Professional Documents
Culture Documents
Pertemuan Ke 7
Pertemuan Ke 7
Pertemuan ke 7
1
Enhancer Absorpsi Perkutan
( Percutaneous Absorption Enhancers)
Kalangan ilmu farmasi sangat berminat untuk mengembangkan
peningkat permeasi kimia dan metode fisika yang dapat
meningkatkan absobsi bahan obat secara perkutan.
Enhancer dapat meningkatkan absorpsi perkutan dari obat-obat
Meliputi: Enhancer kimia dan fisika
Enhancer kimia meningkatkan permeabilitas kulit dari barrier
epitel melalui perusakan atau perubahan sifat-sifat fisikokimia
yang reversibel dari stratum corneum untuk mengurangi
ketahanan difusi.
Enhancer fisika: menggunakan arus listrik, vibrasi dan panas
2
Strategi pendekatan peningkatan penetrasi kulit (Penetration Enhancer)
3
Penggolongan Enhancer Kimia
1. Surfaktan : Anionik : Dioctyl Sulfosuccinate, Sodium lauryl sulfate
non ionik ( Pluronic F 127, Tween 80, polisorbat)
2. Garam-garam empedu dan derivatnya: Na.gliakolat,
Na.deoksikolat.
3. Asam-asam lemak dan derivat-derivatnya: Asam oleat, asam kaprilat.
4. Bahan Pengkhelat: Na EDTA, Asam sitrat
5. Sulfoksida : DMSO, DMA, DMF (dimetil formamida)
6. Aceton,
7. Alkohol : Etanol, Isopropanol
8. Lain-lain: Urea dan derivat-derivatnya
terpen dan terpenoid (limonen, karvone)
Fosfolipid, Air, ester ( isopropilmiristat)
9. Amin dan amida (Azone, N-methylpyrrolidone)
10. Polietilen glikol, propilen glikol
4
Mekanisme kerja enhancer kimia
Berdasarkan konsep partisi lemak-protein, ada tiga
mekanisme kerja enhancer yaitu:
1. Enhancer mengubah struktur lipid stratum korneum dan
menjadikannya permeabel terhadap obat. Banyak enhancer
bekerja dengan cara ini misalnya: Azone, terpen, asam lemak,
dimetil sulfoxide (DMSO) dan alkohol.
2. Enhancer berinteraksi dengan keratin pada korneosit dan
membuka struktur protein yang padat sehingga membuatnya
lebih permeabel. Contohnya : surfaktan ionik, desil metil
sulfoksida dan DMSO.
3. Beberapa pelarut mengubah sifat kelarutan dari lapisan tanduk
dengan demikian meningkatkan partisi obat. Etanol
meningkatkan penetrasi nitrogliserin dan estradiol melalui
stratum korneum (Jadhav, 2012).
5
6
Enhancer (Peningkat Penetrasi )yang ideal
1. Tidak toksik, tidak mengiritasi kulit, tidak menyebabkan alergi
2. Aksinya sebaiknya cepat dan durasi efeknya dapat diprediksi dan
reprodusibel
3. Pemulihan dari sifat-sifat dari barrier normal setelah diangkat sediaan
(penggunaan transdermal tidak meninggalkan bekas atau menyebabkan
kulit rusak
4. Penetrasi bekerja satu arah, yaitu dapat membantu masuknya zat dari luar
ke dalam tubuh, tapi mencegah keluarnya material endogen dari dalam
tubuh
5. Memberikan rasa nyaman saat digunakan dikulit
6. Memiliki efikasi yang baik dan kompatibel secara fisika dan kimia dari
obat dan bahan tambahan
7. Bersifat inert tidak memberikan aksi farmakologi di dalam tubuh
8. Tidak mahal, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna (Ramteke, dkk.,
2012).
7
Air
•Kadar air stratum korneum manusia adalah biasanya sekitar
15-20% dari berat kering jaringan.
