Professional Documents
Culture Documents
Hukum Investasi
Hukum Investasi
HUKUM INVESTASI
Dr. Bernard Nainggolan, S.H., M.H.
PENGENALAN DASAR HUKUM
INVESTASI
Pengertian dan Ruang Lingkup Investasi
1. Investasi: penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek dengan
tujuan memperoleh keuntungan
2. Pasal 2 UU 25/2007 Tentang Penanaman Modal : yang dimaksud dengan penanaman
modal di semua sektor di wilayah NKRI adalah penanaman modal langsung atau tidak
termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio
3. Unsur penanaman modal:
1. Kegiatan menanam modal: Uang / aset lain yang bernilai ekonomis
2. Investor/penanam modal: Perseorangan / badan usaha. PMDN / PMA
3. Kegiatan usaha: Mengerjakan proyek, mendirikan perusahaan
4. Wilayah tertentu: Berkedudukan dan berkegiatan di Indonesia
JENIS
INVESTASI
N
• Mengurangi bahkan menghilangkan batas modal minimum bagi investasi asing
• Menarik investasi yang masuk seluas-luasnya agar menciptakan lapangan kerja
INVESTASI
• Mendorong inovasi melalui investasi asing
• Meningkatkan pendapatan negara melalui pajak investasi yang masuk
SECARA
UMUM
2. Memberi Hak dan Jaminan Kepada Investor
INVESTASI
• Perlakuan yang sama bagi PMDN dan PMA dengan memperhatikan
kepentingan nasional
DI INDONESIA • Menjamin kepastian hukum, kepastian beusaha, keamanan
berusaha bagi investor
• Membuka kesempatan bagi perkembangan dan perlindungan bagi
UMKM dan koperasi
KEBIJAKAN Arah kebijakan penanaman modal berdasarkan Pasal 2 huruf d Perpres 16/2012 Tentang Rencana Umum
Penanaman Modal:
INVESTASI
a. Pengembangan pangan dilakukan:
• Pengembangan tanaman pangan berskala besar diarahkan di daerah luar Jawa dengan
DI INDONESIA •
memperhatikan perlindungan petani kecil
Pemberian fasilitas, kemudahan dan insentif penanaman modal yang promotif untuk
ekstensifikasi dan intensifikasi lahan usaha
• Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana budi daya dan pasca panen yang layak, dan
ketersediaan infrastruktur
• Pembiayaan, kejelasan status lahan, dan pengembangan klaster industri agribisnis di daerah
yang berpotensi bahan baku produk pangan.
• Peningkatan kegiatan penelitian, promosi, dan membangun citra positif produk pangan
Indonesia.
• Pengembangan sektor strategis pendukung ketahanan pangan nasional, seperti sektor
pupuk dan benih
KEBIJAKAN
b. Pengembangan infrastruktur:
INVESTASI
• Optimalisasi kapasitas dan kualitas infrastruktur yang ada saat ini
• Pengembangan infrastruktur baru dan perluasan layanan infrastruktur
DI INDONESIA
• Pengintegrasian pembangunan dan jangkauan pelayanan infrastruktur nasional
• Percepatan pembangunan infrastruktur khususnya wilayah berkembang dan belum
berkembang melalui mekanisme skema KPS atau non-KPS
• Pengembangan sektor strategis pendukung pembangunan infrastruktur (industri baja dan
industri semen)
c. Pengembangan energi:
• Optimalisasi potensi energi baru dan terbarukan dengan mendorong investasi infrastruktur
energi bidang listrik di dalam negeri
• Peningkatan pangsa sumber daya energi baru dan terbarukan untuk mendukung efisiensi,
konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup
• Pengurangan energi fosil (transportasi, listrik, industri) dan substitusi menggunakan energi
baru dan terbarukan
• Pemberian fasilitas, kemudahan, insentif investasi pembiayaan domestik dan infrastruktur
energi, khususnya energi baru dan terbarukan
• Pengembangan sektor strategis pendukung sektor energi, antara lain industri alat
transportasi, industri mesin, dan industri pipa
BENTUK USAHA
DAN KERJA SAMA
DI BIDANG
PENANAMAN
MODAL
BENTUK USAHA
Pasal 5 UU 25/2007, PMDN dapat dilakukan badan usaha berbadan hukum (PT, Koperasi), tidak badan hukum
(Firma, CV, Maatschap) dan usaha perseorangan
PMA wajib berbentuk PT untuk mendapatkan fasilitas penanaman modal dari pemerintah. Apabila PMA tidak
berbentuk PT maka tidak berhak mendapatkan fasilitas
Syarat materil badan hukum
• PT harus dibuat berdasarkan akta Harta kekayaan terpisah antara pribadi dan perusahaan/badan
• Ada kepentingan tertentu perusahaan/badan
• Ada orang-orang sebagai pengurus perusahaan/badan dengan fungsi dan tugas masing-masing notaris dan
mendapat pengesahan Kemenkumham
Sebelum PT berbadan hukum, maka perbuatan PT tidak mengikat dan menjadi tanggung jawab direksi/komisaris
Ciri substansif PT:
• Tanggung jawab pemegang saham terbatas
• Terdapat kebebasan pemegang saham mengalihkan/mobilitas saham tanpa mempengaruhi eksistensi PT
• PT memiliki kekayaan sendiri dan bertanggung jawab sebatas harta PT
• PT memiliki kewenangan kontraktual, dapat menuntut dan dituntut sendiri
BENTUK KERJA
SAMA
Modal investor asing dan modal investor dalam negeri dapat berkerja sama / patungan dalam
suatu perusahaan untuk tujuan bisnis / proyek tertentu.
