penimbangan kendaraan bermotor
• Telekomunikasi sarana bantu navigasi pelayaran
• Penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan
• Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor
• Penyelenggaraan stasiun monitoring spektrum frekuensi
• Radio dan orbit satelit
• Museum pemerintah
• Peninggaolan sejarah dan purbakala
• Perjudian dan kasino
BIDANG USAHA YANG TERBUKA
(DENGAN PERSYARATAN)

 Kriteria kepentingan nasional penetapan bidang usaha terbuka dengan persyaratan:


• Perlindungan SDA
• Perlindungan dan pengembangan UMKM
• Pengawasan produksi dan distribusi
• Paartisipasi modal dalam negeri
• Kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah
 Persyaratan bidang usaha yang terbuka (Perpres 76/2007)
• Perlindungan dan pengembangan terhadap UMKMK
• Syarat kemitraan: Kerjasama usaha besar dan UMKMK
• Berdasarkan kepemilikan modal: batasan modal bagi investor asing
• Syarat lokasi tertentu: pembatasan wilayah admistratif. Misalnya budidaya babi
• Syarat perizinan khusus: harus ada rekomendasi instansi yang berwenang
 Perpres 44/2016, dua kelompok bidang usaha yang terbuka untuk investasi:
• Dicadangkan / kemitraan dengan UMKMK dalam lampiran II Perpres
• 16 sektor: pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, energi dan sumber daya mineral,
perindustrian, pertahanan dan keamanan, pekerjaan umum, perdagangan, pariwisata dan
ekonomi kreatif, perhubungan, komunikasi dan informatika, keuangan, perbankan, tenaga kerja,
pendidikan dan kesehatan.
BIDANG USAHA YANG DICADANGKAN ATAU
KEMITRAAN DENGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH SERTA KOPERASI
 Bidang usaha khusus diperuntukkan bagi UMKM agar sejajar dengan pelaku ekonomi
lainnya dengan meningkatkan daya saing, pemberian dorongan investasi dan
perluasan pasar, penyebaran informasi.
 Perpres 44/2016, bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKM: budidaya tanaman
pangan pokok (jagung, padi, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan ubi-ubian)
dengan luas kurang sama dengan 25 hektar, industri kayu gergajian, industri
pengolahan rotan, industri percetakan kain batik tradisional, industri batik tulis, dan
kerajinan, warung internet
 Prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, menguntungkan, melibatkan
pelaku UMKM dan usaha besar dengan mencakup proses alih keterampilan di bidang
produksi, pengolahan, pemasaran, permodalan, SDM dan teknologi.
 Kemitraan dilaksanakan dengan pola: Inti plasma, subkontrak, waralaba, perdagangan
umum, distribusi dan keagenan dan bentuk kemitraan lain seperti: bagi hasil, KSO,
usaha patungan, outsourcing.
BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN
PERSYARATAN TERTENTU

 Lampiran III Perpres 44/2016, mengatur bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal:
• Pembatasan modal asing pada sektor tertentu, misalnya: pergudangan maksimal 67%, jasa
pengeboran migas di laut maksimal 75%
• Lokasi tertentu: budidaya babi lebih dari 125 ekor
• Pembatasan modal asing bagi investor asing negara ASEAN: bidang pariwisata maksimal 70%
• Pernyataan kerja sama dengan lembaga yang terakreditasi / laboratorium di Indonesia:
pengembangan teknologi genetik flora dan fauna
• Rekomendasi pasokan bahan baku berkelanjutan dari Kementerian lingkungan hidup: industri
kayu
• Modal dalam negeri 100%: pembangkit listrik lebih kecil LMW, penerbitan koran, majalah
• Modal dalam negeri 100% dan rekomendasi kementerian lingkungan hidup dan kehutanan:
penangkapan dan peredaran satwa liar
• Modal dalam negeri 100% dan izin khusus kementerian kelautan dan perikanan: perikanan
menggunakan kepal penangkap ikan di wilayah Indonesia dan laut lepas
• Maksimal 100% modal asing apabila dalam rangka kerja sama pemerintah swasta selama masa
konsesi: pembangkit listrik lebih besar dari 10 MW
BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN
PERSYARATAN TERTENTU