•Memerendam kulit dalam air, memaparkan membrannya kelembaban tinggi
atau memungkinkan stratum korneum untuk mencapai kadar air dalam
keseimbangan dengan sel-sel kulit epidermis yang mendasarinya.
•Kandungan air meningkat hingga 400%
•Secara umum, peningkatan hidrasi jaringan tampaknya meningkatkan
penghantaran transdermal baik hidrofilik & lipofilik.
•Air yang ada di stratum korneum ada dalam dua bentuk, terikat
& bebas
Mekanisme kerja:
• Bentuk bebas air bertindak sebagai pelarut untuk kemampuan permeasi
bahan polar untuk berdifusi
• Corneocytes mengambil air dan mengembang, pengembangan dari sel ini
akan berdampak pada struktur lipid antara korneosit menyebabkan beberapa
gangguan pada lapisan ganda
8
Sulfoksida dan derivat-derivatnya
•Dimetil sulfoksida (DMSO) digunakan di banyak bidang ilmu
farmasi sebagai '' pelarut universal ''.
•Efeknya bergantung pada konsentrasi (> 60% diperlukan untuk
kerja yang optimal).
•Pada konsentrasi tinggi , mungkin mendenaturasi protein.
Mekanisme Kerja Sulfoksida:
•mendenaturasi protein, mengubah konfirmasi keratin dari –
heliks ke - ß sheet.
•berinteraksi dengan kelompok kepala dari beberapa lapisan ganda
lipid untuk mendistorsi geometri
•juga dapat memfasilitasi partisi obat
9
Azone
• Mempromosikan fluks baik hidrofilik & lipofilik.
• Sangat lipofilik
• Efektif pada konsentrasi rendah (0,1 – 5%).
• Larut dalam & kompatibel dengan sebagian besar pelarut organik.
• Meningkatkan permeasi steroid, antivirus & antibiotik.
Mekanisme kerja:
• Berinteraksi dengan domain lipid stratum korneum.
• Partisi ke dalam lapisan ganda lipid untuk mengganggu susunan.
Asam lemak
• Efektif pada konsentrasi rendah (<10%)
• Digunakan baik untuk obat hidrofilik & lipofilik.
• Digunakan untuk estradiol, asiklovir, 5 FU, asam salisilat.
Mekanisme kerja:
•Berinteraksi dengan & memodifikasi domain lipid stratum
10
Alkohol,Fatty Alkohol, dan Glikol
•dalam Etanolpatch.
paling sering digunakan
•estardiol,
Digunakan untuk levonorgestrol,
5 FU, dll. pada
•konsentrasi,
Efeknya bergantung
pada konsentrasi tingkat
tinggi menyebabkan dehidrasi membran
biologis
•konsentrasi & mengurangi
Diterapkan dalam permeasi.
rentang
Mekanisme dari 1 – 10%.
kerja:
••Bertindak sebagai
Mengubahkesifat pelarut.
kelarutan jaringan
mengarah
partisi perbaikan dalam
obat.
•membantu
Sifat etanoldalam
yang mudah menguap
aktivitas memodifikasi
termodinamika obat.
•etanol
Karenameningkat
penguapanmemberikan
konsentrasi obat
keadaan
lewat jenuh dengan penggerak
lebih
•menguapbesar.
Sebagai pelarut yang mudah fraksi
lipid dari dapat mengekstrak
kulit
11
Surfaktan:
Terdiri dari rantai samping alkil atau aril dengan gugus kepala
kutub polar
Mekanisme kerja:
•Melarutkan bahan aktif lipofilik & juga memiliki
potensi untuk melarutkan lipid dalam stratum korneum
Fosfolipid:
•Umumnya digunakan sebagai vesikel (liposom) untuk
membawa obat.