Bidang kerja sama joint venture: komersial, perdagangan, keuangan, aktivitas teknik, teknologi.
Production sharing agreement (PSA): kerja sama di bidang industri minyak dan gas bumi antara
perusaahan asing yang diberi izin eksplorasi dan eksploitasi di wilayah tertentu dan host state
sebagai pemilik kekayaan SDA dengan pembagian persentase tertentu dari hasil produksi.
Kerja sama distribusi: distributor wajib membeli dari produsen, mirip seperti waralaba
distribusi / franchise.
BENTUK KERJA
SAMA
Kerjasama negara dan swasta: memberikan konsesi kepada perusahaan kontraktor swasta selama waktu
tertentu.
• Umumnya dilakukan untuk infrastruktur di negara berkembang
• Swasta menyediakan modal, teknologi, know how. Perusahaan lokal menyediakan tenaga kerja dan
infrastruktur pendukung
• Negara melakukan pengawasan strategis dan mendapat aset di akhir kontrak
• Bentuk Kerjasama: perjanjian kerja sama atau izin pengusahaan
• Prinsip: adil, terbuka, transparan, bersaing, bertanggung gugat, saling menguntungkan, saling,
membutuhkan, saling mendukung.
• Pasal 3 Perpres 67/2005 tentang Kerja Sama Pemerintah Dan Badan Usaha Dalam penyediaan Infrastruktur,
tujuan kerja sama:
Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan
Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui persaingan sehat
Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan infrastruktur
Prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima
BENTUK KERJA
Kerjasama produksi:
SAMA
• Produsen di negara asal memberi lisensi kepada perusahaan lokal untuk memproduksi di
host state.
• Terjadi transfer know how / teknologi dan format bisnis agar sesuai standar kualitas dan
kontrol ketat
Kerjasama informal antara perusahaan multinasional: untuk tujuan bisnis tertentu yang tidak
membutuhkan integrasi tingkat tinggi antara para pihak dan resiko lebih kecil (distribusi,
penentuan harga, produk, strategi keuangan, tender/lelang, penawaran R&D)
BIDANG USAHA
UNTUK KEGIATAN
INVESTASI
PENETAPAN BIDANG USAHA
Prinsipnya semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha
tertutup atau terbuka dengan persyaratan (Perpres 76/2007)
Pertimbangan penentuan bidang usaha tertutup dan terbuka dengan persyaratan:
• Membuat mekanisme pasar efektif demi pembangunan nasional
• Melindungi kepentingan nasional
• Menyelesaikan masalah penanaman modal baik PMA maupun PMDN
• Melebihi biaya yang ditimbulkan bagi ekonomi Indonesia
Tujuan penentuan bidang usaha tertutup dan terbuka dengan persyaratan:
• Meletakkan landasan hukum
• Menjamin transparansi
• Memberikan pedoman penetapan kriteria bidang usaha, pengkajian ulang kriteria dan
perbedaan penetapan penafsiran daftar bidang usaha
PENETAPAN BIDANG USAHA
Prinsip dasar penentuan bidang usaha (Pasal 5 dan 6 Perpres 76/2007)
• Penyederhanaan: khusus pada bidang usaha terkait dengan kepentingan nasional
• Kepatuhan perjanjian / komitmen Internasional: tidak boleh bertentangan dengan aturan yang telah
diratifikasi
• Transparansi: harus jelas, perinci, dapat diukur, tidak multi tafsir, kriteria tertentu
• Kepastian Hukum: Tidak dapat diubah kecuali dengan peraturan Presiden
• Kesatuan wilayah Indonesia sebagai pasar tunggal: tidak menghambat kebebasan arus barang, jasa, modal,
SDM dan informasi.