• Rekomendasi kementerian perindustrian: industri rokok


• Bahan baku dan rutan tanaman industri: industri bubur kertas / pulpen
• Izin operasional dari BOTASUPAL/BIN dan rekomendasi dari kementerian perindustrian: industri
kertas berharga
• Ketentuan ditetapkan BPOM dan Kementerian Perdagangan: industri siklamat dan sakarin
• Izin khusus dari Menteri Perindustrian untuk perkembangan perkebunan karet
• Penanaman modal maksimal 49%, untuk BUMN 51% dan rekomendasi kementerian pertahanan:
bahan baku bahan peledak
• PMA maksimal 67% dan izin kementerian perdagangan: di mall, outlet store
• PMDN 100%, maksimal 51% investor ASEAN: pembuatan sarana promosi film, iklan, baliho
• PMA maksimal 67%, investor ASEAN 70%: empat Pelabuhan Indonesia bagian timur untuk jasa
bongkar muat barang
• PMA maksimal 49%: angkutan udara niaga dan bukan niaga
• Monopoli untuk RRI, TVRI, lembaga penyiaran publik
• Penambahan dan pengembangan usaha, PMA maksimal 20% untuk lembaga penyiaran swasta
atau berlangganan
• Perizinan khusus OJK: perusahaan pialang pasar uang.
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN
UNTUK
PENANAMAN
MODAL
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL

A UMUM
 Untuk menarik investasi masuk, host state menyediakan insentif:
 Hibah
 Fasilitas pajak: pembebasan, keringanan, preferensi pajak lainnya
 Subsidi langsung ha katas tanah
 Kebijakan konsesi
 Penyelesaian sengketa investasi secara khusus / arbitrase
 Jaminan pemerintah membeli produksi dan memberikan pinjaman untuk proyek tertentu
 Hak prioritas menggunakan Pelabuhan dan jalur KA
 Pengecualian aturan yang ketat: harga, manajemen keuangan, pekerja
 Melarang kompetitor investor bidang yang sama selama waktu tertentu
 Membatasi impor barang yang sama: bea yang tinggi / kuota impor
 Jaminan tidak nasionalisasi / eksplorasi kecuali di ganti rugi yang layak
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL

A UMUM
 Insentif berdasarkan Pasal 14 UU 25/2007
 Kepastian hak, hukum dan perlindungan
 Informasi yang terbuka
 Hak pelayanan
 Berbagai fasilitas kemudahan sesuai peraturan perundang-undangan
 Kriteria mendapat fasilitas, Pasal 18 ayat (3) UU 25/2007: Padat karya, skala prioritas tinggi, pembangunan
infrastruktur, alih teknologi, industri pionir, berada di daerah terpencil / tertinggal / perbatasan, menjaga
kelestarian lingkungan hidup, kegiatan penelitian / pengembangan / inovasi, bermitra dengan UMKM,
industri menggunakan mesin / peralatan dalam negeri
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL

B TEORI DAN PRINSIP DALAM PEMBERIAN INSENTIF


 Resiko investor melakukan investasi:
 Permusuhan menolak investasi asing karena perbedaan ideologi
 Kepentingan nasional host state
 Perubahan global pada industri
 Pembaruan kontrak karena pergantian rezim
 Kesulitan pemerintah menjalankan kontrak
 Memburuknya kondisi hukum dan aturan
 Campur tangan negara pada investasi asing
 Masalah korupsi yang tinggi
 Masalah perburuhan, pajak, infrastruktur, pembiayaan, keamanan, kejahatan, terorisme, mata uang
asing, inflasi, ekspor impor, kontrol harga, ketidakstabilan kebijakan.
 Keunggulan negara menarik investasi asing: keunggulan komparatif yaitu keunggulan yang tidak dimiliki
negara lain dan keunggulan kompetitif yaitu keunggulan yang sengaja diciptakan
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL

B TEORI DAN PRINSIP DALAM PEMBERIAN INSENTIF


 Insentif bukan faktor penentu namun faktor utama menarik investasi asing adalah: potensi pasar, akses ke
bahan baku, tersedianya tenaga kerja
 Faktor penentuan keputusan investasi FDI yaitu:
 Faktor penentu utama: lokasi geografis, ukuran pasar potensial, bahan baku, biaya tenaga kerja,
infrastruktur, transportasi, output pasar, politik, stabilitas makro ekonomi, pembiayaan
 Faktor penentu sekunder: liberalisasi ketentuan hukum, adanya arbitrase, insentif, jaminan tidak
nasionalisasi, pajak
 Prinsip pemberian insentif, Pasal 2 PP 45/2008: Kepastian hukum, kesetaraan, transparansi, akuntabilitas,
efektif dan efisien.
 Teori klasik: pemberian fasilitas, hak dan perlindungan bagi investor secara full
 Teori jalan tengah: pemberian fasilitas, hak dan perlindungan berdasarkan selective based criteria / aturan
hukum host state berlaku bagi investor
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL

C INSENTIF PAJAK
 Cukup populer dilakukan negara karena:
 Insentif pajak lebih mudah dilakukan dibanding infrastruktur
 Tidak mengeluarkan uang negara melalui subsidi ke investor
 Lebih mudah secara politik
 Menurut Jesswald W. Salacuse: tax holiday yaitu pemebebasan pajak selama waktu tertentu; dan tax stabilization
yaitu pemerintah akan mengenakan pajak yang memberatkan investor.
 Menurut David Holland: tax holiday yaitu dikecualikan membayar pajak selama waktu tertentu; tax allowance and
tax credit yaitu mengurangi pajak penghasilan; timing differnces yaitu perbedaan waktu pembayaran pajak;
Reduce tax rate yaitu mengurangi pajak setelah memenuhi kriteria tertentu.
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL

C INSENTIF PAJAK
 Fasilitas perpajakan, Pasal 18 ayat (4) UU 25/2007:
 Pph melalui pengurangan penghasilan netto tertentu
 Pembebasan & keringanan bea masuk atas impor barang modal yang belum bisa diproduksi dalam negeri
 Pembebasan & keringanan bea masuk bahan baku & perlengkapan
 Pembebasan & penangguhan Ppn
 Penyusutan yang dipercepat
 Keringanan PBB
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL

D HAK TRANSFER DAN MENGALIHKAN ASET


 Investor dapat mengalihkan asetnya yaitu: modal, keuntungan, bunga bank, dividen, pendapatan lain,
dana, royalti, hak kekayaan intelektual, pendapatan WNA dalam perusahaan, hasil penjualan / likuidasi
investasi, kompensasi kerugian / pengambilalihan, pembayaran teknis lainnya
 Transfer hasil penjualan aset investor dilakukan sesuai aturan hukum dan segala tanggung jawab investor
telah diselesaikan
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL

E KEMUDAHAN PELAYANAN DAN PERIZINAN


 Pelayanan dan perizinan hak atas tanah, Pasal 22 UU 25/2007
• HGU 95 tahun, diperpanjang 60 tahun, diperbarui 35 tahun
• HGB 80 tahun, diperpanjang 50 tahun, diperbarui 30 tahun
• Hak pakai 70 tahun, diperpanjang 45 tahun, diperbarui 25 tahun
 Fasilitas keimigrasian
• Pemberian izin tinggal terbatas selama 2 tahun
• pemberian alih status izin tinggal terbatas menjadi izin tinggal tetap
• Pemberian izin masuk kembali beberapa kali perjalanan
 Fasilitas pemberian impor
• Barang yang tidak dilarang hukum
• Barang yang tidak berdampak negatif terhadap keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
moral bangsa
• Barang relokasi pabrik dari luar negeri ke Indonesia
• Barang modal atau bahan baku
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL

