You are on page 1of 15

Menjadi Intelektual Profetik

Arin Setiyowati, SHI., MA.

Disampaikan dalam;
DAD IMM Al-Qossam FAI UMSurabaya
Ilmu Sosial Profetik - Kuntowijoyo
• Kuntowijoyo (1943-2005) sebagai pemikir muslim Indonesia yang mencetuskan pemikiranya
mengenai ilmu sosial profetik.
• Diinspirasi dari tulisan-tulisan Roger Garaudy dan Muhammad Iqbal.
• Dari pemikiran Garaudy, Kuntowijoyo mengambil fisafat profetiknya. Filsafat Barat Jenuh diantara
dua kutub idealis dan materialis tidak terkecuali dalam ranah klaim kebenaran pengetahuan
• Garaudy menghadirkan satu kemungkinan alternatif terkait kenabian (wahyu) itu dimungkinkan?
Padahal, Filsafat Barat telah membunuh Tuhan dan manusia, karena itu ia mengajukan filsafat
kenabian dengan mengakui wahyu.
• Pemikiran Kuntowijoyo ini merupakan sebuah respon terhadap perkembangan arus pemikiran
diera postmodernisma
• Kuntowijoyo kemudian merumuskan tiga pilar ilmu sosial profetik yaitu: humanisasi,
liberasi, dan transendensi dari misi historis Islam bagaimana terkandung dalam al-Quran.
• Melalui transendensi, Kuntowijoyo hendak menjawab problem hubungan agama dan ilmu
sosial.
• Kuntowijoyo memaknai transendensi dalam arti keimanan kepada Allah yang diderivasikan
dari Surat Ali Imran ayat 110
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah
dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
• Ketiga pilar Kuntowijoyo dipakai sebagai landasan untuk mengembangkan ilmu sosial
profetik, serta akan menjadi ciri peragdigmatisnya.
• Transendensi harus menjadi dasar dari dua unsurnya yang lain sebagai bukti perhatian
Kuntowijoyo terhadap signifikansi agama dalam proses theology bulding dalam ilmu sosial.
What’s Ilmu Sosial Profetik?
• suatu disiplin ilmu sosial yang menjadikan dimensi transedental sebagai
landasanya.
• merupakan alternative di tengah-tengah perkembangan berbagai ilmu
pengetahuan yang cendrung bersifat positivis.
• Nilai-nilai transedental dalam ilmu sosial profetik Kuntowijoyo ini mengadopsi
suatu ajaran yang besumber dari teks keagamaan otoritatif (yakni alquran dan
hadist), yang dijadikan sebagai dasar pijakan proses tranformasi humanisasi,
liberasi. Sehingga ia menjadi suatu pengetahuan yang memiliki nilai-nilai
keilahian, yang pada dasarnya keimanan dan tauhid kepada Allah SWT.
• Ilmu sosial selama ini dikembangkan dengan asumsi bahwa ilmu dan agama adalah dua hal yang terpisah
(positivisme).
• Dampak dari kemunculan peradaban modern yang diawali dengan konflik hebat antara ilmu pengetahuan dan
gereja, modernisme juga bisa dikatakan differentiation (pemisahan)
• Peminjaman metodologi dari Barat memang tidak dapat dihindarkan. Tapi ada beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh para ahli ilmu-ilmu sosial dunia ketiga, diantaranya;
1. Merumuskan dan menghayati nilai-nilai yang bersumber pada ajaran ajaran agama, guna mengetahui
pandangan dunia, cita-cita dan motivasi pelaku- pelaku perubahan sosial masyarakat dunia ketiga.
2. Mempelajari proses sejarah dan kondisi yang dialami oleh masyarakat didunia ketiga sehingga dapat
diketahui, mengapa pelaku perubahan sosial berpikir, bersikap dan bertindak sebagaimana mereka
melakukan hal itu.
3. Mengindentifikasikan struktur kelembangan yang memuat dan merefleksikan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat setempat.
Dari situlah muncul pribumisasi ilmu sosial, walau sulit.
• Kata profetik berasal dari bahasa Inggris “prophet”, yang berarti nabi.