• Dalam bentuk non-vesikular sebagai peningkat penetrasi
Mekanisme kerja:
• Menutup permukaan kulit (Oklusif) & dengan demikian
meningkatkan hidrasi jaringan
12
Peningkatan Penetrasi(Enhancer) fisik
1. Ionthoporesis
2. Ultrasound (sonoporesis)
3. Electroporasi
4. Microporasi
5. Micronedles
Ionthoporesis: proses dari peningkatan permeasi
dari obat-obat yang bermuatan dengan menggunakan
aliran listrik.
Ionthoporesis transdermal ini terutama bermanfaat
Untuk penghantaran:
• obat-obat hidrofilik yang dihasilkan dengan
bioteknologi (peptida dan oleigonuklei-
tida.
• Juga bermanfaat untuk pengobatan penyakit kulit
Seperti kanker kulit, psoriasis, dermatitis.
13
Ionthoporesis
• Ionthoporesis menggunakan dua
elektroda katoda dan anoda yang
mana yang kontak dengan suatu
reservoir yang mengandung obat yang
akan dihantarkan sebagai suatu
larutan dalam air yang konduktif listrik.
• Reservoir yang mengandung obat
kontak dengan elektroda yang
bermuatan sama (active electrode),
sementara electroda yang lain (pasive
electrode)
• Suatu potensial listrik digunakan
melewati elektroda yang
menyebabkan arus mengalir melewati
kulit yang memfasilitasi penghantaran
obat oleh tolakan.
• Elektroda aktif akan menolak obat dan
mendorong masuk ke dalam kulit 14
Mekanisme peningkatan penetrasi obat dengan
Ionthoporesis
Peningkatan penetrasi obat dengan ionthoporesis dapat disebabkan mekanisme
sbb:
• Obat didorong melewati kulit dengan penolakan elektronik yang sederhana
dari muatan yang sama. Obat-obat anionik dapat melewati kulit dengan
menggunakan elektroda yang bermuatan negatif. Demikian juga obat-obat
kationik dapat melewati kulit bila digunakan elektroda yang bermuatan
positif.
• Aliran listrik meningkatkan permeasi dengan menghambat kemampuan
kulit sebagai barrier pelindung.
• Ionthoporesis menyebabkan air, sebagai enhancer penetrasi untuk masuk
ke stratum corneum melalui elektroosmosis
Obat-obat seperti lidocaine, asam amino, peptida dan insulin diberikan melalui
injeksi, karena metabolime yang cepat dan absorpsi yang jelek pada
pemberian oral. Obat-obat ini sukar diabsorbsi dari rute transdermal, karena
ukuran molekul yang besar, karakter ionik dan ketidakmampuan penetrasi dari
kulit, sehingga dapat ditingkatkan penetrasi dengan metode elektroporesis.
Contoh obat-obat lain : Lidokain, asam amino, dexamethasone, verapamil
15
Variabel-Variabel yang mempengaruhi Ionthoporesis
• Arus listrik ( langsung,bolak balik, atau pulsed ) beberapa mm amper
• Faktor biologi: (ketebalan, permeabilitas, dan pori dari kulit)
• Faktor fisikokimia : (muatan, ukuran, struktur dan lipophilicity dari obat
dengan ukuran molekul yang kecil atau besar). Obat harus larut dalam air,
dosis rendah dan terionisasi dengan densitas muatan yang tinggi
• Formulasi (konsentasi obat, ph, kekuatan ionik, dan viskositas
a. Kenaikan konsentrasi obat menghasilkan penghantaran obat yang semakin
besar
b. Adanya ion buffer dalam formula akan berkompetisi dengan obat untuk
arus
penghantaran dan mengurangi jumlah obat yang dihantarkan, khususnya
karena ion buffer adalah lebih kecil dan lebih gesit dibanding obat yang
lebih besar. pH larutan dapat diatur dan dipertahankan dengan molekul yang
lebih besar spt etanolamin; etanolamin HCl.
c. Kenaikan kekuatan ionik dari sistem akan menaikkan kompetisi untuk arus
yang tersedia terutama apabila obat adalah potent dan dalam konsentrasi
yang kecil.