F HAK ATAS KOMPENSASI AKIBAT NASIONALISASI


 Pasal 7 UU 25/2007: Jaminan pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi / pengambilalihan
hak kepemilikan investor kecuali dengan UU
 Pemerintah akan memberikan kompensasi yang layak bagi investor jika tejadi nasionalisasi /
pengambilalihan
 Syarat nasionalisasi: untuk kepentingan umum, dilakukan berdasarkan hukum, bukan tindakan
nondiskriminasi, disertai kompensasi yang penuh
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL

G PENYELESAIAN SENGKETA SECARA KHUSUS


 Dapat melalui musyawarah mufakat, Pengadilan setempat, Arbitrase lokal, Arbitrase Internasional
(International Centre for Setlement of International Dispute)
 Indonesia meratifikasi konvensi ICSID 1958 melalui UU 5/1968
 Keunggulan Arbitrase: prosedur mudah, putusan mengikat, sengketanya teknis operasional
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL

H KAWASAN EKONOMI KHUSUS


 Free Trade Zone, Free Processing Zone, Industrial Export Zone. Umumnya terletak dekat dengan pelabuhan
laut dan udara internasional, wilayah perbatasan
 Pembebasan bea impor barang modal, insentif keuangan dan birokrasi
 Untuk menjamin peningkatan devisa, menciptakan lapangan kerja, menarik investasi asing
 Dalam KEK diberikan fasilitas / kemudahan:
 Dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja
 Perpajakan, kepabeanan dan cukai
 Pertanahan, perizinan, keimigrasian dan investasi
 Ketenagakerjaan: pemberian izin TKA