• Menurut Ox-ford Dictionary “prophetic” adalah (1) “Of, pertaining or proper to a
prophet or prophe-cy”; “having the character or function of a prophet”; (2)
“Characterized by, containing, or of the nature of prophecy; predictive”.
• Jadi, profetik adalah mempunyai sifat atau ciri seperti nabi, atau bersifat prediktif,
memrakirakan.Profetik di sini dapat kita terjemahkan menjadi “kenabian”
• Nabi adalah seorang manusia pilihan yang sadar sepenuhnya dengan tanggung
jawab sosial. Ia bekerja kembali dalam lintasan waktu sejarah, hidup dengan
realitas sosial kemanusiaan dan melakukan kerja-kerja transformasi sosial.
Seorang nabi datang dengan membawa cita-cita perubahan dan semangat
revolusioner.
• dari Muhammad Iqbal, Kuntowijoyo mengambi etika profetiknya, (buku the
reconstructionof religious thought in Islam), Iqbal mengutip kata-kata Abdul
Quddus, Etika profetik seperti inilah yang mendasari lahirnya ilmu sosial profetik.
• Ilmu sosial profetik dimunculkan sebagai sebuah alternative kreatif ditengah
konstelasi ilmu-ilmu sosial yang mempunyai kecendrung positivistik dan hanya
berhenti pada usaha untuk menjelaskan atau memahami realitas secara
deskriptif untuk kemudian memaafkan keberadaanya
• Ilmu sosial seyogyanya menjadi kekuatan intelektual dan moral. tujuannya lebih
pada usaha untuk proses transformasi sosial. Ilmu sosial tidak boleh tinggal diam
atau value neutral tapi berpihak, dengan semangat inilah ilmu sosial profetik
digulirkan.
• Kuntowijoyo kemudian merumuskan tiga pilar ilmu sosial profetik yaitu: humanisasi,
liberasi, dan transendensi dari misi historis Islam bagaimana terkandung dalam al-
Quran.
• Melalui transendensi, Kuntowijoyo hendak menjawab problem hubungan agama dan
ilmu sosial.
• Kuntowijoyo memaknai transendensi dalam arti keimanan kepada Allah yang
diderivasikan dari Surat Ali Imran ayat 110
• Ketiga pilar Kuntowijoyo dipakai sebagai landasan untuk mengembangkan ilmu sosial
profetik, serta akan menjadi ciri peragdigmatisnya.
• Transendensi harus menjadi dasar dari dua unsurnya yang lain sebagai bukti perhatian
Kuntowijoyo terhadap signifikansi agama dalam proses theology bulding dalam ilmu
sosial.
• Konsep humanisasi adalah terjemahan kreatif dari amar al ma’ruf yang makna asalnya menganjurkan
menegakkan kebajikan.
• Ssecara etimologi, humanisasi berasal dari bahasa latin, humanitas yang artinya “makhluk manusia”,
“kondisi menjadi manusia”
• Secara terminologi berarti memanusiakan manusia, menghilangkan kebendaan, ketergantungan,
kekerasan, dan kebencian dari manusia.
• menurut Kuntowijoyo, konsep humanisasi ini berakar pada humanisme-teosentris, Humanisme-
teosentris, maksudnya adalah manusia harus memusatkan diri kepada Tuhan, tetapi tujuannya adalah
untuk kepentingan manusia sendiri.
• Artinya keyakinan religius yang berakar pada pandangan teosentris, selalu dikaitkan dengan amal atau
perbuatan manusia, keduanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. humanisme-teosentris
inilah yang merupakan nilai inti (core-value) dari seluruh ajaran Islam.
• Liberasi (pembebasan), bertujuan membebaskan bangsa dari kekejaman
kemiskinan, keangkuhan tegnologi, dan pemerasan kelimpahan. Kita menyatu
rasa dengan mereka yang miskin, mereka yang terperangkap dalam kesadaran
teknokratis, dan mereka yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa.
• Tujuan transendensi menambah dimensi transentral dalam kebudayaan
Transformasi Intelektual Profetik
Bentuk kesadaran kolektif untuk mengusung intelektual profetik sebagai fondasi