16
Sonoporesis(phonophoresis)
17
Sonoporesis(phonophoresis)
Sonophoresis adalah pergerakan molekul obat melalui kulit di bawah
pengaruh ultrasound (menggunakan gelombang suara). Teknik ini
menggunakan suatu gelombang tekanan frekuensi rendah kurang dari 100
kiloHertz (mis 20 kilohertz).
20
Sonoporesis Ionthoporesis
Meningkatkan migrasi dari molekul- Pergerakan dari ion-ion yang larut melalui
molekul obat melalui kulit dengan energi suatu membran dibawah perbedaan
ultrasonik potensial yang diterapkan secara eksternal
Menggunakan energi aqoustik (ultrasound) Menggunakan aliran elektrik untuk
mendorong molekul-molekul masuk ke mengangkut ion-ion kedalam jaringan
jaringan
Parameter ultrasound : energi dosis, Parameter elektrisitas meliputi kepadatan
frekuensi, intensitas,kekuatan pulsa, arus, profile arus, lamanya pengobatan,
panjangnya tranducer dari kulit adalah bahan dan polaritas elektroda merupakan
kritis untuk efisiensi sonoporesis kritis untuk efisiensi ionthoporesis
Menggunakan ultrasound antara 20 KHz Menggunakan arus listrik langsung antara
sampai 20 MHz 0,5 mA sampai 5 mA
Obat dicampur dengan bahan coupling Obat dicampur dengan pelarut
seperti gel , krem atau salap
Mekanisme terutama adalah cavitation Mekanisme terutama elektroporasi
Obat dalam berair atan non air, bentuk ion Obat dalam berair dan bentuk terion
atau tak terion
Meningkatkan partisi, lipid bilayer dirusak, Lipid bilayer dirusak, elektroosmosis dan
Keratin denaturasi dll. lain-lain
21
Elektroporasi
22
23
Elektroporasi
24
Micronedles
Micronedles digunakan dalam TDD dapat dibuat
dengan bermacam-macam bahan biokompatibel
meliputi bahan2
1. ceramics (silikon, silikon dioksida dll),
2. logam (nikel, stainless steel, dll), dan
3. polimer (poly-lactic acid, carboxy-methyl-
cellulose, maltose, poly-vinyl-pyrrolidone
Panjang jarum dari 10-100 mikrometer
25
26
• Metode penghantaran obat transdermal berdasarkan
patch microneedle, dan metode fabrikasi padatan
dan microneedle berongga.
• Microneedles bisa memberikan beberapa ribu kali
peningkatan permeabilitas kulit untuk bahan kimia
makromolekul.
• Selain itu, ukurannya microneedle kurang dari 1 mm,
sehingga diharapkan dapat mengurangi nyeri dan
rasa takut.
• Microneedles akan memainkan peran penting dalam
pengembangan masa depan sistem pengiriman obat
transdermal dengan biaya rendah dan efisiensi tinggi.
•
27
28
Pendekatan Formulasi
Peningkatan penetrasi dengan pendekatan formulasi spesial adalah
terutama berdasarkan penggunaan dari pembawa kolloidal. Partikel-
partikel ukuran submikron dimaksudkan untuk transport molekul-
molekul obat yang terjerat kedalam kulit. Pembawa-pembawa
demikian meliputi liposomes, transferosomes, ethosome,
niosomes, nanoemulsions, dan solid-lipid nanopartikel.
Liposomes terbuat dari phospholipid dan cholesterol, terdiri dari
bagian hidrofilik dan lipofilik dan berperan sebagai pembawa untuk
obat-obat polar dan non polar. Liposome terjerat dalam lapisan atas
dari sel-sel stratum corneum dan berinteraksi dengan lipid kulit
untuk melepaskan obatnya.