 Fasilitas dan kemudahan lain sesuai kebijakan pemerintah daerah


HAK DAN
KEWAJIBAN
PENANAM MODAL
HAK INVESTOR

 Pasal 14 UU 25/2007:
 Kepastian hak, hukum dan perlindungan
 Transparansi informasi
 Hak pelayanan
 Fasilitas kemudahan berdasarkan hukum
 Hak lain investor dalam UU 25/2007: Perlakuan yang sama, kepastian dan keamanan berusaha, berhak
menggunakan tenaga ahli WNA, kemudahan pelayanan dan perizinan, fasilitas perpajakan, mengalihkan
asset, hak transfer / repatriasi, kompensasi nasionalisasi, penyelesaian sengketa secara khusus
KEWAJIBAN
 Pasal 15 UU 25/2007: INVESTOR
 Prinsip tata kelola perusahaan yang baik
 Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
 Laporan investasi kepada BKPM
 Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar investasi
 Mematuhi ketentuan hukum
 Pasal 16 UU 25/2007:
 Menjamin modal bersumber dari yang sah
 Bertanggung jawab atas kewajiban dan kerugian
 Menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat
 Menjaga kelestarian lingkungan hidup
 Menciptakan kesejahteraan pekerja
 Tidak boleh melakukan nominee arrangement, perusahaan harus berbentuk PT, mengutamakan tenaga kerja
Indonesia, melakukan pelatihan alih teknologi, kewajiban pemulihan lokasi
SANKSI
 Peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pembekuan
fasilitas investasi, pencabutan kegiatan usaha dan fasilitas investasi
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
 Investor memperoleh izin invesasi dan kemudahan pelayan dan berbagai fasilitas investasi dari PTSP di
Badan Koordinasi Penanaman Modal
 PTSP mendapat pendelegasian wewenang dari lembaga instansi terkait.
 Penyelenggaran PTSP berdasarkan prinsip kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan
nondiskriminatif, efisiensi berkeadilan
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
JENIS PERIZINAN
1. Menurut Perka BKPM 5/2013 Jo Perka BKPM 12/2013
 Pasal 12 ayat (1): pendaftaran investasi, izin prinsip investasi, izin prinsip perluasan investasi, izin prinsip
perubahan investasi, izin usaha, izin usaha perluasan, izin merger investasi, izin usah perubahan, izin
lokasi, persetujuan pemanfaatan ruang, IMB, izin gangguan, tanda daftar perusahaan, hak atas tanah,
izin lainnya
 Pelayanan non perizinan: fasilitas bea masuk impor mesin, fasilitas bea masuk impor barang dan bahan,
usulan fasilitas Pph badan, angka pengenal importir produsen, rencana penggunaan TKA, rekomendasi
mulai visa bekerja, izin mempekerjakan TKA, insentif daerah, layanan informasi dan layanan pengaduan
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
JENIS PERIZINAN
2. Menurut Perka BKPM 7/2013
 Pasal 4 ayat (1): Izin prinsip investasi, izin usaha berbagai sektor usaha, izin prinsip perluasan investasi,
izin usaha perluasan berbagai sektor usaha; izin prinsip perubahan investasi, izin usaha perubahan
berbagai sektor usaha; izin prinsip penggabungan perusahaan investasi; izin usaha penggabungan
perusahaan investasi berbagai sektor usaha; izin pembukaan kantor cabang; izin kantor perwakilan
perusahaan asing, dan surat izin usaha perwakilan perusahaan perdagangan asing.
 Pelayanan non perizinan: fasilitas bea masuk impor mesin, fasilitas bea masuk impor barang dan
bahan, usulan fasilitas pajak penghasilan (Pph) badan untuk investasi bidang tertentu atau daerah
tertentu, usulan fasilitas pembebasan / pengurangan Pph badan, angka pengenal importir produsen,
angka pengenal importir umum, rencana penggunaan TKA, rekomendasi visa untuk bekerja, izin
mempekerjakan TKA, pembatalan/pencabutan perizinan investasi
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
JENIS PERIZINAN
3. Non Perizinan Berdasarkan Fasilitas Fiskal yang Diberikan
 Fasilitas non fiskal:
 Angka pengenal importIr: tanda pengenal importir
 Rencana Penggunaan TKA: pengesahan rencana jumlah, jabatan dan lama penggunaan TKA dan
penerbitan izin mempekerjakan TKA
 Rekomendasi visa bekerja: rekomendasi memperoleh visa kerja TKA
 Izin mempekerjakan TKA: izin bagi perusahaan untuk mempekerjakan TKA dalam jumlah, jabatan,
dan periode tertentu.
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
JENIS PERIZINAN
3. Non Perizinan Berdasarkan Fasilitas Fiskal yang Diberikan
 Fasilitas fiskal dari BKPM terdiri dari:
 Pph melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman
modal yang dilakukan dalam waktu tertentu.
 Pembebasan bea masuk impor barang modal, mesin, peralatan untuk keperluan produksi yang
belum dapat diproduksi dalam negeri.
 Pembebasan bea masuk bahan baku / bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka
waktu dan persyaratan tertentu.
 Penangguhan Ppn impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang
belum dapat diproduksi dalam negeri selama jangka waktu tertentu.
 Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.

 Keringanan PBB untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah tertentu


PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
ONLINE SINGLE SUBMISSION (OSS)
 Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik / OSS: perizinan berusaha yang diterbitkan lembaga OSS
untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, bupati/walikota kepada pelaku usaha melalui
sistem elektronik yang terintegrasi.
 Pasal 90 PP 24/2018, sistem OSS:
 Pemerintah pusat membangun, mengembangkan, mengoperasionalkan sistem OSS
 Sistem OSS terintegrasi dan menjadi gerbang dari sistem pelayanan pemerintahan yang telah ada pada
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah
 Sistem OSS menjadi acuan utama dalam pelaksanaan perizinan berusaha
 Sistem OSS melakukan integrasi pada sistem perizinan elektronik lain
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
ONLINE SINGLE SUBMISSION (OSS)
 Pasal 20 PP 24/2018, pelaksanaan perizinan berusaha meliputi: pendaftaran, penerbitan izin usaha,
komersial, operasional berdasarkan komitmen, pemenuhan komitmen izin usaha dan pemenuhan izin
komersial atau operasional, pembayaran biaya, fasilitasi, masa berlaku dan pengawasan
 Pasal 94 PP 24/2018, Lembaga OSS berwenang untuk:
 Menerbitkan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS;
 Menetapkan kebijakan pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS;
 Menetapkan petunjuk pelaksanaan penerbitan Perizinan Berusaha pada sistem OSS;
 Mengelola dan mengembangkan sistem OSS; dan
 Bekerja sama dengan pihak lain dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan pengembangan sistem OSS.
 Menko Perekonomian memfasilitasi koordinasi pelaksanaan kewenangan lembaga OSS yang berkoordinasi
dengan menteri, pimpinan lembaga, gubernur, bupati/walikota.
PENYELESAIAN
SENGKETA
PENANAMAN
MODAL
PENYELESAIAN SENGKETA
INVESTASI INTERNASIONAL
PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI INTERNASIONAL
1. Penyelesaian Sengketa Secara Klasik / Tradisional
 Teori klasik dari hukum publik internasional: hanya negara yang mempunyai kapasitas sebagai
subyek hukum. Swasta subyek hukum hanya ketika melakukan kontrak dengan negara.
 Negara dominan atas swasta. Sengketa investasi diselesaikan dengan hukum setempat / lokasi
investasi dan menolak hukum internasional
2. Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase / Konsiliasi Internasional

a. Ad Hoc Arbitration and Conciliation


• Keuntungan: prosedur dibentuk sesuai keinginan pihak
• Kendala: tergantung bargaining power pihak, sulit mencapai kesepakatan mengenai sifat
sengketa / hukum yang diterapkan, sulit memilih arbitrator proses lama karena penundaan
pihak tidak hadir, sulit menegakkan putusan arbitrase
PENYELESAIAN SENGKETA
INVESTASI INTERNASIONAL
b. Institutional System for Arbitration / Conciliation
• International Chamber of Commerce Court of Arbitration (ICC): sengketa dagang antara pihak
privat
• ICSID: mekanisme penyelesaian sengketa, instrumen kebijakan internasioanal untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi. ICSID mengatur yurisdiksinya berdasarkan kesepakan
tertulis para pihak. Ruang lingkup ICSID adalah sengketa investasi dan sengketa hukum

3. Penyelesaian Sengketa di WTO Dispute Settlement Board (WTO DSB)


 Sengketa dagang dan investasi antara negara dan negara
 Bukan untuk menyelesaikan sengketai nvestor privat
 WTO DSB merupakan penggabungan proses konsiliasi, mediasi, arbitrase dan lembaga banding
dalam satu sistem
 Biaya WTO DSB besar sehingga negara berkembang lebih memilih ICSID
4. Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Klausul BIT
 Melalui konsultasi dan konsiliasi arbitrase internasional
 Kontribusi positif BIT tidak menghendaki adanya politisasi kasus investasi dan melarang
intervensi Pemerintah
PENYELESAIAN SENGKETA
INVESTASI INTERNASIONAL
PENYELESAIAN SENGKETA MENURUT UU 25/2007
 Penyelesaian sengketa melalui musyawarah mufakat, jika tidak berhasil dapat menempuh arbitrase,
alternatif lainnya atau Pengadilan. Untuk PMA forum penyelesaian sengketa melalui arbitrase
internasional
 Sengketa investasi: Pemerintah dengan PMDN dan Pemerintah dengan PMA
 Indonesia meratifikasi konvensi ICSID 1958 melalui UU 5/1968
 Indonesia meratifikasi ASEAN comprehensive investment aggrement melalui Perpres 49 Tahun 2011
 Pasal 3 UU 5/1968: eksekusi putusan arbitrase internasional diperlukan surat pernyataan Mahkamah
Agung yang dikirimkan ke Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri

You might also like