Arti penting bagi kegiatan penanaman modal:
• Menjadi rujukan dalam melakukan pilihan bidang usaha kegiatan penanaman modal
• Menjadi persyaratan bentuk badan usaha yang berbadan hukum bagi penanam modal (PMA)
Tata cara menyusun bidang usaha:
• Daftar bidang usaha dievaluasi dan disempurnakan secara berkala
• Penyusunan daftar bidang usaha dikoordinasikan oleh Kemenko Perekonomian dan kemudian ditetapkan
dalam Perpres
• Menteri / pimpinan instansi terkait mengusulkan kepada Kemenko Perekonomian
• Kemenko Perekonomian membentuk tim untuk menyempurnakan daftar bidang usaha
Peraturan terkait daftar bidang usaha: Perpres 77/2007, Perpres 111/2007, Perpres 36/2010, Perpres 39/2014,
Perpres 44/2016
DAFTAR NEGATIF INVESTASI
Daftar Negatif Investasi (DNI): daftar bidang-bidang yang dinyatakan
tertutup yang dibentuk setiap tiga tahun dengan review menyesuaikan
perkembangan investasi.
Peraturan terkait DNI: Perpres 44/ 2016 (masih berlaku), Perpres 39/2014,
Perpres 36/2010, Perpres 76/2007 (masih berlaku), Perpres 111/2007,
Perpres 77/2007, Keppres sejak tahun 1989 sampai 2000
BIDANG USAHA TERTUTUP
Kriteria bidang usaha tertutup (Pasal 12 ayat (5) UU 25/2007 Jo. Pasal 8 Perpres 76/2007):
Kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertanahan dan keamanan nasional, serta
kepentingan nasional lainnya.
Perincian kriteria bidang usaha tertutup untuk:
• Memelihara tatanan hidup msyarakat
• Melindungi keanekaragaman hayati
• Menjaga keseimbangan ekosistem
• Memelihara kelestarian hutan alam
• Mengawasi penggunaan bahan berbahaya beracun
• Menghindari pemalsuan dan peredaran barang/jasa ilegal
• Menjaga kedaulatan negara
• Menjaga dan memelihara SDA yang terbatas
Bidang usaha tertutup (Pasal 12 ayat (2) UU 25/2007):
• Produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang
• Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup oleh UU
BIDANG USAHA TERTUTUP
Bidang usaha tertutup (Lampiran I Perpres 44/2016)
• Budidaya ganja
• Penangkapan spesies ikan tertentu yang hampir punah
• Pemanfaatan koral/karang baik hidup/mati untuk bahan bangunan, perhiasan
• Pengangkatan benda berharga dari kapal yang tenggelam
• Industri pembuat Chlor Alkali dengan proses merkuri
• Industri bahan aktif pestisida dan kimia industri tertentu
• Industri bahan perusak lapisan ozone
• Industri bahan kimia sebgai senjata kimia
• Industri minuman keras mengandung alkohol, anggur dan malt
BIDANG USAHA TERTUTUP
• Penyelenggaraan terminal penumpang angkutan darat
• Penyelenggaran penimbangan kendaraan bermotor
• Telekomunikasi sarana bantu navigasi pelayaran
• Penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan
• Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor
• Penyelenggaraan stasiun monitoring spektrum frekuensi
• Radio dan orbit satelit
• Museum pemerintah
• Peninggaolan sejarah dan purbakala
• Perjudian dan kasino
BIDANG USAHA YANG TERBUKA
(DENGAN PERSYARATAN)
Lampiran III Perpres 44/2016, mengatur bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal:
• Pembatasan modal asing pada sektor tertentu, misalnya: pergudangan maksimal 67%, jasa
pengeboran migas di laut maksimal 75%
• Lokasi tertentu: budidaya babi lebih dari 125 ekor
• Pembatasan modal asing bagi investor asing negara ASEAN: bidang pariwisata maksimal 70%
• Pernyataan kerja sama dengan lembaga yang terakreditasi / laboratorium di Indonesia:
pengembangan teknologi genetik flora dan fauna
• Rekomendasi pasokan bahan baku berkelanjutan dari Kementerian lingkungan hidup: industri
kayu
• Modal dalam negeri 100%: pembangkit listrik lebih kecil LMW, penerbitan koran, majalah
• Modal dalam negeri 100% dan rekomendasi kementerian lingkungan hidup dan kehutanan:
penangkapan dan peredaran satwa liar
• Modal dalam negeri 100% dan izin khusus kementerian kelautan dan perikanan: perikanan
menggunakan kepal penangkap ikan di wilayah Indonesia dan laut lepas
• Maksimal 100% modal asing apabila dalam rangka kerja sama pemerintah swasta selama masa
konsesi: pembangkit listrik lebih besar dari 10 MW
BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN
PERSYARATAN TERTENTU
A UMUM
Untuk menarik investasi masuk, host state menyediakan insentif:
Hibah
Fasilitas pajak: pembebasan, keringanan, preferensi pajak lainnya
Subsidi langsung ha katas tanah
Kebijakan konsesi
Penyelesaian sengketa investasi secara khusus / arbitrase
Jaminan pemerintah membeli produksi dan memberikan pinjaman untuk proyek tertentu
Hak prioritas menggunakan Pelabuhan dan jalur KA
Pengecualian aturan yang ketat: harga, manajemen keuangan, pekerja
Melarang kompetitor investor bidang yang sama selama waktu tertentu
Membatasi impor barang yang sama: bea yang tinggi / kuota impor
Jaminan tidak nasionalisasi / eksplorasi kecuali di ganti rugi yang layak
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL
A UMUM
Insentif berdasarkan Pasal 14 UU 25/2007
Kepastian hak, hukum dan perlindungan
Informasi yang terbuka
Hak pelayanan
Berbagai fasilitas kemudahan sesuai peraturan perundang-undangan
Kriteria mendapat fasilitas, Pasal 18 ayat (3) UU 25/2007: Padat karya, skala prioritas tinggi, pembangunan
infrastruktur, alih teknologi, industri pionir, berada di daerah terpencil / tertinggal / perbatasan, menjaga
kelestarian lingkungan hidup, kegiatan penelitian / pengembangan / inovasi, bermitra dengan UMKM,
industri menggunakan mesin / peralatan dalam negeri
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL
C INSENTIF PAJAK
Cukup populer dilakukan negara karena:
Insentif pajak lebih mudah dilakukan dibanding infrastruktur
Tidak mengeluarkan uang negara melalui subsidi ke investor
Lebih mudah secara politik
Menurut Jesswald W. Salacuse: tax holiday yaitu pemebebasan pajak selama waktu tertentu; dan tax stabilization
yaitu pemerintah akan mengenakan pajak yang memberatkan investor.
Menurut David Holland: tax holiday yaitu dikecualikan membayar pajak selama waktu tertentu; tax allowance and
tax credit yaitu mengurangi pajak penghasilan; timing differnces yaitu perbedaan waktu pembayaran pajak;
Reduce tax rate yaitu mengurangi pajak setelah memenuhi kriteria tertentu.
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL
C INSENTIF PAJAK
Fasilitas perpajakan, Pasal 18 ayat (4) UU 25/2007:
Pph melalui pengurangan penghasilan netto tertentu
Pembebasan & keringanan bea masuk atas impor barang modal yang belum bisa diproduksi dalam negeri
Pembebasan & keringanan bea masuk bahan baku & perlengkapan
Pembebasan & penangguhan Ppn
Penyusutan yang dipercepat
Keringanan PBB
FASILITAS, INSENTIF
DAN JAMINAN UNTUK
PENANAMAN MODAL
Pasal 14 UU 25/2007:
Kepastian hak, hukum dan perlindungan
Transparansi informasi
Hak pelayanan
Fasilitas kemudahan berdasarkan hukum
Hak lain investor dalam UU 25/2007: Perlakuan yang sama, kepastian dan keamanan berusaha, berhak
menggunakan tenaga ahli WNA, kemudahan pelayanan dan perizinan, fasilitas perpajakan, mengalihkan
asset, hak transfer / repatriasi, kompensasi nasionalisasi, penyelesaian sengketa secara khusus
KEWAJIBAN
Pasal 15 UU 25/2007: INVESTOR
Prinsip tata kelola perusahaan yang baik
Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
Laporan investasi kepada BKPM
Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar investasi
Mematuhi ketentuan hukum
Pasal 16 UU 25/2007:
Menjamin modal bersumber dari yang sah
Bertanggung jawab atas kewajiban dan kerugian
Menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat
Menjaga kelestarian lingkungan hidup
Menciptakan kesejahteraan pekerja
Tidak boleh melakukan nominee arrangement, perusahaan harus berbentuk PT, mengutamakan tenaga kerja
Indonesia, melakukan pelatihan alih teknologi, kewajiban pemulihan lokasi
SANKSI
Peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pembekuan
fasilitas investasi, pencabutan kegiatan usaha dan fasilitas investasi
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Investor memperoleh izin invesasi dan kemudahan pelayan dan berbagai fasilitas investasi dari PTSP di
Badan Koordinasi Penanaman Modal
PTSP mendapat pendelegasian wewenang dari lembaga instansi terkait.