Pemikiran dalam Segala hal yang terwujud Untuk mentransformasikan Seperti gerakan sosial Hanya dengan gerakan dan
memandang sebuah dari aktivitas kita agenda ini, maka diperlukan profetik, atau dalam kepemimpinan profetik-lah,
permasalahan ummat merupakan produk dari sebuah wadah konteks yang lebih besar gagasan- gagasan profetik
alam pikiran yaitu kepemimpinan dapat di- Indera-kan
profetik menjadi nyata

Intelektual profetik dapat dilihat, dicium, diraba,


dirasa, dan didengar secara sederhana,
Intelektual profetik dapat Contoh ruang lingkup; kehidupan sehari-hari,
ibadah, pendidikan, sosial, hingga kebijakan
bertransformasi menjadi publik.

sebuah bentuk nyata


Implementasi Intelektual Profetik

1. Urusan Makan 1. Undang-Undang


Intelektual kita akan memilih menu yang tentang lokalisasi judi dan lokalisasi PSK yang beberapa
bergizi dan baik untuk kesehatan namun secara waktu lalu sempat menjadi perbincangan. Secara nalar
profetik kita juga akan memilih yang halal dan akal, lokasisasi maksiat disinyalir dapat memudahkan
bermanfaat, tak lupa berdoa dan makan dengan pengawasan pemerintah, terlebih jika diterapkan pajak,
etika yang diajarkan islam. secara otomatis dapat menambah pendapatan daerah

2. Pendidikan 2. Sisi inter-relasi sosial


Seorang guru yang intelektual profetik, bagaimana seorang individu/kelompok
tentu tidak akan terkurung oleh ide-ide dan memandang sebuah perbedaan. Toleransi
teori yang hanya berorientasi barat, akan adalah kunci untuk hidup berdampingan,
tetapi juga akan mentadabburi ayat-ayat namun tetap menjaga batas-batas aqidah agar
quran untuk mengkonfirmasi tak terjebak pada toleransi (pluralisme) sesat
beragam teori tersebut

3. Kebijakan Publik 3. Gerakan Sosial


Pembangunan inovatif bukan sekedar dalam hal ini memandang intelektual profetik
berorientasi nilai ekonomi, tetapi juga berorietasi sebagai gerakan yang mempertemukan nalar
pada nilai ekologis. Pemeliharaan lingkungan akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan,
merupakan salah satu yang “diwahyukan” untuk perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan
dikerjakan. Hablum minal alam. Pembangunan pemberdayaan manusia secara organik
profetik akan meminimalisir kerusakan
lingkungan.
Secara intelejensia, gagasan “intelektual profetik” berangkat dari pemikiran Prof. Dr.
Kuntowijoyo yang bertajuk “Ilmu Sosial Profetik”, gagasan ISP sendiri juga dipengaruhi oleh
tulisan- tulisan Muhammad Iqbal dan Roger Garaudy.

Humanisasi merupakan istilah Inti ajaranya berisi tentang Bukan humanisme-


untuk menggambarkan peran konsep humanisme-teosentris, antroposentris yang dibuat oleh
umat sebagai penyeru amar humanisme yang berasal dari kelompok anti-tuhan
ma’ruf aturan tuhan

Konsep ini bernafaskan Humanisme-teosentris bergerak Konsep liberasi ialah turunan dari nahi
atas pembebasan manusia atas dari amal sholeh, dan menjadikan munkar (mencegah kemungkaran). wujud
ketundukan pada kekuasaan manusia kembali pada fitrahnya dari tu’minuna biLlah (beriman kepada Allah).
eksploitatif sesama manusia sebagai makhluk yang diciptakan Iman
dan membutuhkan tuhan mencakup dimensi vertikal ke langit dan dimensi
horizontal yang terwujud menjadi ibadah sosial

www.free-powerpoint-templates-design.com
Secara sederhana, sejatinya
•Intelektual profetik adalah sebuah keniscayaan bagi setiap muslim, terutama aktor
gerakan sosial dan mereka yang mengemban amanah di berbagai ranah kebijakan public
•Pertemuan antara nalar akal dan wahyu adalah wujud dari hadirnya ruh islam dalam
permasalahan sosial. Dan.. semakin memperjelas bahwa solusi islam adalah
tawaranperjuangan.
Fastabiqul Khairat

You might also like