Transferosome : liposome yang dimodifikasi yang dapat
meningkatkan penetrasi obat melalui kulit. Terdiri dari phospholipid,
cholesterol, dan molekul-molekul surfaktan seperti natrium cholate.
29
Pendekatan Formulasi
Ethosome adalah liposome yang terdiri dari phospholipid, alkohol
dalam konsentrasi yang relatif tinggi, kadang-kadang glycols, dan air.
Ini dapat meningkatkan penetrasi sampai jaringan yang dalam dan
sirkulasi sitemik.
Niosomes: vesikel yang terdiri dari surfaktan nonionik yang telah
dievaluasi sebagai pembawa untuk beberapa obat dan kosmetik.
Microemulsi terdiri air, minyak, dan surfaktan yang mana
memberikan suatu cairan yang stabil dan transparan secara
thermodinamik.
Peningkatan penetrasi dari mikroemulsi terutama disebabkan
kenaikan konsentrasi obat yang memberikan suatu gradien
konsentrasi dari pembawa ke kulit.
Solid lipid nanopartikel telah diteliti sebagai pembawa untuk
meningkatkan penghantaran kulit dari sunscreen, vitamin A dan E,
Tripolide dan glucocorticoids.
30
Jenis-Jenis patch transdermal
1. Obat-dalam-Perekat satu lapis
3. Reservoir
32
Evaluasi Transdermal Patch
• Evaluasi fisikokimia
• Evaluasi in vitro
• Evaluasi in vivo
Evaluasi fisikokimia
a. Ketebalan: ketebalan film transdermal ditentukan dengan travelling
microscope, atau mikrometer sekrup pada 5 titik2 yang berbeda dari film.
b. Keseragaman berat: Variasi berat dipelajari dengan menimbang 10
masing-masing yang dipilih secara acak dan menghitung berat rata-rata.
Berat masing-masing tidak boleh menyimpang secara signifikan dari berat
rata-rata
c. Penentuan kadar obat: Bagian film yang ditimbang secara akurat
(sekitar 100 mg) dilarutkan dalam 100 mL pelarut yang sesuai di mana
obat larut dan kemudian larutan dikocok terus menerus selama 24 jam
dalam inkubator pengocok. Kemudian seluruh larutan disonikasi.
Setelah sonikasi dan penyaringan selanjutnya, obat dalam larutan
ditentukan secara spektrofotometri dengan pengenceran yang tepat
33
Evaluasi Transdermal Patch (fisikokimia)
d. Uji keseragaman konten: 10 patch dipilih dan konten ditentukan untuk masing-
masing patch. Jika 9 dari 10 patch memiliki konten antara 85% hingga 115% dari
nilai yang ditentukan dan satu konten tidak kurang dari 75% hingga 125% dari nilai
yang ditentukan, kemudian memenuhi keseragaman konten. Tetapi jika 3 patch
memiliki kandungan dalam kisaran 75% hingga 125%, maka 20 patch tambahan diuji
untuk kandungan obat. Jika 20 patch ini memiliki kisaran dari 85% hingga 115%,
maka transdermal patch memenuhi uji.
e. Kekuatan Tarik: Untuk menentukan kekuatan tarik, film polimer dilapisi secara
terpisah oleh pelat besi linier yang disumbat. Salah satu ujung film dijaga tetap
dengan bantuan layar besi dan ujung lainnya terhubung ke benang bebas bergerak di
atas katrol. Bobot ditambahkan secara bertahap ke wajan yang dilikatkan dengan
ujung gantungan. Pointer pada benang digunakan untuk mengukur perpanjangan
film. Bobot yang cukup untuk memecahkan film dicatat.