Penyelenggaran PTSP berdasarkan prinsip kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan
nondiskriminatif, efisiensi berkeadilan
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
JENIS PERIZINAN
1. Menurut Perka BKPM 5/2013 Jo Perka BKPM 12/2013
Pasal 12 ayat (1): pendaftaran investasi, izin prinsip investasi, izin prinsip perluasan investasi, izin prinsip
perubahan investasi, izin usaha, izin usaha perluasan, izin merger investasi, izin usah perubahan, izin
lokasi, persetujuan pemanfaatan ruang, IMB, izin gangguan, tanda daftar perusahaan, hak atas tanah,
izin lainnya
Pelayanan non perizinan: fasilitas bea masuk impor mesin, fasilitas bea masuk impor barang dan bahan,
usulan fasilitas Pph badan, angka pengenal importir produsen, rencana penggunaan TKA, rekomendasi
mulai visa bekerja, izin mempekerjakan TKA, insentif daerah, layanan informasi dan layanan pengaduan
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
JENIS PERIZINAN
2. Menurut Perka BKPM 7/2013
Pasal 4 ayat (1): Izin prinsip investasi, izin usaha berbagai sektor usaha, izin prinsip perluasan investasi,
izin usaha perluasan berbagai sektor usaha; izin prinsip perubahan investasi, izin usaha perubahan
berbagai sektor usaha; izin prinsip penggabungan perusahaan investasi; izin usaha penggabungan
perusahaan investasi berbagai sektor usaha; izin pembukaan kantor cabang; izin kantor perwakilan
perusahaan asing, dan surat izin usaha perwakilan perusahaan perdagangan asing.
Pelayanan non perizinan: fasilitas bea masuk impor mesin, fasilitas bea masuk impor barang dan
bahan, usulan fasilitas pajak penghasilan (Pph) badan untuk investasi bidang tertentu atau daerah
tertentu, usulan fasilitas pembebasan / pengurangan Pph badan, angka pengenal importir produsen,
angka pengenal importir umum, rencana penggunaan TKA, rekomendasi visa untuk bekerja, izin
mempekerjakan TKA, pembatalan/pencabutan perizinan investasi
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
JENIS PERIZINAN
3. Non Perizinan Berdasarkan Fasilitas Fiskal yang Diberikan
Fasilitas non fiskal:
Angka pengenal importIr: tanda pengenal importir
Rencana Penggunaan TKA: pengesahan rencana jumlah, jabatan dan lama penggunaan TKA dan
penerbitan izin mempekerjakan TKA
Rekomendasi visa bekerja: rekomendasi memperoleh visa kerja TKA
Izin mempekerjakan TKA: izin bagi perusahaan untuk mempekerjakan TKA dalam jumlah, jabatan,
dan periode tertentu.
PERIZINAN
PENANAMAN
MODAL
JENIS PERIZINAN
3. Non Perizinan Berdasarkan Fasilitas Fiskal yang Diberikan
Fasilitas fiskal dari BKPM terdiri dari:
Pph melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman
modal yang dilakukan dalam waktu tertentu.
Pembebasan bea masuk impor barang modal, mesin, peralatan untuk keperluan produksi yang
belum dapat diproduksi dalam negeri.
Pembebasan bea masuk bahan baku / bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka
waktu dan persyaratan tertentu.
Penangguhan Ppn impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang
belum dapat diproduksi dalam negeri selama jangka waktu tertentu.
Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.