You are on page 1of 11

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Jepri irianto

NIM 202106020160

TEORI MODEL MADELEINE LEININGER


2022
Madeleine M. Leininger (1925-2012) adalah seorang perawat dan antropolog
Amerika, penulis yang disebut keperawatan transkultural. Lahir di Nebraska, ia
menjadi perawat profesional pertama yang memperoleh gelar PhD dalam
antropologi, menyatukan kedua disiplin ilmu dalam pekerjaannya.
Setelah memperoleh gelar dalam Ilmu Biologi, ia menjadi bagian dari staf
perawat rumah sakit di Omaha. Tidak lama kemudian, ia belajar keperawatan
psikiatris, menjadi pelopor dalam pembentukan program khusus klinis dalam
perawatan psikiatrik anak.

Perjalanannya ke seluruh dunia, di mana ia mempelajari beragam budaya dan


kelompok etnis, memberinya dasar untuk mengembangkan teorinya yang
paling terkenal: keperawatan transkultural. Ini, secara umum, menyatakan
bahwa pasien sendiri dapat membimbing perawat mereka tentang perawatan
apa yang paling tepat untuk mereka tergantung pada budaya mereka.
Penerapan teori ini dilakukan mengikuti apa yang disebut Model Matahari
Terbit. Ini mendefinisikan orang sebagai individu yang tidak terpisahkan dari
warisan budaya dan struktur sosial mereka. Ini adalah sesuatu yang, menurut
penulis, harus diperhitungkan ketika memberikan perawatan kesehatan
 Konsep Awal
 Ø Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi, tapi
konsep teori ini relevan untuk keperawatan.
 Ø Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai
area yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus pada
komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur
dengan menghargai prilaku caring, nursing care dan nilai
sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan
perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk
kultur yang spesifik dan kultur yang universal dalam
keperawatan.
 Ø Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah
kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur.
 Ø Culture care adalah teori yang holistic karena meletakkan
didalamnya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan
berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan
 Paradigma Keperawatan Teori Keperawatan Leininger

 a. Manusia / pasien
 b. Kesehatan
 b. Kesehatan
 d. Keperawatan
 Konsep Utama Teori Transkultural
 1. Culture Care
 2. World View
 3. Culture and Social Structure Dimention
 4. Generic Care System
 5. Profesional system
 6. Culture Care Preservation
 7. Culture Care Acomodation
 8. Cultural Care Repattering
 9. Culture Congruent / Nursing Care
 Analisis Teori Transcultural Nursing
 1. Kemampuan teori menghubungkan konsep
dalam melihat penomena
 2. Tingkat Generalisasi Teori
 3. Tingkat Kelogisan Teori
 4. Testabilitas teori
 5. Kemanfaatan Teori bagi Peningkatan Body Of
Knowledge
 6. Kemanfaatan Teori pada Pengembangan
Praktek Keperawatan
 7. Konsistensi Teori
1. Faktor Teknologi ( Technological
Factors )

2. Faktor keagamaan dan falsafah


hidup ( Religous and Philosofical
Factors)

3. Faktor sosial dan keterikatan


keluarga (Kinship and Social Factors)

4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup


(Cultural Values and Lifew
ays)
5. Faktor peraturan dan kebijakan
(Polithical and Legal Factor)

6. Faktor ekonomi ( Economical Faktor )

7. Faktor pendidikan (Educational Factor)


Contoh kasus
 Pengkajian
 a) Faktor Teknologi (technological factors) Selama ini Tn X
merasa sehat. Jika sakit hanya minum air ZamZam. Pasien
jarang minum obat, pasien tidak pernah mencari informasi
melalui internet karena tidak menggunakan gatdge, hanya
menerima saran dari orang lain, tidak pernah medical chek up
dan Tn X jarang berolahraga

 b) Faktor Agama dan Falsafah Hidup (religious and


Philosophical factors)Pasien beragama islam, menurut Tn X
bahwa suntik insulin tidak diperbolehkan oleh agama karena
mengandung minyak babi. Untuk transfusi tidak dianjurkan
oleh agama, karena darah itu darah orang lain yang tidak tau
asal usulnya. Pasien menolak amputasi karena menurut
keyakinannya, manusia meninggal harus keadaan utuh atau
lengkap. Tn X merasa sedang tidak sakit, hanya mendapat
ujian dari tuhan.
 c) Faktor Sosial dan Kekeluargaan ( social and kinship factor ) Pasien
selalu mengambil keputusan secara mandiri, pasien juga sering
berkomunikasi dengan orang lain dan keluarga. Pasien berperan penting
sebagai pengelola madrasah ternama didaerahnya. Tn X dan keluarga
sering mengikuti kegiatan rutin pengajian dan berperan sebagai
pembicara utama dalam ceramah, selain sebagai pengelola madrasah Tn
X juga aktif dalam organisasi keagamaan.

 d) Faktor Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural values & Lifeways)
Sebelum sakit pasien jarang berolah raga, tidak suka minum air putih,
hanya minum teh dan kopi, menurutnya dilingkungan tempat tinggal Tn
X, saat di opname tidak boleh memotong kuku dan memebersihkan diri
karena sangat dipercayai akan menyebabkan lama dalam proses
penyembuhan dan ada kepercayaan bahwa pulang hari selasa akan
menyebabkan sial saat perjalanan. Tn X juga tidak mau melakukan HD
karena Menurutnya orang yang cuci darah akan segera meninggal, selain
itu Tn X gemar meminum teh dan kopi, dan tidak suka dengan air putih.
 e) Faktor kebijakan dan peraturan Rumah Sakit ( Political and
Legal factors) Tn X memiliki 7 orang anak dan tidak mengikuti
program KB yang di anjurkan dari pemerintah karena tidak
sesuai dengan keyakinannya. Keluarga Tn X juga kurang
mematuhi aturan di RS terhadap batasan jumlah penunggu dan
larangan membawa anak kecil dilingkungan RS.

 f) Faktor Ekonomi (Economical Factor) Pasien bekerja sebagai


pengelola madrasah ternama sudah naik haji sebanyak 2 kali

 g) Faktor pendidikan (educational factors) Pasien seorang


lulusan pondok pesantren, sejak usia 6 tahun pasien sudah
tinggal jauh dari keluarga dan hidp di pondok pesantrebn sejak
15 tahun, Tn X kurang koperatif terhadap pendidikan kesehatan
yang diberikan oleh petugas kesehatan, klin selalu memandang
kesehatan dari keyakinan agamanya

You might also like