Kekuatan tarik dapat dihitung menggunakan persamaan berikut. Kekuatan tarik = F /
a.b (1 + L / l)
F adalah gaya yang diperlukan untuk putus;
a adalah lebar film; b adalah ketebalan film;
L adalah panjang film;
l adalah perpanjangan film pada break point. 34
Evaluasi Transdermal Patch
f. Kandungan kelembaban (:Percentage moisture content)
Film yang disiapkan ditimbang masing-masing dan disimpan
dalam desikator yang mengandung kalsium klorida pada suhu
kamar selama 24 jam. Film-film ditimbang lagi setelah interval
yang ditentukan sampai mereka menunjukkan bobot konstan.
Persentase kadar air dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
% Kadar air = Berat awal – Berat akhir X 100
Berat awal
g. Persentase serapan kelembaban (Percentage moisture uptake)
- Film yang telah ditimbang dipaparkan kelembaban relatif 84
persen menggunakan kalium klorida setelah 24 jam di desikator.
Film-film tersebut ditimbang kembali setelah beratnya
bertambah stabil.
Persentase penyerapan air = Berat akhir – Berat awal X 100
Berat awal
35
Evaluasi Transdermal Patch (fisikokimia)
h. Sifat kelekatan: Ini adalah kemampuan polimer untuk melekat pada substrat
dengan sedikit tekanan kontak. Kelekatan ini tergantung pada berat molekul dan
komposisi polimer serta pada penggunaan resin pengikat dalam polimer.
36
I. Pengembangan (Swelling)
Tes ini dilakukan untuk memeriksa pengembangan patch karena adanya
polimer. Pengembangan patch diukur dengan menempatkan patch dari
masing-masing formula dengan ukuran 2 x 2 cm2 ke dalam cawan petri yang
berisi larutan buffer fosfat pH 7,4. Bobot patch ditimbang setiap 5 menit,
sebelum ditimbang patch dikeringkan terlebih dahulu dengan tissue.
Penimbangan dilakukan hingga berat konstan. Derajat pengembangan
dihitung dengan menggunakan persamaan (Lakhani, et al., 2015) :
Evaluasi in vitro:
1. Studi pelepasan obat in vitro
2. Studi permeasi kulit in vitro
3. Studi iritasi kulit
38
Efikasi dari sediaan semisolid topikal
39
Pengukuran pelepasan obat
Step 1: Pelepasan obat dari sediaan semisolid
Obat harus dilepaskan, sebelum ia dapat berdifusi
kedalam dan menjadi bioavailabel dalam kulit
Pelepasan obat dari sediaan adalah sangat penting
untuk efikasi sediaan semisolid topikal
Pengukuran pelepasan obat dari formulasi adalah
penting pada pengembangan produk obat topikal
untuk mempertahankan kualitasnya
40
Pengujian pelepasan in vitro
Pengujian pelepasan in vitro digunakan untuk memantau
pelepasan dan difusi dari bahan obat dari suatu sediaan semi
solid.
- Prinsip adalah menentukan diffusi bahan obat dari suatu
matriks semi solid melewati suatu membran kedalam media
reseptor yang tepat
Meskipun laju pelepasan diukur dengan Uji pelepasan in vitro
tidak mencerminkan nasib in vivo dalam penghantaran obat,
pengujian dapat menentukan :
- perbedaan antara laju pelepasan yang mungkin terjadi
disebabkan perubahan formulasi
- perbedaan dalam berbagai sifat-sifat fisikokimia dari produk
obat
41
Studi pelepasan obat in vitro
• Berdasarkan USP
Film transdermal ditempelkan ke kaca obakek, lalu direndam
dalam media disolusi buffer fosfat dengan pH 7,4 suhu 37°C,
diaduk 50 rpm selama 24 jam, 5 ml sampel diambil dan volume
buffer yang setara diambil ditambahkan ke media disolusi.
Pelepasan Obat kumulatif dihitung setelah analisis
spektrofotometri.
42
Uji penetrasi transdermal secara in vitro
Membran
biologis
Tebal 0,42 mm Dapar fosfat
pH 7,4
50